CHAPTER 4 ◈ A Stranger Who Brings Blessings

237 6 3
                                    

          LANGKAH kaki Alexa terhenti ketika menatap gaun cantik berwarna baby blue yang terpampang di balik etalase toko. Tak lama lagi hari ulang tahun sang adik, tapi sampai saat ini uangnya masih belum cukup untuk membeli gaun tersebut. Dia sangat ingin membuat adiknya itu senang dan tersentuh atas pemberian gaun yang menjadi warna favoritnya. Tak ada yang lebih membahagiakan lagi selain melihat adiknya itu bahagia dan merasa diistimewakan.

          Alexa hanya bisa menghela nafas panjang. Kenapa hidupnya sulit sekali? Mungkin ini juga dosanya sendiri sampai kebaikan pun agak lambat mendekatinya. Dia sempat memandangi sekelilingnya berharap agar ada yang berbaik hati namun sepertinya mustahil. Dengan langkah gontai Alexa kembali beranjak pergi. Dia berjalan menyelusuri trotoar menuju ke sebuah klub malam. Setibanya di sana Alexa disambut oleh dentuman musik elektronik yang memekakkan telinga beserta asap-asap rokok yang mengepul dari beberapa pengunjung, baik itu pria maupun wanita.

          Ketika Alexa melangkah semakin masuk ke dalam, seorang pria berambut gelap dengan sengaja meremas bokongnya lalu menyeringai mesum, sontak saja membuat Alexa berang. Dia langsung menarik kasar kerah baju pria kurang ajar itu dan hendak melayangkan tinjunya namun tiba-tiba ada tangan kokoh yang menahannya. Hampir semua mata yang ada di dalam klub malam memperhatikan kejadian tersebut dengan terheran-heran.

          “Hey, Alexa. Santai sedikit, kawan.” Seseorang bertubuh kekar serta tinggi dengan kaos hitam, anting-anting di kedua telinganya dan memiliki banyak tato di tubuhnya itu menarik Alexa menjauh dengan sedikit kewalahan karena Alexa terus meronta.

          Wajah Alexa sudah sangat marah. Dia merasa tak terima dilecehkan seperti itu. Pria kurang ajar tersebut tetap memasang wajah menyebalkannya seolah-olah tak mempersalahkan kelakuan mesumnya itu.

          “Brengsek kau!” umpat Alexa yang hendak memukul kembali pria kurang ajar tersebut namun cepat ditahan oleh pria bertato di sampingnya. Ia tak peduli dengan pandangan yang tertuju padanya.

          “Hey, Bung. Kawanmu ini terlalu liar.” kata pria kurang ajar itu pada lelaki bertato seraya menunjuk pada Alexa dengan ekspresi mengejek.

          “Sialan, kau yang liar! Sudah berani menyentuhku! Mau aku hajar dirimu, huh?” Alexa merasa geram dan tak terima, namun tetap saja pria bertato di sampingnya tetap menahan dirinya.

          “Bung, ayolah. Jangan ganggu dia.” Lelaki bertato di samping Alexa itu memperingatkan pria kurang ajar tersebut dengan tatapan tajam.

          Alexa ditarik semakin menjauh ke sudut ruangan. Kali ini Alexa tak meronta lagi. Dia mengikuti saja dengan patuh.

          “Harvey!” Alexa memanggil pria bertato yang sedang merangkulnya itu.

          Jika tak ada Harvey tadi yang menahannya mungkin saat ini pria mesum tersebut benar-benar akan babak belur dihajar oleh Alexa.

          “Apa?” tanya Harvey seraya melirik sekilas Alexa kemudian mempersilahkannya untuk duduk di kursi kosong yang tersedia.

          “Apa kau tidak ada pekerjaan untukku?” Alexa bertanya sedikit ragu. Ia memang benar-benar butuh uang.

          Harvey sempat memesan dua gelas cocktail. Dirinya kemudian menatap Alexa agak lekat seperti sedang berpikir. “Sepertinya tidak ada.” Ia berujar pada akhirnya, dan sukses membuat Alexa berdecak di dalam hati dengan kecewa.

          “Sungguh?” tanya Alexa memastikan. “Sebenarnya aku sedang membutuhkan uang.”

          “Berapa banyak uang yang kau butuhkan?” Harvey menatap Alexa dengan lebih serius.

Rebel AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang