Hal yang paling disukai oleh cewek yang kerap disapa “Eri” kurang lebih seperti: menggambar, mencoret-coret.
Apa pun itu asal berhubungan dengan menggerakkan pensil serta alat gambar lainnya, Eri menyukainya.
Sudah hobi dari kecil sih, mencoret-coret di tembok.
Bahkan hobinya itu berlanjut. Bukan hanya kertas kosong, kadang kertas ujian atau lembar coretan kertas buram yang harusnya dia isi dengan angka justru dia isi dengan sketsa wajah pria.
Oh, one more thing. Eri paling suka menggambar cowok tampan.
“Selama otak gue masih bisa ngebayangin cogan sih, I’m fine.” Begitu menurut Eri.
Cowok yang ada dalam bayangan dan imainasinya ini lebih baik ketimbang cowok ganteng di luar sana yang justru kelihatan kayak orang gila.
Sekarang bahaya sih, yang ganteng biasanya suka sama yang ganteng. Dan Eri pengin dapat cowok normal, yang ganteng, yang dekat sama Tuhan dengan rajin beribadah, dan juga pintar.
Jarang? Oh, cowok kayak gitu sudah rare. Bahkan di kebun binatang pun tidak dilestarikan.
Of course. Bukan binatang soalnya.
Selama berkuliah, prinsip Eri tidak pernah berubah.
Meskipun dia hidup dengan populasi cowok lebih banyak ketimbang cewek, tapi tetap saja tidak ada yang bisa diharapkan.
Cowoknya sudah sama kayak Bang Toyib. Pergi pagi pulang malam. Cuman buat ke labtek, ke lapangan, ngerjain tugas, bahkan kadang nggak pulang karena tidur di perpustakaan.
Jadi, Eri benar-benar tidak berharap banyak soal mencari pacar.
Mungkin memang Eri juga yang terlalu berharap lebih dengan sosok pasangannya nanti.
Selama beberapa tahun Eri yakin kalau yang ganteng itu tahunya clubbing, main sana-sini, jajan cewek di mana-mana.
Tapi di malam takbiran itu, pikiran Eri berubah.
Yang Maha Kuasa sepertinya menunjukkan pada Eri kalau ciptaan yang dia buat itu sangat amat baik. Dan itu ditunjukkan dalam sosok Adjie.
Eri yang berpikir nggak ada cowok ganteng ikut takbiran langsung diam.
Yang dia lihat di ujung sana beneran cowok. Ganteng banget. Nikmat Tuhan yang tersembunyi. Dan lagi, pake sarung dan baju koko.
Gantengnya jadi nambah dan bertumpuk buat Eri.
Cowok begini ada rupanya? Begitu Eri bertanya pada dirinya sendiri di malam itu.
Ya, ada.
Dan faktanya, cowok ini anak Tante Malik, teman mamanya. And the good news is, si cowok ganteng satu itu berada di satu institut yang sama kayak Eri.
Kenapa gue baru nyadar kalau nikmat Tuhan ini ternyata begitu dekat selama ini? Wasted banget. Batin Eri.
Pertemuan pertama Eri bisa dibilang sedikit aneh. Apalagi di saat cowok ganteng idaman yang dia lihat tiba-tiba mengucapkan kalimat yang bikin jantungan.
“Kamu jodoh saya, bukan nih? Kalau iya biar saya bawa ke rumah.”
Perawan mana yang nggak screaming loud kalau cowok ganteng yang looks like calon imam begini bilang begitu?
Ya, Eri nggak berteriak. Tapi dalam hati, dia sudah mengaum lebih keras dari singa.
Mungkin hanya bercanda. Eri mencoba menenangkan dirinya. Dia bukan tipikal cewek yang langsung baper like young people nowadays.
No. Eri punya kualitasnya sendiri.
Oh, lupakan soal kualitas. Nyatanya cowok ini bukan bercanda.
Malam itu, Eri merasa berkah yang dia dapatkan terlalu banyak. Begitu pulang dari rumah Tante Malik, Eri mendapat tumpangan gratis dari cowok ganteng.
Oh, let’s change it a little bit. Beberapa jam sebelum pulang Eri tahu kalau nama cowok yang tengah menyetir ini namanya Adjie.
“Makasih, Pak.”
“Aku nggak setua itu kok. Kelihatan tua ya mukanya?”
Bukan kelihatan tua sih. Kelihatan ganteng luar dalam. Eri membatin, namun bibirnya tetap tertutup rapat.
Sekali lagi Eri berterima kasih kemudian keluar dari mobil.
Tapi sebelum dia keluar dari mobil, Adjie memanggil namanya.
“Erika...”
Astaga. Cara manggilnya bikin eargasm.
Aduh, istighfar, Ri.
Eri menolehkan kepalanya dan Adjie kembali melanjutkan, “Aku minta nomor telepon, boleh?”
“Nomor telepon?”
Adjie mengangguk. “Besok mau berangkat bareng nggak? Aku seminar paginya.”
Jangan tanya betapa senangnya Eri malam itu. Sudah lebih senang ketimbang mendapatkan ale-ale gratis hasil gosokan dengan uang lima ratusan.
Malam itu, pemikiran Eri soal cowok ganteng berubah.
Berubah drastis. Cowok ganteng itu bukan cowok yang hanya tahu bersenang-senang atau yang kelihatan kurang ajar seperti dalam drama turki tontonan Mama tiap malam.
Pemikiran itu sudah berubah.
Karena dia.
Cowok ganteng itu.
Si Adjie Djoko Malik.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown (✓)
ChickLit[Short Stories] Love is unknown, but love is not blind. It sees more not less. But because it sees more, it chooses to see less. #121 in ChickLit: 10.14.2017 Started: June 10, 17.