CHAPTER 9 ◆ The Crazy Girl At The Second Audition

123 4 4
                                    

          SEPERTI audisi pertama, audisi kedua kali ini sama membosankannya. Belum ada salah satu peserta audisi yang menarik perhatian semua personil Rebel Angel. Kebanyakan dari mereka lebih sering meniru sosok Ivy, karena berharap bisa diterima di band rock tersebut. Namun sesuai dengan kesepakatan antara Olivia, Emily dan Sharon karena ketiganya tak ingin mematok Ivy sebagai sosok ikonik Rebel Angel. Mereka menginginkan sosok yang baru. Yang jauh berbeda dengan Ivy dan memiliki ciri khas sendiri. Bukan tanpa alasan mereka melakukannya, karena mereka juga tak ingin band rock ini dibayang-bayangi oleh sosok Ivy Armstrong yang telah rela meninggalkan band begitu saja.

          Tetap melanjutkan audisi yang meskipun terasa membosankan, ketiganya mencoba bersikap profesional. Pintu ruang audisi terbuka lebar dan menampilkan seorang gadis bertubuh langsing serta tinggi. Dia terlihat memakai kaos hitam ketat, hotpants robek, sepatu boots tinggi, eyeliner yang tampak tebal di mata birunya serta memiliki rambut hitam yang panjang dan lurus. Secara visual gadis tersebut terlihat menarik.

          Senyum gadis itu tampak cemerlang—mungkin agak sombong. Sangat percaya diri meskipun belum menunjukkan bakatnya, dan hampir membuat Emily mendengus kesal melihat perangai sosok gadis itu.

          “Hello, siapa namamu?” Sharon mulai bertanya seperti pada peserta audisi sebelumnya.

          Gadis itu tersenyum miring yang tampak dibuat-buat. “Aku Genesis Shelly.”

          “Oke, Genesis. Silakan bernyanyi.” Olivia memberi isyarat untuk mempersilakan.

          Genesis berdeham pelan dengan cara yang agak berlebihan, kemudian dia mulai bernyanyi memasuki intro lagu yang merupakan lagu hits Rebel Angel saat masih bersama Ivy sebagai vokalis utama. Olivia, Emily dan Sharon awalnya memiliki ekspetasi yang cukup tinggi pada suara Genesis, tapi ternyata, dia tak pandai bernyanyi. Suaranya terdengar aneh, agak sumbang, bahkan lirik lagunya diubah secara sembarangan akan tetapi dia tampak percaya diri sekali—seperti peserta audisi sebelumnya.

          Sharon selalu saja menjadi satu-satunya di antara personil Rebel Angel yang tidak bisa menahan rasa lucu dibenaknya. Dia menutupi mulutnya dengan kedua tangan agar tak ada yang bisa melihat keinginannya untuk tertawa terbahak-bahak.

          “Oke, cukup.” Olivia mengetuk-ngetuk bolpoin pada meja untuk memberi isyarat agar gadis modis yang memiliki suara kurang sedap didengar itu segera berhenti bernyanyi.

          Emily yang sejak tadi tak suka dengan perangai Genesis semakin merasa geram. “Genesis, apa kau bisa mendengar kami mengatakan sudah cukup dengan nyanyianmu?”

          “Apa?” Genesis terlihat tak terima. Ia terpaksa menghentikan nyanyiannya yang dianggapnya cukup bagus. “Yang benar saja jika kalian menyuruhku berhenti padahal aku belum selesai bernyanyi.”

          “Kami akan menghubungimu nanti.” Olivia tak ingin lama-lama menghadapi peserta yang seperti ini.

          Genesis mendengus kesal. “Menghubungi apa? Aku tak ingin membuang-buang waktu hanya untuk menunggu kalian menghubungiku. Aku ingin keputusannya sekarang. Aku ingin kalian menerimaku sebagai vokalis utama kalian.”

          Olivia, Emily dan Sharon saling melemparkan pandangan. Muncul lagi sosok yang mirip seperti Annie yang merupakan peserta audisi pertama yang memaksa mereka. Sebenarnya tidak semua peserta seperti keduanya. Ada yang sangat pengertian dan bisa menerima keputusan anggota Rebel Angel.

          “Kami tetap akan menghubungimu nanti, Genesis. Dan sekarang silahkan keluar.” Emily berkata dengan tegas.

          Tetap saja Genesis yang keras kepala tak mau peduli. “Aku maunya kalian menerimaku. Tidak ada penolakan. Titik.”

Rebel AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang