Pertarungan naga

2.2K 147 21
                                    

Senin,29 Juli 2047. Akademi Machenhaft. Jam 08.07.

"Tunggu, Alice," Saber menepuk bahu kecil Alice seraya memanggilnya, "mau ke kelas?"

Alice berbalik saat kakaknya memanggilnya, "tentu saja bukan?" Kata-kata itu sudah tergambar di raut wajahnya sebelum ia mengatakannya.

"Boleh aku pinjam kunci kamarmu? Aku belum mendapatkan ID Card."

"Boleh," Alice memberikan ID Card-nya, "ini."

ID Card itu sebetulnya kurang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Saat absen, setiap kelas memiliki tiga tahap keamanan, yaitu: pemindai sidik jari, pemindai wajah, dan pemindai iris mata. Keamanannya dikatakan setara dengan keamanan nasional. Tak heran karena Machenhaft adalah akademi sihir bergengsi di Rearia.

"Terima kasih," Saber mengambil kartu itu. Alice berkata, "ya," sebagai balasan, lalu pergi ke kalanya setelah pamit.

Sementara, Saber pergi ke kamar Alice. Ia langsung merebahkan badan di ranjangnya, bahkan tanpa melepas dulu sepatunya. Tangan kanan kurusnya mengangkat pedang hitam legamnya. Dan matanya langsung terfokus pada sarung pedang mengilap itu.

"Naga hitam........ mematikan....... ya?" Baru saja ia bergumam ketika tangannya melempar pelan pedang itu ke kasur yang lembut, "ah sudahlah, lebih baik aku mencoba Chariot yang dipinjamkan Alice tadi"

Saber memakai focus miliknya, yang baru diberikan oleh kepala sekolah tadi. Ia juga memakai Chariot milik Alice di pergelangan tangan kanannya.

Saber berdiri di tengah ruangan, kemudian mengangkat tangan kanannya kedepan, sejajar dengan dadanya. Gelang Chariot di pergelangan tangan kanannya mengeluarkan cahaya biru.

"Ya,sudah kuduga cara mengaktifkannya hampir sama dengan <itu>. Sekarang, kalau tidak salah tanpa sajak.........," Saber mengangkat tangannya ke atas seraya memejamkan mata, "Chariot Activate!"

Cahaya bitu itu menjadi lebih terang bersamaan dengan angin yang datang tiba-tiba. Pita cahaya misterius berputar simetris dari kaki Saber.

"Wyvern!"

Sepasang sayap melayang di punggung Saber setelah seberkas cahaya menyilaukan lenyap. Masing-masing lima sayap logam berbentuk jajar genjang, melayang di depan cakram biru cerah yang juga melayang di depan punggung Saber.

Saber membuka matanya yang terpejam. Tanpa melihatnya di cermin, ia sudah mengetahui bagaimana wujud Chariot itu, "hanya sayap saja, huh?"

Saber mencoba menggerakkan sayapnya. Suara hembusan angin dari hempasan sayap itu terdengar jelas seperti mesin kereta uap.

"Untuk melawannya, kurasa ini cukup," gumam Saber. Dia kemudian kembali mengangkat lengan kanannya hingga membentuk garis lurus dengan bahunya, "Chariot Deactivate!"

Besi-besi itu seperti tersedot kembali ke dalam cakram di depannya, kemudian cakram itu menghilang bersamaan dengan seberkas cahaya dan pita sihir. Sementara, saat semuanya menghilang, cahaya di gelang itu perlahan lenyap.

"Dengan begini, tinggal menunggu sampai jam sebelas."

Tapi belum sampai lima menit Saber duduk di ranjangnya. Matanya telah terlihat seperti mata ikan mati, "aaah....... bosan!" gerutunya sambil bangkit dari posisi berbaring.

Saber berjalan-jalan ke sekeliling asrama untuk mengusir kebosanan. Tak lupa ia membawa pedang hitamnya, karena satu-satunya barang berharga yang dibawa Saber sejak awal hanyalah pedang itu.

Tapi bagaimana pun juga, hari ini bukanlah hari libur, jadi pasti terlihat sepi. Meski bagi Saber, itu adalah sebuah keuntungan karena akan lebih merepotkan jika para murid melihat orang asing berkeliaran di wilayah akademi.

Seven Dragoneer at Magic AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang