CHAPTER 15 ◆ Welcome To Rebel Angel

44 2 0
                                    

          ALEXA tiba-tiba tersadar dari tidurnya setelah merasa dadanya terasa sesak karena dirinya tidur dalam posisi tengkurap. Dia sempat mengusap sudut bibirnya dengan punggung tangan untuk memastikan tidak ada air liur yang menempel di sana. Untuk beberapa saat dia terdiam sejenak sebelum akhirnya memperhatikan sekeliling dan menyadari bahwa dia sedang berada di kamar flat-nya yang sempit namun konyolnya malah memilih tertidur di depan jendela dengan tirai lusuh. Dia meringis melihat sekelilingnya—melihat apa yang dia gunakan—ada bekas serbuk putih dan gulungan uang di atas lantai.

          Sepertinya Alexa menyadari mengapa ini sampai terjadi setelah mengingat dirinya tadi malam tidak bisa lepas dari konsumsi obat-obatan terlarang, namun bersikeras untuk menahannya dengan sekuat tenaga. Dia ingin segera terbebas dari jerat setan yang membelenggunya selama ini. Sayang, pada akhirnya dia pun tak bisa menahannya terlalu lama.

          Secara mengejutkan Alexa menangis tanpa suara karena gagal melawan keinginannya itu. Dia sampai menjambak rambutnya dengan rasa jengkel yang memuncak. Inilah resikonya jika dia sudah memutuskan untuk menjadi seorang pengguna sehingga dirinya seperti tak memiliki jalan keluar sama sekali. Dia tak bisa menangisi hal ini, jadi sebisa mungkin dia segera menghapus airmatanya dan kembali mencoba melupakannya.

          “Alexa, kau tidak bisa sembuh jika tidak di rehabilitasi. Kau tidak bisa melakukannya sendiri. Ini bukan hanya membahayakan dirimu tapi orang lain juga. Kau akan menggila ketika sedang menginginkannya. Mungkin saja kau bisa menyerang orang lain untuk mendapatkannya. Benda ini gila dan kau sudah gila karenanya.”

          Alexa masih mengingat kata-kata yang dilontarkan oleh Landon malam tadi meskipun dia berjuang untuk mempertahankan kemauan kerasnya. Dia jadi jengkel ketika mengingat Landon langsung memberikan apa yang diinginkan sejak tadi sampai ditahannya dengan sekuat tenaga. Apa dia harus marah atau berterima kasih pada Landon?

          “Alexa!” Landon tiba-tiba membuka pintu kamar sehingga membuat Alexa yang tadi sedang termenung langsung tersentak.

          “Kenapa kau ada di flat-ku?” tanya Alexa dengan bingung. Untung saja ia sudah berhenti menangis.

          Landon menggaruk-garuk kepalanya sembari menguap. Ia tidak terlihat dalam keadaan mabuk sama sekali seperti biasanya. “Kau lupa jika tadi malam kita sedang melakukan pesta kecil-kecilan?” Ia lalu membuka lebar pintu kamar.

          Pandangan Alexa langsung tertuju pada ruang tamu flat-nya. Di sana ada beberapa orang baik itu laki-laki maupun perempuan sedang tertidur lelap. Di dekat mereka ada banyak botol-botol bir maupun kulit kacang, bungkus makanan ringan beserta abu rokok dan sisa ujung rokok. Setahu Alexa, orang-orang tersebut merupakan teman-teman Landon. Dia sebenarnya tak begitu mengenal mereka. Hanya saja karena sejak sore hari dia sudah merasakan menggigil karena keinginannya itu sehingga dia mengiyakan saja ajakan Landon untuk bersenang-senang bersama teman-temannya. Dia pikir berada di antara mereka akan membuatnya melupakan keinginannya, tapi ternyata tidak terpengaruh sama sekali. Barang sialan, pikirnya dengan kesal.

          “Kau bilang kau akan mengikuti audisi.” Landon masuk ke dalam kamar lalu berjalan melewati Alexa dan mulai membuka tirai lusuh sehingga sinar matahari memenuhi ruangan kamar yang remang-remang ini. “Aku merasa bersemangat untukmu tentang hal ini.”

          “Uh, kau benar.” Alexa mengangguk sembari menggeliat. “Audisi.” Ia bergumam pelan. Sebenarnya ia masih merasa lelah.

          “Jam berapa kau akan pergi?” Landon tampaknya benar-benar bersemangat.

          “Mungkin agak siang.” Alexa mengedikkan bahunya. “Aku menunggu temanku mengirim pesan. Sebab dia adalah tiketku untuk mengikuti audisi ini.”

Rebel AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang