Mas-Ade: UTS ala HTS

1K 114 14
                                    

“Jadi besok kamu UTS, De?”

Untuk kesekian kalinya, pertanyaan itu kembali Ade dengar. Sebelumnya dia mendengar itu dari Juna, dari Mama, dari dua tetangganya, dari orang-orang yang terlalu kepo (atau mungkin bertanya hanya sekadar formalitas yang jatuhnya malah menyebalkan), dan sekarang Dimas ikut bertanya.

Tapi, okelah. Karena Dimas ganteng, jadi Ade tidak akan mengabaikan.

“Iya, Mas. Mana hari pertama langsung kena fisika,” keluhnya. Ade menunjuk beberapa buku yang tergeletak di meja dengan sendok yang dia pakai untuk makan mie goreng. “Pusing. Gurunya juga nggak ngasih kisi-kisi atau contoh gitu. Pasti soalnya bakal ajaib.”

Dimas kemudian mengambil salah satu buku yang ada di meja dan dia duduk di sofa yang sama dengan yang Ade tempati, tepat di sampingnya.

Here is silly thing to admit. Bagi Ade, mie goreng itu enak, apalagi yang rendang. Tapi kok rasanya yang disampingnya ini lebih enak untuk disantap, ya?

Sekarang Ade malah kelihatan seperti psikopat. Yang ganteng kayak Mas masa iya dimakan? Adanya sih disayang.

“Bagian mana yang kamu nggak ngerti, De?” tanya Dimas lagi. Dia sudah mengambil satu pensil yang diselipkan di telinga, sementara matanya sibuk membaca materi.

Ade tahu dia harus fokus, karena banyak materi yang harus dia kerjakan. Bangun pagi dan belajar itu hanya mitos baginya, mengingat fungsi alarm sepanjang masa hidupnya hanyalah bunyi yang harus dimatikan.

“Jika alarm menganggu tidur, buang aja alarm-nya.” Begitu kata Hamish pada Ade.

Saran yang menyesatkan. Tapi ya, tidur itu kebutuhan biologis. Kalau belajar...

Oke. Lupakan. Ade makin nggak fokus.

Sambil mencondongkan kepala untuk ikut melihat buku yang tengah Dimas buka, Ade akhirnya menunjuk satu bab. “Yang fluida ini, Mas. Ade masih agak pusing.”

“Buat ini kamu udah hafal rumus?” tanya Dimas, dan Ade mengangguk.

“Lho, terus apa yang bikin pusing?”

“Pusing aja gitu, Mas. Fisika yang emang bikin pusing. Kita disuruh ngitung cairan yang tumpah. Dimana-mana kalau ada cairan tumpah mbok ditambal gitu, bukan malah dihitung berapa air yang keluar,” gerutu Ade cepat. Caranya bicara justru membuat Dimas tertawa.

“Dih, jadi ikutan Jawa kamu ya, De,” katanya di sela kekehan. Tangan Dimas dengan cepat mengacak puncak kepala Ade gemas.

Yah, gini nih. Rambut yang diacak, hati yang berantakan.

Sambil menepuk pundak Ade, Dimas pun melanjutkan, “Yah, mau gimana juga, yang kayak gini memang sudah kerjaan kita, De. Walaupun kesannya kayak orang bego yang nggak sigap—ember bocor malah dihitung bukan diganti wadah—tapi hal nggak jelas yang kita hitungin ini nyatanya berfungsi buat banyak hal.

“Untuk bikin waduk, kolam renang, buat fasilitas-fasilitas, sampai transportasi bahkan produk-produk yang ada di sekitar kita.”

Ade hanya diam. Bukannya melamun, tapi di saat seperti inilah dia tahu bahwa rasa sukanya pada Dimas tidak akan pernah berhenti, bahkan bertambah. Dan di saat Dimas kelihatan geeky seperti sekarang, itu justru jadi daya tarik tambahan.

“Pokoknya semangat!” tukas Dimas lagi, kini pipi Ade yang jadi korban uyel-uyel Dimas. “Kalau UTS bagus Mas ajak nonton, deh. Gerard Butler main film lagi nanti.”

Seketika Ade langsung sumringah. Oh, she loves this. Melihat yang ganteng ditemani dengan yang ganteng. Ini yang namanya berkah melimpah, bukan?

“Kalau kamu nggak ngerti materi lain dan Mas udah pulang, bilang sama Mas aja. Langsung telpon juga nggak papa.”

“Nggak akan ganggu nih?”

Dimas menggeleng sambil tersenyum. “Mas free kok hari ini. Jadi santai aja. Memang fisika tuh bikin pusing sih.”

“Udah ada rumus pun hasilnya tetap nggak pasti,” tambah Ade.

“Tapi dibanding fisika ada yang lebih nggak pasti lho.”

“Apa tuh, Mas?”

Awalnya Dimas kelihatan ingin menjawab, namun akhirnya dia menggeleng. “Sekarang pikirin yang pasti aja dulu ah. Yuk sini, Mas bantuin. Kita coba kerjain soal dulu, ya.”

Hal yang lebih nggak pasti dari hasil hitungan fisika itu hubungan kita, De. Ngerasa nggak?

*

Arata’s Noteu:

Here is short chapter for you who asked me to update this. Halo! Udah lama banget ya? Karena aku juga lagi minggu UTS, jadi aku keinget dua ini deh. Mau deh kalo diajarin Mas juga, LOL.

Anyway ini sebenarnya random update, jadi nggak ada masalah yang wah kayak long chaptered fiction, cuman sekadar bahan halu singkat aja, yang aku apdet kalo ada pencerahan. Jadi jangan tanya ini masih lanjut atau nggak ya~

Buat kalian yang lagi/udah UTS, ada harapan nggak?

Unknown (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang