CHAPTER 12 ◈ The Presence Of A Cold Man

140 3 0
                                    

          EMILY semakin muak ketika ibunya menyodorkan gaun malam yang sama sekali bukanlah seleranya. Dia lebih senang menggunakan t-shirt maupun celana jeans ketimbang gaun yang hanya membuatnya merasa kurang nyaman. Dia bahkan masih tak mengerti apa alasan dibalik makan malam yang kata sang ibu sangat penting ini. Semuanya masih tanda tanya dan penuh rahasia.

          “Coba beri aku satu alasan mengapa aku harus memakai gaun itu?” Emily melipat kedua tangannya di depan dada sembari menatap penuh selidik pada sang ibu.

          Mrs. Cooper sampai mendengus pelan. “Ini masih rahasia, Emily.”

          “Kalau begitu aku tak mau menggunakannya.” kata Emily dengan keras kepala. Ia tambah muak mendengar kata ini masih rahasia.

          Mrs. Cooper memutar matanya tapi tak lama kemudian tiba-tiba ia memasang senyuman aneh. “Kau belum memiliki kekasih, 'kan?”

          Emily berkacak pinggang dengan ekspresi jengkel. “Apa-apaan ini? Apa kau sedang mencoba merencanakan kencan buta untukku?”

          Mrs. Cooper sampai tertawa lepas. “Ini masih menjadi rahasia.”

          Emily hampir menjerit histeris sebelum akhirnya menenangkan dirinya. Kata-kata ibunya yang terus menerus seperti itu benar-benar terdengar menjengkelkan.

          Mrs. Cooper bergerak menuju ke deretan gaun-gaun yang sudah ia siapkan dan merupakan rancangannya sendiri. Ia kemudian beranjak menuju ke arah Emily lagi. “Gaun hitam,” ia menunjukkan sebuah gaun elegan yang paling terbaik yang pernah dirancangnya, “gunakan gaun ini, atau aku akan membubarkan band-mu itu.”

          “Kau sedang menggertakku?” Emily menaikkan sebelah alisnya dan masih bersikap tenang.

          “Tidak.” sahut Mrs. Cooper dengan tegas. “Aku sedang tidak bermain dengan kata-kataku, Emily.”

          Emily tersenyum sinis. “Oke, aku akan mengikuti permainanmu.”

          “Ini bukan permainan.” Mrs. Cooper berkilah.

          “Terserah kau saja.” sahut Emily dengan nada sebal seraya mengambil gaun hitam yang ada di tangan sang ibu.

          Mrs. Cooper agak senang karena akhirnya si putri semata wayangnya itu mau menggunakan gaun terbaik yang telah ia siapkan. “Ini demi kebaikan—”

          “Cukup, Mum!” Emily tak ingin mendengar kata-kata apapun dari ibunya. “Kau bisa keluar sekarang, sebab aku mau mengganti bajuku dengan gaun sialan ini.”

          Mrs. Cooper melototkan matanya. “Emily—”

          Emily buru-buru membukakan pintu kamarnya untuk sang ibu keluar. Dia sudah benar-benar merasa jengkal sekali. Ibunya selalu saja berhasil membuat mood-nya memburuk.

          “Setidaknya gaun itu masih sopan, dan kau bisa menyembunyikan beberapa tato di lenganmu dengan gaun tersebut.” Mrs. Cooper lalu berjalan meninggalkan Emily yang semakin jengkel mendengarnya.

          Emily membolak-balik gaun elegan berwarna hitam itu yang berlengan panjang, membentuk lekukan tubuh serta memperlihatkan bagian punggung. Mencemooh berkali-kali sebelum akhirnya melemparkan gaun tersebut ke ranjangnya dengan mendesis kesal. Dia berkacak pinggang sembari memikirkan cara untuk melarikan diri, tapi tiba-tiba ponselnya berbunyi karena ada sebuah pesan masuk.

          Berdecak berkali-kali, Emily dibuat semakin jengkel karena sang ibu tahu dengan niatnya, dan lagi-lagi mengancamnya di pesan singkat tersebut.

Rebel AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang