13

49.5K 2.2K 84
                                    

" So now i say goodbye to the old me, it's already gone. And i can't wait wait wait wait wait to get you home. Just to let you know, You are the love of my life". (Mirrors-Justin Timberlake)

Fera memainkan jemarinya guna meredakan kegelisahannya. Ya ia sekarang dalam perjalanan menuju pesta Peresmian Hotel Marlon. Fera memakai gamis berwarna baby pink yang  serasi dengan warna jilbabnya.   Meski ia tampil dengan pakaian yang serba tertutup namun aura keanggunan dan kecantikan tampak memancar dari dirinya. Sejak pukul empat sore Fera sudah berada di salon kecantikan karena ia mau tidak mau dipaksa oleh rekan kerjanya untuk mempercantik diri demi pesta ini. Ia yang pada awalnya ingin tampil seadanya ya percuma saja karena ia sendiri sangat tidak tertarik hadir di pesta ini apalagi mengetahui jika Tio tidak akan datang.


Tanpa sengaja kemarin siang setelah menelepon Tio, ia mendengar percakapan rekan-rekan kerjanya jika Tio akan bertemu dengan partner bisnisnya malam ini. Secerca harapan untuk kedatangan Tio seakan sirna ditelan bumi. Ya tidak mungkin Tio akan datang ke acara sepele seperti ini jika dibandingkan pertemuan dengan rekan bisnisnya yang pasti membahas proyek mereka selanjutnya.


"Bu, kita sudah sampai," sapa supir.

Fera mengerjap dan melihat bahwa mobilnya sudah berada di depan lobi hotel. Ia banyak melamun sehingga melupakan keadaan sekitarnya.


"Terima kasih pak," balas Fera lembut kemudian pintu mobil dibuka dan ia melangkah keluar.


Ia melihat sekelilingnya sudah tampak para undangan berdatangan dengan tampilan jas serta dress yang memukau. Tampak jika pesta peresmian Hotel Marlon didesain mewah dan untuk kalangan elit dan terbatas. Huuuuft! Fera hanya bisa menarik napas dalam kemudian melepaskannya keluar seakan beban berat telah menunggunya hari ini.


Dengan langkah berat ia menaiki tangga di depan lobi hotel. Tampak para tamu undangan datang berpasangan sementara dirinya. Fera kembali menunduk. Apa aku  pulang saja ya sekarang? Gumamnya dalam hati. Ia sangat tidak bersemangat untuk hadir di pesta ini. Fera menghentikan langkahnya sejenak ketika hendak memasuki pintu lobi. Fera mendesah dan akhirnya ia memutuskan tekadnya untuk pulang. Fera  membalikkan tubuhnya namun suara seseorang di sampingnya menghentikannya.


"Kita belum terlambat kan?"

Fera segera menoleh ke samping kanan dirinya. Betapa tekejutnya ia ketika melihat Tio berdiri di sampingnya.

"M.. Mas...." sapa Fera terbata-bata karena ia masih tidak percaya Tio berada di sini.

"Aku terburu-buru dari airport langsung ke sini, pakai ini aja tadi pas perjalanan kesini," keluhnya sambil merapikan pakaiannya.

Fera masih menatap Tio dengan intens. Penampilan suaminya dengan balutan jas Giorgio Armani yang melekat dengan pas ditubuhnya. Fera takjub. Ia takjub sehingga ia tidak bisa mengalihkan pandangan dari suaminya.

“Aku aneh ya?” tanya Tio dengan tampang polos.

Ha? Pertanyaan Tio sukses membuat Fera melongo. Bagaimana ia bisa berpikiran seperti itu? Tidak bisakah ia melihat wanita-wanita yang lalu lalang sejak tadi tidak melepaskan pandangan mereka dari Tio?. Apa perlu Fera menempelkan sesuatu dibalik punggung tegap Tio? He’s Mine. Gumam Fera geram dalam hati.


“Fera....” Panggil Tio dengan menggerakkan telapak tangannya di hadapan Fera.

“Ha?...” jawab Fera persis seperti orang bego. Sejak keberadaan Tio di sampingnya telah membuat pikiran dan raganya bekerja tidak harmonis

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang