CHAPTER 13 ◆ Owner Of A Beautiful Voice

103 2 0
                                    

          ENTAH karena iseng semata atau hanya karena merasa penasaran, Alexa kembali berkunjung ke apartemen Helen. Dia ingin memastikan jika wanita muda yang cantik itu baik-baik saja. Sulit sekali ketika mengenal seseorang tapi malah lupa menanyakan nomor ponselnya, dan Alexa terus menyesali hal tersebut. Dia juga berusaha meyakinkan dirinya bahwa Helen dalam keadaan baik dan sehat ketika mereka bertemu nanti.

          Alexa memandang apartemen mewah yang menjulang tinggi itu. Langit sudah menggelap di atas sana. Tak terlalu ramai orang yang berjalan di trotoar pada malam ini. Dia lalu menyeberang menuju ke arah pintu masuk apartemen. Setibanya di sana, suasana akrab apartemen mewah ini membuatnya tidak merasa terintimidasi lagi—dia sudah mulai terbiasa.

          Tak berselang lama, denting lift berbunyi yang menandakan bahwa Alexa sudah tiba di lantai tujuannya. Dia berjalan tenang menuju ke unit apartemen Helen. Dia masih saja bertanya-tanya mengapa dirinya masih terus melanjutkan keinginannya ini untuk menemui Helen yang belum pasti bisa ditemui atau tidak.

          Menekan bel berkali-kali, Alexa tetap bersabar menunggu Helen membukakan pintu. Dan terus berharap dia dalam keadaan yang baik-baik saja.

          Sepuluh menit berselang, tak ada tanda-tanda pintu apartemen akan terbuka. Di mana Helen sekarang? Apakah dia tidak kembali ke apartemennya? Atau mungkin sudah pindah?

          Alexa tak mempercayai pertanyaannya yang terakhir. Jika Helen sudah pindah maka dia akan menemuinya dan tak membuatnya menunggu seperti ini. Tapi dia dan Helen baru saja berteman. Seharusnya dia tak boleh begitu saja mempercayai wanita muda itu. Akan tetapi Helen terlihat baik dan tak ada yang mencurigakan sama sekali tentang dirinya, kecuali kesan pertama saat mereka berdua bertemu di toilet klub malam. Itupun Helen sedang dalam keadaan mabuk, jadi wajar saja jika dia bersikap agak aneh.

          Ketika Alexa hendak menekan bel sekali lagi untuk memastikan jika Helen memang tak ada di dalam apartemennya dan memutuskan untuk segera pergi setelah ini, pintu depan tetangganya terbuka dan tak lama kemudian menampilkan sosok pria super tampan yang pernah menekankan tombol lift untuknya pada waktu itu. Aroma parfum mahal memenuhi indera penciuman Alexa yang berharap matanya tidak terlepas dari rongganya karena tidak bisa lepas memperhatikan pria tampan yang saat ini sedang tersenyum ke arahnya. Iya, pria tampan itu memang tersenyum padanya bukan sebuah ilusi semata.

          “Hey!” Nathan menyapa dengan ramah. “Kita bertemu lagi.” Ia memakai baju kaos yang dipadukan dengan leather jacket dan celana jeans. Sepertinya ia hendak pergi.

          Alexa diam-diam menyukai aroma parfum yang sedang digunakan oleh Nathan saat ini. “Uh, iya benar kita bertemu lagi.”

          Nathan menunjuk pintu apartemen Helen. “Kau masih ingin menemui temanmu?”

          “Um, iya.” Alexa merasa ia mulai salah tingkah tapi ia berusaha sebisa mungkin untuk tetap terlihat santai. Ia sebelumnya tak pernah seperti ini ketika bertemu pria manapun kecuali sosok Nathan. “Tapi kurasa dia memang sedang tidak ada di apartemennya.”

          “Apakah kau akan segera pulang?” Nathan bertanya dengan nada yang terdengar tidak setuju.

          Alexa hanya mengangguk. “Ya, sepertinya begitu.”

          Nathan memandang Alexa dengan begitu intens sehingga membuat Alexa hampir lunglai lemas ke lantai. Alexa sadar diri bahwa dia tak boleh terlalu percaya diri jika pria setampan Nathan memandanginya karena rasa tertarik. Pria itu pasti memiliki selera seorang wanita sekelas super model ketimbang dirinya yang dianggapnya biasa-biasa saja dan kurang menarik. Dia berpikir mungkin Nathan sedang menilai dirinya—atau pada penampilan urakannya.

Rebel AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang