Kondisi Wildan begitu mengenaskan, kepala dan tangannya harus diperban karena terluka akibat benturan pada waktu kecelakaan. Kabel elektroda terpasang di dada Wildan yang menghubungkan langsung ke layar monitor vital di samping tempat tidur. Tergambar grafik jantung dan pernapasannya naik turun di bawah kisaran normal. Alat bantu napas juga terpasang menutupi sebagian wajah dokter muda itu.
Naira merosot di depan pintu Ruang ICU setelah melihat langsung kondisisuaminya. Kakinya lemas tak sanggup lagi berjalan, relung hatinya telah hancurkarena musibah ini. Naira tak mempedulikan lagi orang di sekitarnya, diamenangis terisak karena menyesal ini semua harus terjadi.
Mata Aisyah berkaca-kaca, gadis itu tak sanggup melihat sahabatnya seperti ini. Kabarnya Wildan hampir tak selamat karena kehabisan darah saat perjalanan ke Rumah Sakit, bahkan pemuda itu sudah menunjukkan kelemahan pada organ vitalnya, denyut nadinya di bawah kisaran normal dan tubuhnya pun sudah sedingin es. Orang yang mengantarkan Wildan ke Rumah Sakit mengira Wildan tak akan selamat karena kondisinya parah.
Namun, Allah berkata lain.
Saat tiba di IGD, denyut nadi Wildan masih teraba meski lemah. Karena cidera otak berat, dokter yang menanganinya langsung menjadwalkan operasi Cito dan tujuh jam setelahnya, kini Wildan terbaring kritis di ruang Intensive Care.
"Maaf..."
Aisyah tak tahu lagi harus berbuat apa, Naira terlihat begitu terpukul karena musibah ini. Memang, dia tidak tahu apa yang terjadi sebelum kecelakaan terjadi. Tetapi melihat Naira seperti ini, Aisyah yakin jika ada sesuatu di antara mereka sebelum musibah ini.
"La tahzan ukhti, Innallaha ma assobiriin... tangisan tak akan mengubah apapun kecuali doa. Sekeras apapun kamu menangis tidak akan mengubah keadaan Wildan menjadi lebih baik," ucap Aisyah sambil memegangi pundak kiri Naira.
"Ada Allah untuk berdoa, ada harapan di dalam doa, Naira...."
Perlahan tangis Naira mereda. Apa yang dikatakan Aisyah memang benar. Percuma dia menangisi ini semua, keadaan Wildan tidak akan bisa menjadi lebih baik jika hanya ditangisi saja. Satu-satunya jalan keluar untuk musibah ini hanyalah doa, karena doa adalah cara yang tepat untuk memohon pada Sang Pencipta agar kondisi suaminya menjadi lebih baik lagi.
Naira mengusap air matanya, perlahan dia berdiri. Memandang sebentar wajah Wildan kemudian melangkah keluar. Hanya satu tempat yang ada pikirannya saat ini, yakni Masjid. Hanya tempat itu yang paling dia inginkan sekarang. Bersujud kepada Illahi Rabb, memohon ampun kepada Dzat Yang Maha Pengampun dan berdoa meminta kesembuhan sang suami.
***
Aku memandangimu penuh harap agar kamu cepat sadar, Suamiku. Maafkan aku, karena tidak bisa menjadi istri yang baik untukmu.
Jika Allah izinkan, rasanya aku ingin menggantikanmu. Terbaring lemah tak berdaya di ruangan dingin ini dengan kabel monitor yang mengerubungimu.
Kau tahu, Suamiku.
Ketika pertama kali aku mendengar kabar kamu kecelakaan, hancur dan sakitnya hatiku melebihi hancur dan sakitnya aku saat mendengar kamu akan menceraikanku.
Aku sangat bersyukur pada Allah yang telah menyelamatkanmu. Aku terus mendoakanmu, tolong sadarlah, tolong bangunlah.
Jiwaku terasa kosong saat melihatmu seperti ini. Meski cintamu tak pernah kumiliki tetapi kamu masih suamiku. Karena ada cinta yang tulus untukmu di hatiku.
Kalau kamu sadar, aku akan rela dan ikhlas bercerai denganmu. Aku tak mau membuatmu menderita lagi karena cintaku. Cepatlah sadar, Suamiku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[DSS 1] Dear Allah [NOVEL VERSION]
SpiritualCinta diam-diam Naira tersimpan rapi bertahun-tahun kepada Wildan yang hatinya telah tertambat pada gadis lain. Naira harus menahan rasa sakit saat mendengar Wildan selalu menceritakan gadis yang ia cinta di hadapan Naira. Cinta diam-diamnya begitu...