Tiga hari sudah Zhea dirawat di rumah sakit. Selama tiga hari itu juga Zhea berusaha melupakan kejadian di hari minggu pagi ditaman kompleks.
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam. Zahra! Aa.. Aku kangen berat sama kamu. Kamu kok baru jenguk aku sih? Sahabat sakit udah lama juga." gerutu Zhea sambil memeluk Zahra
"Aduh duh maaf yaa Zhe. Tugas sekolah banyak banget. Aku gantiin kamu juga kan jadi sekretaris event rohis. Maaf yah"
Seketika raut muka Zhea yang tadinya ceria berubah menjadi sedih. Ia teringat benar kejadian kala ia pertama kali ikut rohis. Ingatan itu tak luput dari seseorang yang membuatnya rapuh saat ini. Siapa lagi kalau bukan Al Ghufron Haziq Syauqi.
"Loh malah bengong kamu Zhe. Apa sih yang kamu pikirin? Sini cerita sama aku."
Bukan nya Zhea bercerita kepada Zahra tapi ia menangis. Menangisi seseorang yang belum halal untuknya. Menangisi seseorang yang memang seharusnya tidak di tangisi. Lagi lagi ucapan yang dilontarkan seseorang itu terngiang.
Zahra yang menyadari bahwa Zhea menangis langsung membawa ke pelukan nya. Menenangkan nya. Ya, hanya itu yang bisa Zahra lakukan untuk Zhea sekarang. Zahra akan menunggu Zhea siap untuk menceritakan semuanya padanya. Menunggu Zhea selesai dengan tangisan nya.
"Sudah ya Zhe nangisnya. Semua yang terjadi itu udah digariskan sama Allah. Jadi kita sebagai hambanya hanya bisa menjalankan dan pasrah. Inget! Allah itu Maha Adil, Allah itu tau yang terbaik untuk hambanya, dan Allah tidak akan menguji hambanya diluar batas kemampuan hambanya untuk menyelesaikan."
Zhea hanya bisa menangis dipelukan Zahra. Ucapan yang diucapkan Zahra semua benar. Ia seakan akan menyerah sebelum mencoba nya.
"Jadikan semua cobaan yang Allah berikan itu semangat untuk lebih memperbaiki diri. Jangan jadikan cobaan itu beban dan membuat mu lemah. Cobaan itu menjadikan seseorang agar lebih kuat." sambung Zahra
Seketika Zahra melepaskan pelukan nya dan menghapus sisa air mata Zhea. Zhea tersenyum. Zhea sangat beruntung memiliki sahabat di dunia seperti Zahra. Ia berharap kelak Zahra juga menjadi sahabat akhiratnya. InsyaAllah.
"Dah sekarang jangan sedih lagi. Tunjukin kalau Zhea itu kuat. Ini aku bawain kue kesukaan kamu. Cheese Cake. Aku belinya juga di toko yang biasanya loh. Mau dimakan sekarang?"
"Iyaaa aku mau makan sekarang Zah. Udah lama juga engga makan cheese cake. Eh tapi tadi aku lihat kamu enggak bawa apa apa Zah? Kuenya kamu masukin tas? Yah dah ga berbentuk dong." ujar Zhea sambil mengerucutkan bibirnya. Benar benar lucu muka Zhea saat ini
Zahra yang mendengar ucapan Zhea dan melihat ekspresi Zhea hanya bisa tertawa.
"Iihh.. Kamu itu ya Zah. Aku ngambek sama kamu Zah"
"Ahahaha.. Zhea... Zhea masa ngambek bilang bilang. Kuenya ada di luar. Bentar yaa aku ambil"
Zahra keluar dari kamar Zhea. Zhea yang ada di dalam hanya bisa bergumam sendiri
"Zahra aneh banget sih katanya bawa kue kesukaan aku. Masa kuenya di taruh diluar nanti kalau diambil orang gimana? Apa Zahra baru akan membeli di toko bakery ya?
Tiba tiba ada seseorang masuk ke dalam kamarnya. Seseorang yang tak asing bagi Zhea. Seseorang yang telah membuatnya rapuh. Seseorang itu masih dengan seragam putih abu abunya dan membawa kue cheese cake kesukaan nya dan diatasnya terdapat lilin membentuk angka 1 dan 6
"Kuenya memang ada diluar kok Zhe. Terus juga diambil sama orang lain. Tapi kuenya tetep dibeli di toko langganan kamu." ucapnya sambil tersenyum
Setelah seseorang itu masuk dan sudah berada di sebelah kanan tempat tidurnya, disusul beberapa teman oraganisasi rohis dan teman sekelas Zhea masuk. Mereka membawa kotak kado dan balon berwarna merah muda juga biru sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
Zhea yang melihatnya terkejut. Dia tidak menyangka bahwa teman teman nya begitu perhatian kepada nya. Dia sangat bersyukur memiliki teman seperti mereka. Dan dia lupa bahwa hari ini adalah hari dimana dirinya bertambah usia.
"Ayo Zhe tiup lilin nya tapi sebelumnya make a wish dulu dong" titah seorang yang berada di samping kanan nya.
Setelah Zhea merapalkan doanya kini ia meniup lilin nya dan berlanjut memotong kue kesukaan nya itu.
"Oke potongan pertama bakal kamu kasih ke siapa Zhe?" tanya Adi salah satu teman kelasnya
"Emmhh.. Aku bakalan suapin potongan kue yang pertama ini buat seseorang yang selalu ada disaat aku sedih maupun senang. Dia sahabat terbaik ku. Dia sangat aku sayangi, Zahra" setelah itu Zhea menyuapkan kuenya itu kepada Zahra
"Dan potongan kedua ini untuk seseorang yang udah buat aku rapuh, buat aku sakit hati tiga hari lalu dengan ucapan nya, tapi dengan caranya itu aku jadi seseorang yang lebih kuat lagi" ujar Zhea tersenyum dan tanpa melirik orang yang disindirnya
Al Pov
Deg
Perkataan yang di ucapkan Zhea begitu menohok. Seakan beribu-ribu jarum menusuk relung hati. Segitu sakit hatinya kah Zhea? Begitu menyakitkan kah perkataan ku tiga hari lalu?
"Ha? Siapa emang nya Zhe?" tanya Zahra sahabat karib Zhea. Aku juga tak tau kenapa dia belum tau siapa orang yang dimaksud sahabat karibnya itu. Begitu pintar Zhea menutupi sakit hatinya hingga sahabatnya pun tak tau soal ini.
Zhea menghela nafasnya "Emmh.." lagi lagi dia menghela nafas
"Orangnya adalah pemimpin kita di rohis. Pemimpin yang selalu diagungkan kita semua." ucapnya datar. Sepertinya ia menahan tangisnya.
Semua mata tertuju padaku kali ini. Tatapan tajam aku dapatkan dari sahabatku Amir. Tatapan mengintimidasi ku dapatkan dari sahabat Zhea, Zahra.
"Ini kak kuenya. Terimakasih sudah datang dan membawakan kue kesukaan ku. Terimakasih atas rasa sakit ini yang membuatku menjadi lebih kuat lagi." ujarnya seraya tersenyum tapi dibalik senyumnya itu ada satu titik dimana ia akan segera menumpahkan air matanya.
"Terimakasih dan maaf" jawabku sambil tersenyum dan mengambil kue yang ia berikan.
Aku beranjak dari samping kanan Zhea lalu duduk di sofa yang ada diruangan ini. Teman teman ku yang lain berbondong-bondong mendekati tempat tidur Zhea dan mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya.
Satu persatu teman ku berpamitan untuk pulang. Sekarang disini tinggalah aku, Zhea dan Zahra
"Kak Al enggak mau nyelesaiin masalahnya sama Zhea?" pertanyaan Zahra memecah keheningan di ruangan ini
"Zhea.. Aku minta maaf kejadian tiga hari lalu. Maaf kan jika kata kata ku membuat mu sakit hati. Maafkan juga kejadian malam itu" ucapku seraya menunduk aku tak berani melihat tangisnya
"Ini ada kado dari aku. Semoga suka ya sama kadonya. Ini ada surat juga buat kamu. Anggap aja ini surat cinta dari aku. Maaf aku harus pamit sekarang. Cepet sembuh ya Zheaku. Besok kalau ada waktu aku mampir kesini deh."
Jujur saat ini hatiku seperti teriris pisau. Tertusuk beribu-ribu jarum. Lagi-lagi Zhea menangis karna ku.
"Assalamu'alaikum"
Al Pov End
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Assalamu'alaikum readers. Thank you very much yang udah mau baca Bismillah Hijrah. Terimakasih juga yang sudah memberi vote dan komen.
Stay Tuned terus yaa buat nunggu kelanjutan cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah Hijrah
SpiritualKisah seorang gadis berumur 15 tahun yang baru memasuki Sekolah Menengah Atas itu dan juga baru memasuki lembaran baru di dalam hidupnya. Ia mulai berhijrah saat ini. Dan datang lah seorang laki-laki 2 tahun lebih tua dari nya yang membuatnya jatuh...