Masa lalu yang kelam

1.8K 105 6
                                    

Part 2 :Dorothy Russell

Sabtu,31 Desember 2038.Jam 23.46.

Aku berjalan menyusuri hutan.Sendirian,kedinginan,kesepian.Semua itu membuat hawa luar yang seharusnya dingin,menjadi tidak terasa.

Dari awal,aku memang seperti ini.Orang tuaku meninggal saat aku masih berumur empat tahun.Aku menjadi anak terlantar saat itu juga.Aku tidur di lorong kecil di antara bangunan.Kedinginan,kesepian, semua itu sudah kurasakan.Semua itu bagaikan makanan sehari-hari untukku.

Malam ini,malam tahun baru.Aku tetap sendirian.Suasan ini sudah biasa.Setiap tahun,aku sendirian saat tahun baru.Bahkan aku pernah tertimbun salju dan hampir mati kedinginan.

Di cuaca sedingin ini,aku hanya memakai baju panjang yang sudah di lengkapi dengan jahitan dimana-mana,juga sebuah sweater rajutan yang sudah sangat kotor.Sweater itu menutupi sampai lututku,jadi aku tidak terlalu kedinginan.

Aku tidak tahu apakah aku beruntung atau tidak saat aku menyadari aku sudah bisa bertahan sampai saat ini.Bahkan,aku pernah berharap untuk mati.Aku selalu dijahili oleh anak-anak kota.Dilempari batu,ditendang,dipukul,dan sebagainya.Aku sudah terbiasa dengan itu.Entah sudah berapa banyak luka dan darah yang keluar dari tubuhku.

Aku berasal dari luar kota.Sebenarnya,saat orang tuaku masih hidup,aku juga kadang menerima diskriminasi seperti ini,tetapi tidak separah sekarang.

Anehnya,negara membiarkan diskriminasi seperti ini.Jika aku diberikan kekuatan,aku ingin melakukan kudeta ke negara ini,tetapi,bahkan aku tidak bisa melindungi diriku sendiri saat ini.Yang sekarang selalu aku harapkan adalah...aku ingin merasakan memiliki sebuah keluarga lagi.Meskipun hanya satu menit.Aku ingin merasa tidak kesepian lagi.Tetapi,tentu saja hal itu hampir tidak mungkin,bukan ?.

Aku berjalan terhuyung-huyung di hutan.Sebelumnya,aku menerima penyiksaan lagi dari anak-anak nakal itu.Entah berapa luka yang kudapat dari kepala sampai kaki.Luka dikepalaku masih mengeluarkan darah.Sejujurnya,sekarang aku merasa sangat pusing dan mual.Tetapi,jika aku pingsan disini,aku akan menjadi balok es.

Semakin aku berjalan,rasa pusingku semakin terasa.Aku hampir tidak bisa menahannya lagi.Pandanganku semakin kabur,telingaku juga mulai berdenging.Saat ini,aku tahu aku tidak akan bisa bertahan lebih dari sepuluh menit lagi.Tetapi aku tetap memaksakan kakiku yang juga sebenarnya terluka ini untuk terus berjalan.

Aku sampai di sebuah jalan setapak.Aku sudah tidak bisa menahan rasa sakitku lagi.Aku jatuh,tetapi masih memiliki kesadaran yang tersisa,walaupun tubuhku sudah hampir tidak bisa bergerak.

Beberapa menit kemudian,samar-samar aku melihat seseorang datang menghampiriku.Aku mencoba membuka mataku lebih lebar agar dapat melihat siapa orang itu.

Percuma,pandanganku semakin kabur.Aku tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang yang menghampiriku,namun satu hal yang aku tahu,dia kelihatannya sedang panik.Terdengar dari suaranya saat menghampiriku.

"Hei kau tidak apa-apa ?,Hei !"

Yang kutahu,dia berambut putih perak.Dia juga kelihatannya sedang menggendong seseorang.Aku ingin mengatakan 'aku tidak apa-apa,sudahlah,kau tidak perlu mencemaskanku'.Tetapi mulutku kaku.Aku tidak bisa berbicara saat ini.

Orang itu melihat luka di kepalaku.Dia menggertakkan giginya dan menurunkan seseorang dipunggungnya.Dia menyuruh orang itu bangun.Walaupun terlihat agak susah.Dia berteriak kepada orang itu,kemudian orang itu bangun perlahan.

Dia berkata "Tidak ada waktu untuk menjelaskan,pokoknya cepat ikuti kakak,kakak akan menggendong gadis ini".

Dia kelihatannya berniat menolongku.Sesaat aku merasa senang karena ada orang lain yang memperhatikanku,tetapi,di sisi lain aku merasa merepotkan orang itu.

Seven Dragoneer at Magic AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang