Terluka

787 42 1
                                    

Temari PoV

Ketika jam istirahat, aku langsung menuju toilet. Aku berjalan meninggalkan kelas dan pergi kearah toilet yang memang agak jauh dari kelas.

Aku memasuki toilet nomer dua. Keadaan toilet sepi.

Ketika urusanku sudah selesai, kubuka pintu toilet dan pintunya tak bisa dibuka. Kenapa ? Padahal kalau kulihat di celah celahnya, kuncinya sudah terbuka. Apa ada yang menahan sesuatu diluar ? Pintu ini hanya bisa satu arah dan itu dengan didorong.

"Tolong, apa ada orang diluar ?" Kataku sambil bersuara risau. Aku takut.

Tidak ada yang membantu. Apa jangan jangan hanya ada aku disini ? Gimana aku keluar ?

Aku memanjat kearah atas karena terdapat celah. Kunaiki kloset dan berusaha memanjat. Dugh ! Kepalaku membentur atap. Aku mengelus elus pelan kepalaku. Sial.

Aku mencapai toilet nomer satu. Pintunya juga terkunci, tetapi untung saja kuncinya bisa kubuka. Aku menarik pintunya dan berhasil keluar dari situ. Kukibaskan sebentar rokku dan merapikan sedikit seragamku.

Ketika aku menoleh kearah pintu keluar, kudapati Neora-sama sedang memakan permen sambil bersender ke tembok. Kepalanya dia tundukkan. Dia bersama kedua temannya yang aku tidak tahu siapa. Kalau dia disini daritadi, kenapa dia tidak membantuku ?

Aku menengok ke arah toilet nomer dua. Apa apaan itu ? Ada sebuah meja yang tertimpa dengan sebuah kursi. Dan aku merasa kesal dengan kejahilan orang itu. 

"Temari temari.... kenapa anak baru sepertimu membuatku frustasi ya ?" Neora menghadap kearahku. Aku menyeringit heran mendengar perkataannya. Dia frustasi kepadaku ? Kenapa ?

"Sudah cukup aku berusaha mati matian mengejar Shikamaru-kun. Tapi usahaku tetap saja gagal karena anak pindahan tidak tahu diri sepertimu," katanya dengan nada marah.

Aku hanya mendiamkannya dan berjalan melewati dia. Tetapi badanku ditahan oleh tangan kanannya. Aku menatapnya kesal. Apa apaan itu ? Siapa dia berani menantangku ? Aku memang bukan lagi keturunan kazekage. Tapi Gaara iya. Mengingat jika paman belum mendapatkan keturunan hingga dia meninggal, maka Gaara yang akan menggantikannya.

"Aku tahu kau dulu anak Kazekage. Tapi itu kan dulu. Kekuasaanmu sudah diambil oleh pamanmu dan aku tahu itu. Sekarang kau hanyalah rakyat biasa. Kau tidak memiliki wewenang di sini. Kalau kusarankan,bisakah kau pergi saja dari kehidupanku dan Shikamaru ? Kau itu sadar diri dong. Kau itu cuman orang ketiga antara aku dan Shikamaru," aku menatapnya dengan emosi.

"Aku tidak peduli dengan perkataanmu yang menganggapku rakyat biasa. Tetapi apa maksudmu dengan orang ketiga ? Jelas jelas aku dan Shikamaru itu hanyalah teman. Aku tidak memiliki perasaan padanya. Kalau kau menginginkannya, coba saja rebut dariku. Jelas jelas dirimulah yang bisa saja menghancurkan hubunganku dengan Shikamaru. Dan bisakah kau menyingkir ? Orang populer tetapi busuk didalam sepertimu memang tidak layak buat Shikamaru. Kau tahu itu ?" Kataku berkata kesal.

Menggangap Shikamaru teman ? Apa aku bisa ? Tapi itu akan menyakitkan perasaannya yang menyukaiku. Aku juga mulai menyukainya. Lalu Itachi ? Eh Itachi juga sudah bersama Hana-nee.

Dia menurunkan tangannya dan aku berjalan melewatinya. Ketika aku berniat berjalan melewati pintu, kedua temannya menghalangiku.

"Kita lihat apa Shikamaru masih mau denganmu,"

Neora berjalan mendekat. Ketika dia semakin mendekat, aku berusaha keluar. Tetapi ditahan oleh dua orang itu. Mereka sambil tersenyum licik. Aku mulai gelisah. Tiba tiba tanganku dicengkram kuat kuat oleh kedua anak itu.

Neora kini sudah berada di depanku. Dengan pandangan meremehkan, dia memandangku. Aku menatap takut padanya sekaligus jijik padanya.

Dia mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku roknya. Apa yang mau dia lakukan ? Aku terlalu takut sampai sampai tak bisa berdiri. Traumaku kembali.

