CHAPTER 10 ◈ The Past And Into The Future

104 3 0
                                    

          SEHARUSNYA Alexa menghubungi Helen via telepon ataupun pesan singkat untuk memberitahunya bahwa dia akan mengunjunginya ke apartemennya, akan tetapi Alexa tak memiliki nomor ponselnya karena lupa memintanya. Namun jika dipikir-pikir Helen memintanya untuk datang malam ini. Jadi dengan berpikir positif, Alexa tetap meneruskan perjalanan ini karena sekarang dia hanya duduk diam di dalam kereta bawah tanah yang sedang melaju.

          Pikiran Alexa mulai bercabang kemana-mana—memikirkan banyak hal tentangnya. Rintik-rintik hujan mulai membasahi kaca jendela. Alexa mengangkat kepalanya lalu memandangi para penumpang yang sibuk dengan hal mereka masing-masing, sehingga tak ada yang saling bertatapan lalu membuat kontak mata. Mereka semua sunyi—atau sengaja memilih untuk menjadi sunyi. Kepala Alexa kemudian melirik ke jendela kaca di belakangnya. Dia sengaja memiringkan tubuhnya sedikit untuk meratapi rintik-rintik hujan yang sedang turun.

          Ada yang bilang jika hujan bisa membuat seseorang mengenang masa lalu. Tampaknya hal itu berlaku pada Alexa saat ini yang sedang diam termenung sebab mengenang masa lalunya yang cukup sulit, bahkan masa sekarang tampaknya sama sulitnya.

          Alexa masih mengenang dengan baik malam itu. Malam yang sangat dingin dibandingkan dengan malam-malam sebelumnya. Saat itu juga hujan namun lebih deras. Petir menggelegar dengan suara mengerikan yang bisa membuat orang-orang bergidik merinding.

          Di dalam ruangan kamar yang temaram, Alexa meringkuk di tempat tidurnya sambil menangis tersedu-sedu. Dia berujar lirih memanggil-manggil ibunya. Masih saja dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa ibunya telah tiada. Sang ibu mengalami overdosis obat tidur karena merasa tertekan dengan kehidupan rumah tangganya dan lebih memilih untuk selalu tidur sepanjang hari. Mrs. Williams berpikir bahwa sang suami sudah tak mencintainya lagi setelah dia diam-diam memata-matai kegiatan suaminya di luar rumah yang telah mendua bersama wanita lain yang lebih muda. Harapannya memiliki keluarga bahagia malah dengan sekejap hancur seketika. Dia merasa tak berguna lagi. Berusaha mempertahankan rumah tangganya sudah tak ada arti apa-apa baginya.

          Alexa dan Alicia masih sangat muda saat itu, tapi Alexa yang lebih mengetahui pengkhianatan ayahnya namun dia memilih merahasiakannya pada Alicia. Alexa sudah mencoba berbicara dengan ayahnya tentang keadaan ibu mereka yang sepertinya mengalami depresi sebab mengetahui pengkhianatannya, akan tetapi selalu saja sang ayah tak begitu memperdulikannya dan lebih memilih menyibukkan dirinya untuk tenggelam dalam pekerjaan—dan wanita simpanannya.

          Pintu kamar tiba-tiba terbuka setelah terdengar ketukan pelan di pintu. Alexa cepat-cepat mengusap airmatanya dengan punggung tangan dan pura-pura memejamkan matanya. Dia mendengarkan derap langkah kaki sang ayah mendekati ranjangnya.

          “Alexa, aku tahu kau belum tidur.” Suara Mr. Williams terdengar tenang sekali. “Ada yang ingin aku bicarakan.”

          Alexa akhirnya membuka matanya yang sembab karena tak bisa berhenti menangis. “Apa?”

          Mr. Williams tampak meneliti wajah Alexa yang langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. “Aku ... um ... berencana untuk menikah lagi dalam waktu dekat.”

          Kebencian tersirat jelas di mata Alexa. Ia sudah cukup muak dengan pengkhianatan sang ayah. “Apa kau bercanda, Ayah? Ibu baru saja berpulang kemarin. Aku dan Alicia masih mengingat betul meletakkan bunga lily kesukaannya pada—” Ia langsung menangis tersedu-sedu mengingat hari paling menyedihkan dalam hidupnya kemarin. Dan menyesali bahwa ia tak sempat menyelamatkan nyawa ibunya. Ia kemudian mendongak menatap marah ayahnya. “Aku tidak rela ada perempuan lain di rumah ini yang berlagak menggantikan posisi ibuku!”

Rebel AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang