"So many people around the world, tell me where do i find someone like you girl" (Take me to your heart-MLTR)
Matahari sudah menampakkan senyumannya. Suasana Bandung yang cerah berbeda dengan Bogor yang sejak beberapa hari ini diguyur hujan. Setelah menunaikan shalat subuh dengan penuh semangat Fera menyiapkan sarapan. Sepiring omellete dan segelas susu hangat sudah tersaji di meja makan. Fera tidak menemukan apapun yang tersisa di dalam lemari pendingin apartemen ini kecuali beberapa telur dan sosis. Ia tidak mengetahui apa makanan dan minuman favorit Tio oleh karena itu ia menyiapkan sarapan menggunakan sisa bahan makanan itu.
Tio masih belum muncul dari kamarnya padahal jam waktu sudah menunjukkan pukul 7:30 pagi. Fera tampak ragu apakah ia masuk ke kamar atau tidak untuk memanggil Tio. Namun untung saja tidak lama kemudian Tio sudah keluar dari kamar dengan menggunakan pakaian kerjanya lengkap beserta jasnya. Fera segera menyapanya dari balik meja makan,
“Mas, dimakan dulu sarapannya?”
Tio menoleh asal suara dan menatap ada sepiring omellete dan segelas susu putih hangat di atas meja. Ia mengernyitkan dahinya ketika melihat Fera masih duduk dengan menggunakan piyama hello kittynya.
“Kamu tidak siap-siap? Kita berangkat ke kantor sama-sama pagi ini?” tanya Tio cepat.
Fera yang tampak kebingungan kemudian berdiri persis seperti orang linglung.
“Fera, mulai hari ini kamu bekerja di Pramudtya Wellhome,” jelas Tio lagi.
Fera terperanjat kaget mengangkat alisnya,
“Maksud Mas, Saya .....?”
“Kenapa? Oh iya aku lupa jika kamu tidak tertarik berkarir di perusahaanku tapi sayangnya kamu harus bekerja di sana bahkan menjadi istri direktur perusahaan itu,"
Fera segera menahan ludah mendengar perkataan Tio. Ia menyadari jika Tio sedang menyindirnya. Fera mengakui jika dulu adalah kesalahannya mengatakan sesuatu seenaknya. Fera meringis dalam hati.
“Cepat mandi,” perintah Tio. Fera segera melangkah menuju ke kamar.
Tio melihat sarapan yang disajikan Fera. Ia mengangkat alisnya sambil heran. Gadis itu memperlakukannya seperti anak yang hendak berangkat sekolah, menyiapkan sarapan omellete dan segelas susu putih. Namun perut Tio tidak bisa berbohong, ia belum menyantap apapun sejak tadi malam. Tio segera melahap omellete dan bergumam ternyata enak juga masakannya.
Tio bersandar di sofa menikmati menonton televisi. Ia memutar channelmencari acara yang asyik namun ia malah menemukan acara yang membosankan. Ia menatap jam tangannya, sudah hampir empat puluh menit namun Fera masih belum keluar dari kamarnya. Ia mulai bosan dan mengecek iPhonenya. Terdapat beberapa pesan dari sekretarisnya dan sebuah ajakan kencan dari wanita yang bernama Monica. Tio mengabaikan pesan tersebut, ia tidak tahu kenapa namun saat ini ia tidak mood untuk berkencan.
Suara knop piintu dibuka, Fera sudah berdiri tegak siap dengan pakaian kerjanya. Tio segera mengalihkan pandangannya dan mendesah panjang. Penampilan Fera yang sangat tidak selaras, ia hanya menggunakan kemeja besarnya dan celana kain yang berwarna coklat. Ya Tuhan! Bukankah kemarin ia seperti seorang angsa tampil dengan keanggunan dan kecantikan bahkan membuat Tio takjub namun sekarang ia kembali menjadi seseorang itik buruk rupa?
"Kamu tidak mempunyai pakaian yang lain?" Protes Tio segera.
"Kenapa? Ada yang aneh dengan pakaian saya?" Tanya Fera sambil memperhatikan seluruh pakaiannya.
Astaga! Apakah ia tidak menyadari gaya pakaian yang digunakan? Tio memijit kepalanya sejenak kemudian muncul satu ide gila.
"Ya sudah ayo kita berangkat," perintah Tio cepat. Fera segera mengikuti langkah kaki besar Tio.