"LEPAS LEPAS  !! KUBILANG LEPASSS !!!" Aku berteriak sekuat kuatnya sambil mencoba melepaskan cengkraman tanganku.

Neora mendekatiku dan dia menyilet pipi kananku. Rasanya jelas pedih dan sakit. Aku menangis sejadi jadinya. Kejam. Mereka kejam. Aku tidak peduli dengan rasa sakitnya. Tetapi prilaku Neora yang membuatku ketakutan. Tidak adakah orang diluar sana ?

"Tolong.... tolong.... hiks," siletan kedua dilakukan tepat di pipi kiriku. Aku takut.... aku takut....

"ARGHHHH KYAAAAA HUAAAAAA ARHHHHHH AAAAAAHHHH,"

Aku berusaha menutup telingaku rapat rapat. Aku tidak mau mendengar suara itu lagi. Kumohon aku tidak mau. Aku tidak mau !

Aku menangis sejadi jadinya. Setelah siletan kedua itu, mereka meninggalkanku yang bertekuk lutut sambil menangis. Shikamaru... Shikamaru....

"Shikamaru... tolongg,"

Dengan keadaan meringkuk di lantai, aku menangis ketakutan. Aku takut. Sungguh aku sangat takut. Dimana Shikamaru ?

Author PoV

"Sensei, minta izin ke toilet ya," anak bernama Hikari Keira mengangkat tangannya dan meminta izin pada Kurenai-sensei yang sedang mengajar di kelas 8E.

"Silahkan Hikari-san," setelah diberi izin, Hikari buru buru berjalan ke toilet. Ketika sampai di depan toilet, dia heran dengan papan yang diberi tulisan 'SEDANG DIPERBAIKI. SILAHKAN MENGGUNAKAN TOILET LANTAI BAWAH'.

Sebelum beranjak turun ke lantai bawah, dia mendengar suara seseorang sedang menangis di dalam. Badannya bergidik ngeri. 'Siapa yang menanggis di dalam ? Apa hantu ?' Batinnya dalam hati.

Dengan perasaan takut dan penasaran, dia menggeser papan di depan pintu itu lalu masuk dan melihat keadaan sekitar. Dia terkejut mendapati seorang anak perempuan sengan keadaan meringkuk menangis di dalam.

"Hei ! Hei ! Kenapa menanggis ?" Dia bertanya dengan takut. "Tolong.... tolong.... hiks.... kumohon.... jangan....," Hikari yang merasa keheranan berjongkok lalu membelai pelan rambut pirang Temari.

"TIDAK JANGANN JANGANNN !! HAAAA !! SHIKAMARU ..... HIKS," teriakan Temari membuat Hikari melepaskan belaian tangannya pada rambut pirang Temari.

"Kupanggil Shizune-sensei ya ?" Tanpa persetujuan apapun, Hikari langsung melesat keluar toilet dan segera menuju ruang guru.

Shizune dan Hikari lalu berjalan cepat menuju toilet. "Sebenarnya siapa yang terluka di toilet Hikari ?" Tanya Shizune.

"Temari-san sensei. Yang murid baru itu," jawab Hikari. Shizune mengangguk singkat tanda mengerti.

Papan yang semula berada di depan pintu toilet sudah dipindahkan Hikari ketika Hikari pertama kali datang kesini.

Shizune memasuki toilet dan menemukan Temari yang masih terkapar lemah di lantai sambil menangis. "Temari san ? Temari san ?" Shizune menepuk pelan pundak Temari. Temari ternyata tidak menyadari kehadiran Shizune.

"Sensei..... mereka jahat sensei..... hiks," Temari perlahan bangkit berdiri dan memeluk senseinya erat erat. Shizune berusaha menenangkan Temari yang menangis sedih dengan menepuk pelan punggung Temari yang dipeluknya.

Hikari yang mengintip dari luar toilet merasa sedih  melihat kondisi Temari yang seperti itu. Ia ingin membantu. Tetapi ketika Temari mengusirnya terang terangan dia menjadi agak ngeri dan takut mendekati Temari. Takut nantinya Temari akan terluka karena Temari mengira dia yang membuat Temari seperti itu. Alias dia si pembully.

***
Temari kini beradai di ruang UKS. Dia pingsan karena Traumanya yang kembali menyerang dirinya.

Di dalam ruangan itu, hanya ada Hikari yang menemani Temari dengan setia sambil menunggu Temari bangun.

"Shikamaru.... Itachi.....," sedari tadi Temari terus mengigau nama Shikamaru dan Itachi. Hikari yang mendengar nama Shikamaru disebutkan merasa tercabik cabik di hatinya. 'Jadi benar ya rumornya ?' Hikari tersenyum kecut dengan gumaman dalam hatinya.

Thx For Read 😊

-Last Im Naoko Nara And Thx For Your Support

I'll Try (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang