Permintaan

2.2K 144 11
                                    

Senin,29 Juli 2047. Akademi Machenhaft. Jam 06.57.

Alice keluar dari kamar mandi. Handuk putih masih mengalung di lehernya. Kaus hitam menempel di tubuhnya, terlihat lekukan tubuh kurus dan ramping. Celana panjang biru tua bergaris putih terlihat sangat besar baginya, sementara rambutnya masih terlihat lembap dan mengeluarkan sedikit uap panas.

Setelah mengambil sebotol minuman dingin di kulkas, Alice berjalan ke ruang tengah. Jarum jam dinding di atas meja terus berdetik sementara Saber masih terlelap di dalam balutan selimut hangat. Alice mendatangi Saber yang masih terlelap seperti anak kecil.

Gadis berambut putih itu mengguncangkan tubuh kakaknya cukup keras sambil berharap kakaknya bangun. "Kakak, sudah hampir jam tujuh!"

Tapi kakaknya yang pemalas masih setengah sadar sebagaimana pun Alice mengguncangkan tubuhnya. "Lima...menit...lagi......," mulutnya bergerak sementara matanya masih menutup rapat. Alice mengguncangkan tubuh Saber lebih keras.

"Ayo cepat bangun, kakak!" teriak Alice dengan suaranya yang melengking. Saber akhirnya membuka matanya. Kilauan cahaya matahari membuat matanya berkedip beberapa kali. Sambil mengumpulkan kembali kesadarannya, ia bangkit dari posisi terlentang.

Kemalasan masih menggelayutinya seperti Kukang, tapi Saber memaksakan untuk membuka matanya. "Selamat pagi."

Pipi Alice menggembung, kekesalannya telah memuncak setelah melihat kakaknya bangun seperti mesin yang baru dinyalakan. "Selamat pagi rakun pemalas, cepat bangun dan bersiap!"

"Memangnya kita akan kemana?" Saber menatap kalender di meja, "seingatku aku baru masuk kelas besok."

"Apa kakak ingin masuk kelas tanpa seragam?"

Saber meregangkan tubuhnya sembari mengumpulkan kesadaran penuhnya. Dia sama sekali tak merasa terkejut meski tahu hari ini hari apa. "Oh ya, benar juga.....," gumamnya. Saber menapakkan kakinya pada lantai dingin. Telapak kaki lebarnya menapak selama ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. "Tunggu beberapa menit," ucapnya sembari mengambil handuk, lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Sementara menunggu kakaknya mandi, Alice membuka lemarinya untuk mengambil seragamnya. Seragam itu berwarna dasar putih dengan garis hijau di lengan hingga kerahnya. Terdapat garis hitam yang membentuk sudut; dari kerah hingga dada, dan menyudut hingga ke bahu. Rok yang disediakan berpola Tartan dengan warna dasar biru dongker.

Terdapat juga lencana berbentuk pita bersimpuh, dipasang di kerah kiri. Stoking hitam serta sepatu boot merah selutut juga menjadi ketentuan sekolah. Selain itu, ada juga atau lagi ketentuan sekolah, yaitu gelang berwarna biru muda yang sisi-sisinya bercahaya. Itu adalah <Chariot> Alice, Wyvern. Di luar dari ketentuan sekolah, Alice memakai pita kuning besar di kerah lehernya dan jepitan rambut di sebelah kanan kepalanya.

Tepat setelah dia selesai memakai pakaian serta dandanan tipis, Saber keluar dari kamar mandi. Alice merasa matanya lebih segar saat melihat penampilan Saber Yang lebih baik dari sebelumnya.

"Seragam yang bagus, cocok untukmu," ucap Saber setelah melihat Alice memakai seragamnya. Sayangnya, Alice sama sekali tidak tersipu mendengar pujian Saber, "Terima kasih,"ucapnya dingin, " lalu sekarang kakak akan memakai apa?"

"Apa saja, asal rapi dan formal, bukan?" Jawab Saber singkat. Alice tertawa mendengar jawaban tersebut.

"Ha-ha-ha, selalu tanpa pikir panjang."

Saber berlutut di depan tas hitam besarnya. Ia mengambil pakaiannya setelah mencabut benda panjang yang dibalut kain itu. Kemeja biru muda yang terlipat rapi dipegang oleh tangan lebarnya.

Tanpa melepas kaus hijau yang menempel di tubuhnya, Saber memakai kemeja itu bersama dengan celana formal berwarna hitam. Ia melirik ke mesin cuci, lalu mendesah panjang menyadari masih terdapat noda darah di mantelnya.

Seven Dragoneer at Magic AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang