CHAPTER 7 ◆ First Day Of Auditions

150 5 3
                                    

          PERSONIL Rebel Angel terpaksa bangun di pagi hari karena mereka di jadwalkan melakukan audisi secara tertutup di studio musik pribadi milik mereka sekaligus sebagai basecamp. Frank terus menggerutu untuk membangunkan keempat artisnya dengan ponsel yang bertengger di telinga sembari menelepon seseorang di seberang sana. Suasana pagi ini mendadak jadi riuh.

          “Brengsek! Aku masih mengantuk.” Emily bergumam lalu membaringkan lagi kepalanya di bantal.

          “Ini demi kelangsungan Rebel Angel.” Olivia berjalan menuju ke arah kamar mandi meskipun ia masih merasa mengantuk.

          “Aku butuh sebotol bir.” Sharon malah melangkah menuju ke arah dapur padahal ia baru saja memaksa dirinya untuk bangun setelah Frank berteriak membangunkannya.

          “Hey! Hey!” Frank mengikuti langkah Sharon. “Sebentar, Ollie.” Ia meminta lawan bicaranya di telepon menunggu sejenak namun ponselnya masih setia di depan telinga. “Sharon, aku membangunkanmu untuk kau segera mandi dan bersiap-siap. Mengapa kau malah ke dapur?”

          “Kau cerewet sekali, Frank!” Sharon melototi sang manager. “Aku butuh sebotol bir.”

          “Tidak ada bir di pagi hari.” Frank balas melototi Sharon. “Cepat mandi sana. Kita tidak punya banyak waktu, apalagi minum bir.” Ia lalu menarik Sharon menuju ke arah kamar mandi.

          “Oh, ayolah.” Sharon sedikit merengek.

          “Tidak ada penolakan.” kata Frank dengan tegas. “Waktumu hanya dua puluh menit.”

          “Apa?” Sharon merasa tidak terima.

          “Segera mandi, atau aku mendepakmu keluar dari penthouse dan mandi di basement parkir.” Frank sengaja memberikan ancaman meskipun tidak akan benar-benar terdengar serius.

          “Menyebalkan!” Sharon menggerutu seraya melangkah menuju ke kamar mandi dengan langkah gontai.

          “Baiklah, Ollie. Sampai di mana tadi kita... ” Frank kembali melanjutkan teleponnya yang sempat tertunda.

          Dua puluh lima menit kemudian, mereka semua menikmati sarapan bersama-sama. Frank terus mengoceh dengan mengatakan bahwa mereka harus serius ketika melakukan audisi. Dia juga mengingatkan bahwa mereka tak perlu mencari penyanyi yang memiliki suara yang mirip atau identik layaknya Ivy, bahkan gaya busana maupun perangainya. Setidaknya calon vokalis baru mereka memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dari Ivy.

          “Bagaimana jika kami belum juga menemukan calon vokalis kami meskipun audisi dibuka selama berminggu-minggu?” Olivia mulai bertanya.

          “Itu tidak masalah.” Frank meraih cangkir kopinya di atas meja. “Selama kalian masih tidak cocok dengan jenis suara mereka. Kami menginginkan saat kalian kembali ke industri musik, semua penggemar kalian maupun orang-orang yang baru mendengarkan musik kalian akan merasa surprise.” Ia kemudian menyesap kopi hitamnya.

          “Tapi kau sudah memastikan jika tidak ada satupun paparazzi maupun media massa yang akan diam-diam meliput?” Kali ini Emily yang bertanya.

          “Tidak perlu khawatir,” jawab Frank meyakinkan, “kalian akan masuk ke studio lewat pintu rahasia. Beberapa petugas keamanan akan berjaga.”

Rebel AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang