"You're an angel dressed in armor. You're the fair in every fight. You're my life and my safe harbour. Where the sun sets every night. And if my love is blind i don't want to see the lights" (Close your Eyes - Michael Buble)
Sejak kepulangan Fera dari rumah sakit. Tidak terjadi banyak perbincangan panjang antara Tio dan Fera. Tiap kali Tio berbicara sesuatu hal kepada Fera. Fera hanya memberikan jawaban yang singkat. Tio mengetahui bagaimana perasaan Fera tapi seharusnya ia jangan terlalu memikirkan perkataan Mama. Bukankah pernikahan ini mereka yang menjalaninya dan hanya mereka berdua yang mengerti permasalahan mereka? Batin Tio bergumam.
"Kamu istirahat ya," ujar Tio membantu Fera berjalan menuju ranjangnya. Ia membaringkan tubuh Fera perlahan dan mulai menyelimutinya.
Tio memperhatikan wajah dan tatapan mata Fera yang sayu. .
"Sayang... Kamu tidak perlu memikirkan perkataan mama," jelas Tio membuka suara. Ia tidak tahan lagi melihat raut wajah sendu dan gelisah Fera.
Fera mendongak wajahnya menatap wajah kokoh suaminya. Ia perlahan mengangkat tangan kanannya dan mengusap pelan pipi Tio. Ia mengusap tiap lekuk wajah tampan suaminya. Rasa bersalah itu muncul lagi menyelimutinya.
"Mas.... Aku minta maaf," lirih Fera pelan dengan mata yang sudah mengeluarkan tetes air mata.
Tio melihat tetes demi tetes air mata itu jatuh di pipi Fera. Ia melihat Fera menangis dan itu merupakan hal yang sangat tidak diinginkannya.
Tio menggeleng kepalanya, "Tidak ada yang perlu dimaafkan. Kamu tidak salah," bantah Tio cepat.
"Tapi Mas......"
"Aku akan menunggu hingga kamu benar-benar siap Fera. Jadi jangan pernah berpikir yang aneh-aneh. Sekarang kamu istirahat, kondisi kamu belum pulih," pinta Tio lembut namun Fera menyadari ada nada ketegasan dibaliknya.
Tio bangkit dari kursinya. Ia berdiri dan mengecup kening Fera.
"Tidur ya...," perintah Tio kemudian ia pergi meninggalkan Fera.
Tio menutup pintu kamar pelan. Ia menyandarkan dirinya di balik pintu.
'Maaf Fera, hanya ini yang bisa aku lakukan," ujar Tio dalam hati.
==##==
Makan malam sudah tiba. Mama, Tio dan Fera sedang duduk menyantap makan malam. Awalnya Tio menyuruh Fera agar makan di kamarnya. Namun Fera bersikeras ingin makan bersama-sama di ruang makan. Fera juga ingin membantu Mama menyiapkan makan malam. Tapi Tio dan Mama menolaknya dan menasihati ia agar beristirahat saja di kamar.
Di atas meja makan sudah terhidang beraneka ragam masakan. Ada sayur bayam, brokoli, wortel dan tomat yang diolah mama menjadi sup yang menggiurkan. Selain itu dihidangkan juga tiram dan telur serta ada buah alpukat dan semangka di atas meja.
Tio dan Fera hanya bisa menganga melihat semua makanan itu. Mereka berdua duduk dan siap menikmati hidangan. Ternyata rasanya sangat lezat. Tio memang mengaggumi masakan mama yang selalu lezat. Tio juga tidak memungkiri jika masakan Fera juga enak namun tidak ada yang mengalahkan kelezatan masakan mamanya.
"Mama sengaja memilih menu masakan ini untuk makan malam," gumam Mama.
Tio dan Fera masih asyik menikmati makanan. Mereka mengangguk senang karena makanan ini benar-benar lezat.
" Makanan ini mama sengaja buat untuk meningkatkan kesuburan suami istri," jelas Mama.
Jleb!
Tio menghentikan gerakan tangannya ketika hendak memasukkan sendok ke dalam mulut. Sementara Fera menghentikan kunyahannya. Tubuh Fera kembali menegang, sorot matanya jatuh pada piring dihadapannya menatap dengan tatapan kosong. Tio menyadari ketegangan yang menyelimuti Fera. Ia hanya bisa meringis dalam hati. Kenapa mama membahas masalah ini disaat sedang menikmati makanan? Keluh Tio dalam hati.