"Hold your breath, because tonight will be the night that i will fall for you. Over again. Don't make me change my mind or i won't live to see another day. I swear its true. Because a girl like you is impossible to find. You're impossible to find." (Fall For You - Secohand serenade)
Tio berlari di sepanjang lorong rumah sakit. Ia tidak memperdulikan suara teriakan memakinya karena ia menabrak dan menyelip di antara kerumunan orang-orang yang lalu lalang. Fokusnya hanya satu yaitu istrinya, Fera yang berada di UGD. Tio berada di depan UGD dan ia melihat Rahmat berdiri di depan pintu.
"Pak....."
Tio hanya mengangguk ketika mendengar panggilan supirnya, ia segera masuk ke ruang UGD. Ia melihat seorang perawat berdiri di sana.
"Sus... istri saya dimana?" Tanya Tio dengan napas yang sangat tidak beraturan.
Perawat hanya bisa menatap Tio bingung.
Oh! S*IT! Maki Tio dalam hati. Bagaimana perawat ini bisa tahu jika ia tidak menyebutkan nama Fera.
"Fera.. Shafeera. Dia baru masuk karena kecelakaan," jelas Tio masih dengan napas tersengal-sengal.
Perawat mengangguk dan menyuruh Tio mengikuti langkahnya. Mereka berhenti di depan sebuah ranjang. Tio mengangkat wajahnya dan melihat Fera terbaring lemah dengan perban di kening dan beberapa luka lecet di lengannya. Dan yang membuat Tio semakin terpuruk, Fera terbaring lemah tidak sadarkan diri dengn selang infus yang mengalir.
Tio segera mendekati ranjang Fera dan ia memegang tangan kanan mungil Fera. Ia terus mencium lekuk jemari Fera tanpa henti.
"Fera, bangun sayang," pinta Tio dengan suara yang sangat lirih
Tio benci dengan dirinya sendiri. Kenapa ia membiarkan Fera pulang duluan? Bukankah ia bisa bisa meminta Fera menunggunya? Jika Ia menyuruh Fera pulang bersamanya atau ia tidak mengurus dokumen-dokumen laknat itu, Fera pasti tidak akan terbaring lemah di hadapannya seperti ini.
Ternyata ini arti dari firasat buruknya. Sh*T! Maki Tio lagi dalam hati. Kenapa ia malah memungkiri firasat itu. SH*T! F*UCk! Segala jenis cacian keluar dari mulut Tio.
Ia menatap lekat wajah Fera.
"Bangun sayang,, jangan pernah tinggalin aku," ucap Tio dengan suara terisak sambil mengenggam tangan Fera.
"Apakah anda sanak famili pasien?" Tanya suara dingin menyadarkan Tio.
Tio segera berdiri dan melihat ke asal suara.
"Iya, saya suaminya," jawab Tio tegas menatap ke seorang pria berjas putih, ya ia adalah seorang dokter.
"Saya dokter Dimas," ujar dokter itu.
"Bagaimana keadaan istri saya dok?" Potong Tio tidak sabaran.
"Istri anda tidak apa-apa, tidak ada organ vitalnya yang terluka hanya luka lecet dan lebam di sekujur tubuh,"
Jawaban dr Dimas membuat Tio tenang. Tapi ia kembali melihat istrinya yang masih belum sadarkan diri.
"Tapi... kenapa ia belum sadar dok?" Tanya Tio masih khawatir.
"Dia masih syok sehingga ia masih belum sadar. Jika ibu Fera sudah bangun, bapak bisa menghubungi saya,"
Tio bersyukur mengucapkan Alhamdulillah dalam hatinya kemudian ia tak lupa mengucapkan terima kasih kepada dokter Dimas sebelum pergi meninggalkan mereka.
"Alhamdulillah sayang kamu tidak apa-apa," ucap Tio berbisik di telinga Fera. Ia menatap wajah istrinya miris.
"Bro,,, Fera gimana?"
