Chapter 1

2K 153 28
                                    

Sore yang teduh dengan angin berhembus kencang menggugurkan daun pepohonan, tidak membuat langkah seorang gadis yang menggendong sebuah tas gitar untuk berhenti berlari karena dinginnya udara awal musim gugur tersebut. Entah apa yang membuatnya berlari begitu terburu-buru. Keringat dingin menetes dari dahinya yang tertutupi oleh poni, tidak mengurangi keindahan wajahnya yang masih terlapisi make up anti air.

Puluhan bahkan ratusan pasang mata menatapnya dengan pandangan kaget bercampur heran. Betapa tidak, penampilan gadis itu yang tidak biasa dengan rambut panjang yang diikat dua bagian tengahnya dan entah bagaimana caranya rambut tersebut bisa tegak kaku kesamping dan meninggalkan setengah rambut yang tidak kaku tergantung di ujungnya, eyeliner hitam yang sedikit tebal, kostum terusan selutut yang mengembang pada bagian bawah yang serba hitam serta sepatu boot yang juga berwarna hitam. Secara keseluruhan penampilan gadis yang seperti penyihir yang membawa gitar ini memang mengundang orang untuk melihat dan bertanya-tanya.

Bukannya tidak menyadarinya, hanya saja saat ini gadis itu tidak punya waktu memikirkannya. Ia tidak peduli dengan tatapan orang-orang tersebut yang entah karena penampilannya yang terlihat menakutkan atau karena mereka menyadari dia adalah Sakura anggota dari Seven Rockie, band yang sedang naik daun. Ekspresi kaget tampak jelas di wajahnya saat menyadari hal itu. Dengan segera ia menundukan kepala untuk menyembunyikan wajahnya tanpa mengurangi kecepatan larinya.

"Bodoh! Bodoh! Bodoh!," umpatnya pelan. Dengan gusar ia menambah kecepatan larinya. Tentu saja ia tidak ingin nama indahnya harus menjadi headline majalah-majalah gosip karena ketahuan sedang dikejar-kejar polisi. Dikejar-kejar polisi? Yah, itulah alasan yang membuatnya berlari-lari seperti ini. Dan jika ditanya tentang kenapa ia bisa dikejar oleh polisi, ia sendiri belum tahu pasti apa penyebabnya. Yang sekilas ia dengar dari Naruto, Sang Leader, semua ini berhubungan aturan baru yang di buat pemerintah tentang larangan bagi anak sekolah untuk bekerja walau sebagai artis sekalipun.

"Cih, yang benar saja, aku bahkan sudah lulus tiga tahun yang lalu," umpatnya dalam hati. Setelah mengatakan hal itu, dengan lantang Naruto berteriak menyuruhnya lari agar dia tidak ketahuan ada di sini. Dia tidak habis pikir kenapa bandnya harus mempunyai leader bodoh seperti dia. Bagaimana tidak ketahuan kalau suaranya saat meneriakan namanya begitu menggelegar. Sungguh pengamanan yang sangat tidak elit. Tanpa pengawal tanpa mobil tanpa sepeserpun uang yang setidaknya bisa dipakainya untuk menyewa taksi. Dia bahkan sempat merutuk karena tidak membawa jaket atau sejenisnya yang bisa menutupi identitasnya. Dan disinilah dia, dalam pelarian sebagai upaya pengamanan nama baik.

Sakura meratapi kemalangannya. Harusnya konser hari ini berjalan sesuai rencana, tapi kenapa malah berantakan begini? Sakura memang menyadari umurnya belum genap 17 tahun, tapi bukankah dia sudah lulus? Bahkan sudah tiga tahun ia menjadi mahasiswa. Kalaupun karena aturan itu, bukannya itu baru berlaku besok? Dan kenapa polisi bisa mencium jejaknya bahkan sampai mengejarnya begini padahal menurut Naruto, belum ada yang tahu kehadirannya? Apa karena teriakan Si Bodoh Naruto? Benarkah cuma karena itu? Sangat banyak kejanggalan yang berputar di otaknya sekarang.

"Cih, tidak ada waktu untuk memikirkannya. Aku harus cepat sampai ke tempat itu," gumamnya pelan sambil mengambil ponsel yang ada di saku tas gitarnya. Ia melihat jam kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke depan. Ia tersenyum.

"Sepertinya masih sempat," katanya lagi sambil semakin mempercepat larinya.

Tak jauh di depannya sebuah gedung megah bertulis Shibuya International Hotel menyambut kedatangannya, gedung yang menjadi tujuan pelariannya. Setelah sampai di pintu masuk dia segera menunjukan sesuatu yang sepertinya adalah ID Card pada salah satu petugas penjaganya. Petugas yang menerimanya melihat benda itu sekilas sebelum kembali memperhatikan gadis di hadapannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sakura yang merasa diperlakukan seperti itu hanya mendengus dan memutar bola matanya kesal. Ia tahu, amat sangat tahu kalau hotel ini memang diperuntukkan orang-orang penting sebagai tempat pertemuan antar negara ataupun hanya sekedar pertemuan para politikus karena itulah penjagaannya begitu ketat. Tapi ayolah, tidak mungkinkan petugas itu tidak tahu siapa dirinya. Bukannya mau menyombongkan diri, tetapi siapa yang tidak tahu tentang identitasnya sebagai seorang penyanyi. Dan bukan tidak mungkinkan seorang publik figur sepertinya menghadiri pertemuan kenegaraan seperti ini. Dan apakah dia ingin karirnya hancur karena tindakan-tindakan criminal yang mungkin ada dalam pikiran petugas tersebut. Terorisme misalnya.

MONSTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang