4. Hilang Akal

31.3K 1.8K 39
                                    

"Aku hanya bisa memperhatikanmu, menantimu memperhatikanku juga. Aku suka ketika kau tertawa, kau tersenyum, kau bercanda. Tapi, aku hanya bisa melihat saja. Tidak ada disisimu, apalagi menjadi topik pembicaraanmu. Sebab, aku adalah orang yang diam-diam cinta, dan kau tak akan pernah menyadarinya."

Kantin fakultas tampak ramai seperti biasa, diantara meja-meja kantin ini tampak sekumpulan gadis-gadis mengisi salah satu meja itu, mereka adalah Anna dan para sahabatnya yang sedang menikmati cemilan siang mereka sembari menunggu kelas siangnya ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kantin fakultas tampak ramai seperti biasa, diantara meja-meja kantin ini tampak sekumpulan gadis-gadis mengisi salah satu meja itu, mereka adalah Anna dan para sahabatnya yang sedang menikmati cemilan siang mereka sembari menunggu kelas siangnya yang akan dimulai setengah jam lagi.

"Kamu diapain Pak Ashraf kemarin, Na?" Tanya Kinah.

"Hm? Gak diapa-apain, cuma dikasih tugas kilat." Jawab Anna sambil menyantap kentang goreng yang mereka pesan.

"Ah gak seru, masa gitu doang." Ucap Hani spontan.

"Kalian berharap apaan? Jangan berharap lebih, Pak Ashraf itu orangnya bener-bener kaku dan tanpa belas kasihan."

"Lah, terus kemarin waktu masuk kelas Pak Budi kenapa muka kamu merah abis dari ruangan Pak Ashraf ?" Tanya Kinah lagi.

Momen yang berusaha dihapus Anna dari ingatannya itu malah di ungkit kembali oleh sahabatnya, "ah, itu... itu, hmm— tapi jangan ketawa ya? Janji dulu."

"Pasti aib nih makanya gak boleh ketawa, yaudah iya apaan !" Ucap Hani.

"Jadi kemarin itu waktu Pak Ashraf lagi ceramah tiba-tiba perut aku bunyi sampai dia berhenti ngomong, tatapannya kaget banget, pokoknya memalukan." Baru saja Anna menyelesaikan kalimatnya, Kinah, Kiki dan Hani tertawa terpingkal-pingkal membayangkan cerita Anna barusan.

"Ya Allah, Anna. Aku gak kebayang kalau aku jadi kamu, pasti malu banget, kalau aku bakal cuti kuliah dan berusaha gak ketemu dengan Pak Ashraf berbulan-bulan sampai dia lupa." Ucap Kinah dengan wajah yang dibuat seolah-olah prihatin dengan kisah sahabatnya yang malang itu.

"Tega ! Katanya gak akan ketawa." keluh Anna.

"Assalamualaikum, Bapak." ucap Kiki tiba-tiba saat gerombolan pria berjalan dibelakang bangku Anna dan Kinah.

Sontak sapaan Kiki itu membuat Anna dan Kinah yang duduk bersebelahan itu membalikkan badannya melihat siapa yang disapa oleh sahabatnya.

"Waalaikumsalam." Jawab salah satu dari mereka, dia Ashraf. Tepatnya Ashraf dan rekan-rekan dosen muda sebaya dirinya. Senyumnya tampak ramah, tak seperti saat ia berada didepan kelas.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DOSEN KILLER [RE-UPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang