9

44.2K 2K 36
                                    


"You can take everything i have, you can break everything i am. Like i made of glass, like i made of paper". (Skyscraper-Demi Lovato)

Fera menatap layar komputernya dengan tatapan kosong. Ia merasa ada yang sesuatu yang hilang. Apa mungkin karena keberangkatan Tio ke Singapura? Tapi mereka baru berpisah enam jam yang lalu. Bukankah tiap harinya jika mereka bekerja, mereka berpisah di pagi hari dan akan bertemu kembali ketika menjelang sore atau malam hari. Tapi mengapa saat ini rasanya berbeda? Lirih Fera pelan. Fera menyandarkan dirinya di kursi kerjanya. Ia kemudian mengalihkan pandangan ke layar smartphonenya. Ia membuka kotak pesan dan membaca lagi pesan terakhir yang dikirim Tio padanya.

'Aku sudah sampai'

From : Mas Tio

10:00 AM

Hanya tiga kata pemberitahuan dari Tio sudah membuat Fera menarik napas lega ketika membacanya. Tanpa ragu segera diketiknya rangkaian kata-kata balasan di layar touchscreen smartphonenya.

'Alhamdulillah, jangan lupa jaga kesehatan Mas,'

To : Mas Tio

10:05 AM


Sudah tiga jam berlalu sejak Fera mengirim pesan itu namun tiada balasan dari Tio. Ia tampak selalu memperhatikan layar smartphonenya menanti dengan penuh harap ada balasan dari Tio. Namun hasilnya tetap nihil. Fera menarik napas dalam. Mungkin suaminya sedang sibuk menghadiri rapat dengan para klien sehingga belum sempat membalas pesannya? Gumamnya dalam hati.

Fera bangkit dari kursinya sejenak. Ia menuju ke toilet untuk membasuh wajahnya yang tidak bersemangat sama sekali sedari pagi. Ia memutar keran air di wastafel kemudian mengusap air ke wajahnya. Rasa segar menyelimuti tubuhnya walau hanya sejenak. Fera mengamati wajahnya kemudian mengerakkan bibirnya asal ke segala arah. 'Ayo Fera tersenyumlah' gumamnya kemudian ia berusaha menyunggingkan senyuman lebar di  depan kaca namun tetap gagal. Raut wajah kesedihannya masih tampak jelas. Ia pun melangkah hendak keluar dari toilet.

Entah kenapa langkah Fera yang berada di toilet pintu tertahan ketika mendengar percakapan  dua karyawan wanita di lorong toilet. Ia menahan knop pintu untuk mendengar detail percakapan dua wanita itu.

"Eh eh Lo tau nggak kemarin Pak Tio menggandeng tangan istrinya?" Ucap seorang wanita dengan suara seraknya.

"Gue nggak liat, tapi gue udah dengar  itu berita. Gue kira itu bohongan tapi ternyata kenyataan," balas suara wanita satunya dengan lesu.

"Gue heran, Buta atau apa ya Pak Tio mau menikah sama wanita itu?" Tanya wanita bersuara serak.

"Iya.. gue yakin pak Tio dipelet. Eh amit-amit deh. Dia itu jauh beda banget sama tipe wanita-wanita yang dikencani bos kita," tambah suara wanita satunya bersemangat.

"Iya.. Bahkan ia jika dibandingin sama kita aja masih gak level," ucap wanita serak itu sambil tertawa.

"Ya Ampun, gue rela jadi simpanan si bos kalo bosnya seperti pak Tio," terdengar balasan.

"Gue rela disekap di kamar seharian  untuk melayani pak Tio," balasan lagi disertai dengan kekehan wanita itu.

Fera hanya bisa terdiam di balik pintu mendengar dua wanita itu  membicarakan nafsu terlarang mereka pada bosnya, pada suaminya sendiri. Ia menggenggam erat knop pintu berusaha menahan emosinya.

"Gue ada lihat bu Sarah bareng pak Tio beberapa hari yang lalu," potong wanita bersuara serak.

"Bu sarah? Bu Sarah yang punya jaringan hotel terbesar di Indonesia itu?" Tanya temannya.

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang