8

49K 2.2K 82
                                    

"My heart is always first to know, and as the feeling grows, i can't deny it." (Heart skips a beat-Lenka)




Fera menatap layar smartphonenya sambil tersenyum. Ia baru menerima pesan dari sahabatnya, Wenny. Ya Wenny sedang berada di Bandung, mereka berencana akan bertemu siang ini saat jam istirahat di kantor. Sudah hampir tiga minggu mereka tidak bertemu sejak hari pernikahan Fera. Fera sudah tidak sabar ingin bertemu sahabatnya saling melepas kerinduan serta mencurahkan isi hati masing-masing. Ahhh ia sangat kangen dengan sahabatnya ini. Mengenai mama, beliau sudah pulang ke Bogor tadi pagi. Fera berusaha menahan mama agar ia menginap lagi di Bandung namun mama menolak dengan alasan tidak mau menganggu pengantin baru. Fera mendelik ketika mendengar alasan mamanya. Padahal ia tidak merasa terganggu sama sekali.

==##==


Hari sudah menjelang siang, Wenny sudah tiba di depan sebuah gedung raksasa. Ia tidak tahu apakah benar ini gedung Pramudtya Wellhome? Tetapi ketika ia memberi alamat kepada supir taksi, supir taksi langsung membawanya ke sini. Ia segera membayar ongkos taksi kemudian melangkah pelan memasuki lobi gedung. Wenny takjub ketika melihat desain dan arsitektur bangunan ini. Terkesan mewah dan sangat berkelas. Wenny berjalan dan  tanpa henti terus mengaggumi bangunan ini sehingga tanpa sengaja ia menabrak seseorang.

BUG!!

Tubuh kecil Wenny terjatuh ke lantai ketika menabrak sosok pria yang berdiri tegak menggunakan pakaian kerjanya lengkap.

“Ouchh...” jerit Wenny.

“Makanya kalau jalan lihat-lihat, Dasar anak kecil!” umpat pria itu dan ia masih berdiri di hadapan Wenny santai tidak berniat menolong Wenny yang mengeluh kesakitan di lantai.

Wenny segera bangun meski dalam kondisi badannya yang masih nyeri. Ia memukul celananya yang kotor terkena debu.

“Maaf ya Om, tapi saya bukan anak kecil,” balas Wenny jengkel.

“Apa? Lo panggil gue Om? Memang gue setua itu?” jawab Pria itu sambil melototi matanya.

“Iya emang udah tua makanya gue panggil Om,” tambah Wenny cepat dan balik melototinya.

Wenny terlihat sangat kesal, moodnya berubah seketika dari bahagia ingin bertemu sahabatnya dan sekarang menjadi sangat buruk karena bertemu dengan pria menyebalkan di hadapannya ini.

“Dasar anak kecil! Gak level gue ngeladenin omongan Lo,” balas Pria itu masuk ke dalam gedung meninggalkan Wenny yang masih mengerutu.

Wenny memulihkan kembali moodnya yang telah hancur. Ia segera meraih smartphonenya menghubungi Fera.

“Fera, kamu dimana? Aku sudah di lobi ni,” ucap Wenny maasih dengan nada sebal ketika Fera baru menjawab panggilannya dengan sapaan ‘Halo’.

“Iya.. bentar. Aku udah mau ke bawah kok,” balas Fera segera.

Wenny mengerutu di lobi. Ia masih menggumam tidak karuan karena pria menyebalkan yang baru ditemuinya. Samar-samar ia melihat sahabatnya keluar dari lift. Ia kemudian mengangkat tangannya memberi kode. Fera melihatnya lalu segera melangkah menyusul Wenny.

“Wennyyyy.....” teriak Fera sambil memeluk erat Wenny.

Wenny membalas pelukan sahabatnya, “Aku kangen...” rengek Fera.

“Ya ampun kamu, udah jadi istri orang masih manja aja,” balas Wenny mulai merenggangkan pelukannya. Wenny kemudian menatap sahabatnya heran, takjub melihat perubahan Fera tepatnya gaya berpakaiannya.

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang