Sang perantara yang misterius II-sang leluhur

823 60 0
                                    

Dua jam Saber menunggu di balkon lantai dua, akhirnya ia bisa bertemu dengan sang perantara. Floyd mendatanginya dan mengatakan kalau Saber bisa langsung bertemu dengan sang perantara.

"Kalau bisa, panggil sang perantara itu kesini, aku ingin berbicara dengannya berdua"

"Hoo..., apa anda sudah mengetahui siapa sang perantara itu ?"

"Aku memiliki satu dugaan, tapi aku berharap kalau dugaan ini salah"

"Baiklah, aku akan memanggilnya, mohon tunggu sebentar..."

Floyd berjalan ke dalam tempat penelitian.

"Oh ya, entah kenapa, aku merasa kalau dugaan Anda benar, tuan Saber"

"Haha, kau mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan kepala sekolah"

"Mungkin dugaan Anda memang benar"

"Rasanya kau seperti menakutiku saja"

"Ha-ha-ha, kalau begitu, aku akan memanggilnya dulu"

Angin berhembus, menguraikan rambut putih perak Saber. Saat ini, perasaan Saber juga tidak menentu.Jantungnya berdetak kencang, pikirannya kacau, entah apa yang ada dipikiran Saber saat ini.

Lima belas menit kemudian, Floyd kembali bersama dengan sang perantara.

"Tuan aku kembali"

"Terima kasih, kalau begitu, bisa tinggalkan kami berdua disini ?"

"Ya, tuan"

Floyd berjalan kembali ke dalam.

"Aku sudah menduga kaulah perantaranya,lama tak jumpa..."

Saber berbalik. Terlihatlah olehnya, sosok cantik berambut pirang dengan kulit seputih salju, sosok itu sedang memperlihatkan senyum damainya ke arah Saber. Ia memakai baju seperti pasien rumah sakit.

"Helena..."

"Lama tak jumpa juga, Saber..."

Kata-kata mereka terasa seperti angin yang berhembus ke arah mereka berdua. Suasananya hening sejenak.

"Kalau begitu, kenapa kita tidak duduk di dalam saja ?"

"Tidak, aku lebih suka disini, udaranya sangat sejuk, berbeda dengan suasana kelas saat aku sedang mengajar"

"Ah, benar juga, kudengar kau sudah menjadi guru ya ?"

"Ya"

Helena berjalan ke samping Saber. Saber merasa tidak bisa bergerak saat didekati oleh Helena. Ia merasa bersalah karena sudah melakukan hal buruk kepadanya.

"Haah..., aku tidak suka berdiri terlalu lama, kenapa kita tidak duduk dulu disini ?"

"Baiklah"

Mereka duduk di lantai balkon. Sambil menyandarkan punggungnya ke pagar pembatas, Helena menghembuskan nafas lega.

"Haah, menenangkan sekali, ya !, menghirup udara segar di pagi hari !"

"Ya..."

"Hei Saber, apa menjadi guru itu menyenangkan ?"

"Mungkin..."

"Waah, kau mendapat senjata baru lagi ya ?"

"Ya..."

Saber terus menjawab pertanyaan Helena dengan jawaban singkat dan dingin. Tetapi, Helena masih tetap tersenyum.

"Hei..."

"Ng ?..."

"Anu... Helena..."

"Tidak apa-apa"

Seven Dragoneer at Magic AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang