CHAPTER 2 ◈ Unwanted Girl

409 10 3
                                    

          MATAHARI terlihat sudah membenamkan dirinya dan sinar rembulan mulai menggantikan posisinya. Bulan yang menggantung di atas sana bersinar terang. Udara juga terasa tak terlalu kering.
Waktu terus berjalan dan malam semakin larut, tapi sepertinya kota ini tidak akan pernah tidur. Ini bisa dilihat jika masih ramai orang-orang yang bersenang-senang untuk menikmati kebersamaan mereka pada malam ini.

          Suara bising dari kendaraan beroda empat yang melewati jalan raya sepertinya tidak membuat Alexa Williams merasa risih. Dengan langkah gontai dia berjalan menyelusuri trotoar yang dilalui oleh para pejalan kaki. Beberapa orang sempat melirik ke arahnya karena melihat penampilannya yang agak cenderung urakan dengan jaket kulit hitam maupun celana jeans robek-robek, bahkan rambut panjang berwarna brunette miliknya itu terlihat berantakan. Sesekali Alexa mengucek hidungnya dengan gaya khas. Dia seperti seseorang yang tidak memiliki selera hidup. Dia diibaratkan saat ini seperti zombie menawan yang berjalan lemas. Wajahnya tidak bisa dikatakan jelek. Sesungguhnya dia berparas cantik namun karena selera hidupnya sudah hampir lenyap, mendadak saja dia jadi terlihat malas untuk merapikan penampilannya itu apalagi menggunakan makeup.

          Alexa masih berjalan menyelusuri trotoar seraya melirik setiap deretan butik ternama yang menyediakan berbagai macam busana-busana yang indah sekaligus mewah. Dia terdiam sejenak melihat sebuah gaun bak tuan putri yang sangat indah berwarna baby blue. Tentu saja dengan harga yang juga selangit. Alexa sudah merasa jatuh cinta saat pertama kali melihat gaun mewah dengan kristal-kristal swarovsky di seluruh bagiannya itu yang terus dia perhatikan dari balik kaca etalase toko dengan perasaan yang sedih karena apapun yang dia inginkan harus diperjuangkan terlebih dahulu. Gaun baby blue itu benar-benar cantik, berkilau dengan indah terkena sinar lampu. Sebenarnya dia berniat ingin membelikan gaun tersebut untuk ulang tahun adik perempuannya nanti. Alexa pikir pasti gaun itu cocok untuk adiknya yang juga cantik.

          Tiba-tiba seorang pramuniaga dari butik itu keluar karena memperhatikan Alexa yang terus menerus menatap kagum pada gaun baby blue yang sangat cantik dan berkilau itu.

          “Maaf, Miss. Apakah Anda ingin membeli gaun ini?” tanya sang pramuniaga dengan sopan seraya tersenyum ramah.

          Alexa jadi merasa tak enak hati. Ia mulai menggaruk kepalanya yang tidak gatal—agak terlihat konyol memang. “Um ... tidak. Aku hanya melihat saja. Maaf ya.”

          “Oh, baiklah. Tidak apa-apa, Miss.” balas sang pramuniaga dengan pengertian.

          “Kalau begitu saya permisi dulu.” pamit Alexa seraya tersenyum ke arah pramuniaga itu yang mempersilakannya.

          Alexa pun berlalu meninggalkan butik ternama yang terdapat gaun yang ingin dia berikan pada adiknya. Tapi apalah dayanya, dia harus mencari uang lebih agar dapat membeli gaun cantik tersebut. Alexa berjalan menuju ke sebuah gedung apartemen sederhana di sekitar kawasan padat penduduk. Dia melewati jalanan kecil dan sepi. Langkah kakinya berjalan memasuki flat itu dan terus melangkah menaiki anak tangga dengan bunyi berdentam-dentam dari sepatu boots bersol tebal.

          Kini Alexa tiba di lantai tujuannya lalu melangkah maju menuju ke suatu unit. Dia langsung membuka begitu saja pintu apartemen tersebut. Di dalam sana sudah terdengar suara berisik dari kumpulan laki-laki yang sedang bercanda maupun sambil memainkan alat musik. Alexa menghampiri mereka dan berdiri sambil bersandar menyamping pada ambang pintu suatu ruang kamar yang disulap menjadi tempat berlatih bermain band. Mereka semua memasang wajah serius ketika menatap kehadiran Alexa. Suara berisik mereka ketika bercanda tadi mendadak senyap.

Rebel AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang