Akududuk melamun di balkon kamarku, sembari melihat awan malam yang mendung, akuberpikir tentang seandainya tak pernah bertemu dengan Wildan. Akankah kisahcintaku serumit ini?
Aku tak pernah menyalahkan karunia Allah, aku juga tak pernah menyalahkan Dia yang memberi karunia. Tapi, aku menyalahkan hatiku yang menempatkan karunia Allah pada hati yang salah. Aku penasaran kenapa Allah mempertemukan lagi aku dengannya, padahal jarak dan waktu sudah berusaha menepis cinta yang ada. Mungkin aku terlalu terlena dengan ilusi cinta, hingga hadirnya yang tanpa diduga membuat hatiku bergetar kembali.
"Nai..." Panggilan Tatan membuyarkan lamunanku. Aku menoleh dan berjalan masuk ke kamar untuk menemuinya
Aku mendapati Tatan tersenyum aneh padaku. Senyumnya sangat jarang sekali aku lihat, sorotan mata apa itu? Kenapa Tatan seperti wanita yang mau melepas anaknya menikah?
"Ada apa, Tan?"
Tatan berjalan ke arahku, tiba-tiba memelukku. Dan mengatakan, "Keponakanku tersayang."
Sebenarnya ada apa ini? Siapapun tolong jelaskan, kenapa Tatan yang biasanya sering membully-ku, mendadak menjadi melankolis seperti ini?
"Ada apa sih, Tan?"
"Turun ke bawah yuk! Ada laki-laki baik yang ingin mengkhitbahmu," katanya.
Sontak aku melepas pelukannya, menatapnya dengan terbelalak.
Ada seseorang laki-laki ingin mengkhitbahku. Ini serius?
"Jangan boong deh, Tan. Nggak lucu," kataku.
"Beneran, Tatan nggak bohong," yakinnya.
"Akhirnya keponakanku akan menjadi istri orang. Tatan bahagia, Nai!" lanjutnya dengan meremas kedua pundakku.
Tatan tampak senang sekali, dari sorotan matanya sepertinya itu benar. Aku memang pernah berdoa agar Allah mendatangkan laki-laki baik untuk menghapus cintaku pada Wildan. Tetapi, apakah doa itu benar terkabul? Maha besar Allah, aku tidak percaya ini.
Aku berjalan di belakang Tatan menuruni tangga. Aku mendengar suara Abah tengah berbicara dengan suara laki-laki yang mungkin seusia dengannya. Dan, mungkin orang itu adalah ayah dari laki-laki yang akan mengkhitbahku. Aku masih tidak berani mendongakkan kepala meski aku penasaran siapa laki-laki itu. Rasanya aku terlalu gugup meskipun aku belum tahu jawaban apa yang akan kuberikan untuknya.
"Ini Naira, anak pertama saya," kata Abah.
Aku mendengar suara ibu-ibu yang mungkin mengatakan Masyaallah. Entah apa itu maksudnya tetapi aku merasa tersanjung.
Sambil memilin ujung jilbabku, perlahan aku mengangkat kepalaku. Siapa pun dia, semoga menjadi yang terbaik untukku, agar aku bisa benar-benar menghilangkan rasa terlarangku untuk Wildan.
Saat aku mengangkat pandanganku lurus ke depan, aku melihat laki-lakit itu. Laki-laki yang membuatku kebingungan mencekat tenggorokan. Deru jantungku bergejolak cepat, rasanya aku ingin pingsan.
"Wildan?"
Kenapa ada Wildan? Wildan yang akan mengkhitbahku? Bagaimana mungkin? Dia kan mau menikah dengan Zulfa? Kenapa?
Astagfirullahaladzim, ini membingungkan.
Laki-laki itu menyunggingkan senyuman yang paling tidak ingin kulihat. Senyuman yang membuatku pada akhirnya jatuh cinta lagi kepadanya.
Hening. Ruang keluarga mendadak hening saat aku dan Wildan beradu tatapan. Aku menatapnya bingung dan dia menatapku tanpa arti, hanya senyuman yang kulihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DSS 1] Dear Allah [NOVEL VERSION]
SpiritualCinta diam-diam Naira tersimpan rapi bertahun-tahun kepada Wildan yang hatinya telah tertambat pada gadis lain. Naira harus menahan rasa sakit saat mendengar Wildan selalu menceritakan gadis yang ia cinta di hadapan Naira. Cinta diam-diamnya begitu...