5. Awal Lembaran Baru

4.4K 209 3
                                        

Kriingg.... kriinggg.....
Bunyi jam beker ku yang begitu nyaring membuat ku terbangun dari tidur ku. Pukul 3 pagi aku bangun dan memulai bercerita keluh kesah ku selama ini kepada Rabb ku. Kulanjutkan membaca ayat ayat suci hingga adzan subuh berkumandang

"Zhea, ikut ke masjid tidak nak?" tanya umi

"Iya mi tunggu sebentar Zhea ambil wudhu dulu"

Aku pun beranjak dan mengambil air wudhu kemudian turun ke bawah

"Yuk bi, mi kita ke masjid" ajak ku

Sesampainya dimasjid aku bertemu dengan orang yang berani mengatakan akan mengkhitbahku ya, itu kak Al. Aku hanya menunduk dan langsung masuk ke dalam. Entah dia melihatku atau tidak aku tidak peduli. Setelah selesai sholat aku langsung pulang ke rumah tidak mengikuti kultum pagi dan tiba-tiba ada yang memanggil ku

"Zhea!" suara itu begitu familiar ditelingaku aku pun langsung mencari siapa yang memanggil ku. Dan ternyata itu kak Al

"Assalamu'alaikum kak" salam ku padanya dan masih kutundukan pandanganku. Yang aku pandang sekarang hanyalah sepasang sandal warna merah muda dengan gambar hello kitty yang aku pakai

"Waalaikumsalam Zhe. Oh ya saya mau bicara sesuatu sama kamu. Bisa kita bicara di taman kompleks jam 6 pagi ini?" tanyanya. Keadaan ini sangatlah canggung tak ada yang berani saling menatap dan kata kata yg digunakan pun lebih formal dari biasanya. Ini semua karna khitbahan dadakan tadi malam.

"I..i..iyaa kak" jawab ku begitu gugup

"Ya.. Sudah kak Zhea pamit dulu. Assalamu'alaikum" pamitku dan langsung pergi begitu saja tanpa mendengar jawaban salamnya

Al Pov

"Waalaikumsalam" jawab ku lirih seiring bertambah jauhnya Zhea melangkah.

Huh. Kejadian tadi malam membuat keadaan canggung seperti ini. Ini semua salahku. Coba saja aku tak berbicara seperti itu pasti tidak akan secanggung ini. Keadaan ini seakan akan kita orang asing yang tidak saling kenal satu sama lain. Yang baru pertama kalinya bertemu tapi ini lebih canggung daripada awal aku dan Zhea berkenalan. Ya sudahlah penyesalan memang datang diakhir jadi apapun yang telah terjadi tidak perlu disesali. Toh, nasi sudah jadi bubur tidak akan kembali lagi menjadi nasi bahkan menjadi beras.

"Assalamu'alaikum" salam ku sebelum memasuki rumah

"Waalaikumsalam" jawab saudara sepupu ku yang semalam menginap. Namanya Muhammad Fahri. Dia lebih tua dariku 5 tahun. Cukup jauh memang tapi kita seperti teman sebaya

"Kenapa Al muka ditekuk gitu?" tanya nya sambil menghampiriku dan duduk disamping kanan ku

"Gak papa kok mas" jawabku singkat padat tapi tidak jelas

"Selesaikan lah masalahmu dengan cewek itu. Toh sebentar lagi kalian bakalan terpisah jarak yang beribu-ribu kilometer."

"Apaan sih mas? Aku tidak ada masalah apa apa juga kok."

"Kamu bisa berbohong dengan mas mu ini tapi tidak dengan Allah dan dirimu sendiri." jawabnya kemudian meninggalkanku sendirian diruang keluarga ini.

Al pov end
____________________

Al menunggu Zhea datang. Dia duduk dikursi taman. Sepi sunyi itulah yang bisa digambarkan keadaan taman kompleks pagi ini. Al mulai gelisah. Banyak pertanyaan yang muncul di benaknya. Akan kah Zhea datang menemuinya? Apa reaksi Zhea setelah mendengar penuturannya? Akan kah kecanggungan ini berakhir hari ini? Saat ia sedang memikirkan jawaban dari pertanyaan itu tiba-tiba ada seseorang yang memberi salam

"Assalamu'alaikum"

"Wa..waalaikumsalam" jawabnya gugup

"Duduklah Zhe" sambungnya

Hening. Setelah Zhea duduk tadi tak ada satu katapun terlontar dari mulut Al. Zhea pun tak berniat memulainya dan mengajukan pertanyaan. Toh, yang mengajaknya ketemu disini Al bukan dirinya.

" Zhe? Saya.." kata kata yang dilontarkan Al kali ini serasa ia belum siap untuk mengatakan nya

" Katakan saja semua yang ingin kak Al kata kan. Zhea akan mendengarkan nya." sahut Zhea. Keadaan kali ini lebih mencekam dari sebelumnya.

"Saya mau minta maaf atas perlakuan saya tempo hari lalu. Saya ingin kita kembali seperti biasanya. Saya tidak menyesal karna umi kamu menolak khitbahan saya. Saya berusaha memperbaiki diri saya dan tentunya kamu juga, hingga pada saatnya nanti saya datang ke rumahmu dengan keadaan yang lebih siap, dan mengkhitbahmu." terang Al dan Zhea pun diam tak memberikan respon apapun. Al sudah lega karna mengutarakan semuanya ke Zhea tetapi Zhea kalut dengan pikiran nya sendiri.

"Jujur Zhea kaget dan syok saat kakak secara tidak langsung mengkhitbah Zhea. Zhea masih tidak menyangka bahwa semua akan seperti ini. Bahkan kita pun baru saling mengenal beberapa hari lalu dan tiba tiba kak Al mengkhitbahku. Aku tak mengerti ini semua hanya nafsu kak Al belaka atau memang karna Allah. Maaf Zhea harus pamit duluan. Umi pasti sudah mencari Zhea. Assalamualaikum" Zhea segera bangkit dari duduknya dan berjalan menjauhi Al. Dia ingin segera sampai rumah.

"Zhea aku sebenarnya sudah mengenalimu beberapa tahun sebelum kamu mengenali ku. Bahkan aku sudah mengagumimu saat aku pertama kali melihatmu. Entah kamu menganggap khitbahanku kemarin hanya nafsu belaka atau karna Allah. Aku tidak peduli. Aku hanya ingin memperbaiki semuanya agar menjadi lebih baik. Aku ingin kita kembali berteman. Lupakan saja khitbahan ku kemarin. Anggap saja itu tidak pernah terjadi"

Bukan nya Al menjawab salamnya Zhea tetapi ia malah berbicara seperti itu yang membuat Zhea ingin menangis sekarang. Cepat cepat Zhea pergi dari tempat itu dan segera menuju rumah sebelum air matanya bernar benar jatuh.
_____________________

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam. Dari mana saja Zhe? Umi kira kamu tidur lagi habis subuh tadi."

"Tadi habis jalan-jalan umi. Zhea masuk kamar dulu ya mi. Nanti kepasarnya jam 8 aja ya." langsung aku lari secepat mungkin menuju kamar karna air mata ku akan segera meluncur

"Abi Zhea kenapa ya? Kayaknya ada yang dirahasiain dari umi ya?" ucap umi sambil menaruh teh hangat

"Palingan juga masalah cinta. Biarkan saja dulu mi. Biarkan dia menyelesaikan dengan caranya sendiri." jawab abi santai

"Nanti kalau ada apa-apa dengan Zhea bagaimana bi?"

"Tidak akan berani dia berbuat nekat umi. Sudah tenanglah. Palingan juga sekarang dia nangis di kamar. Biarkan dia tenang dulu."

Zhea Pov

Sesampainya dikamar langsung kubanting tubuhku ke kasur, ku tenggelamkan wajahku dibantal dan tak lupa sebelum nya aku sudah menutup pintu kamar ku rapat-rapat bahkan aku kunci.

Aku menangis sejadi-jadi nya. Meluapkan semua beban yang ada. Meluapkan semua amarahku yang sudah aku tahan sedari tadi. Kamar ini adalah saksi bisu patah hatiku.

"Kenapa harus terjadi kalau ujung-ujung nya harus ngelupain?"

"Kenapa rasanya bakalan sesakit ini?"

"Kenapa kak Al begitu mudah menyuruhku menganggap bahwa tak terjadi apa apa?" rancau ku. Aku benar benar merasakan patah hati sekarang.

Ku hapus air mata ku. Ku ambil hp ku yang ada di nakas. Aku pun mulai mengetik pesan

To: Kak Al:)

Assalamu'alaikum kak maafkan Zhea jika kelakuan Zhea tadi menyinggung kakak. Zhea mohon jangan temui Zhea dahulu. Zhea butuh waktu sendiri. Wassalamualaikum.

Send

Ku taruh lagi hp ku di atas nakas dekat tempat tidurku. Aku beranjak dari tempat tidur tapi kepala ku pusing sekali. Ku paksakan menuju kamar mandi.

Tiba tiba pandanganku buram. Kepalaku makin pusing. Aku meraba raba tembok. Tapi sebelum memegang tembok seketika pandangan ku gelap. Aku pingsan.

Zhea pov end
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Assalamu'alaikum readers. Maaf baru bisa update. Suasana hati beberapa hari lalu lagi mendung. Otak ga bisa buat mikir. Part kali ini mungkin aneh dan tentunya banyak typo. Maaf yahh...
Jangan lupa vote dan komen yaa...
Ditunggu saran dari kalian semua

Oh yaa aku butuh penyemangat nih... Semangatin dong hehehe..

Bismillah HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang