Kya's Pov
"Rendy," panggilku dengan teriakan serta isak tangis yang tak henti-hentinya. Aku tak menyangka akan secepat ini, aku merasa ini bukan akhir yang bagus. Tepat dihadapanku seorang sahabat yang selalu menjagaku kini telah tiada, aku merasa iba dan bersalah. Jika ini akan terjadi aku tidak akan menyianyikan waktuku dengannya semasa hidupnya, dan sekarang yang ada hanya penyesalanku saja. Selalu saja aku merasa dihantui dengan semua rasa bersalahku, walaupun mereka mengira bukan sepenuhnya salahku juga. Tapi inilah aku orang yang selalu keras kepala.
Disini aku melihat keluarga Rendy yang begitu terpukul dan merasa kehilangan atas kepergian anak semata wayangnya, tak luput dari keluarga ku yang juga merasa kehilangan. Hari ini adalah hari pemakaman Rendy, aku tak pernah berharap soal ini, aku tak mengharapkannya sama sekali. Tapi aku tidak boleh egois, ini semua sudah kehendak yang diatas. Disana aku melihat Chaca yang juga tak menyangka kalau orang yang ia suka akan meninggalkannya begitu cepat. Namun aku tak melihat Miko, entahlah.. Apa peduliku.
"Anakku Rendy, kenapa kamu ninggalin Mama sayang? Apa kamu udah ngga sayang sama Mama?," ucap Mama Rendy dengan semua kesedihanya.
"Tante, maafin Kya.. Kya belum bisa jagain Rendy dengan baik," ucapku dengan buliran air mata yang terus mengalir.
"Ini bukan salahmu nak.. InsyaAllah tante mengikhlaskan Rendy," ucapnya.
Satu persatu orang yang menghadiri pemakaman Rendy mulai pergi, keluargaku juga telah pergi dan yang tersisa kini hanya aku dan Mama Rendy .
"Sayang, kamu ngga pulang?", ucapnya.
"Engga Tante nanti aja, Kya masih mau disini," ucapku dengan tersenyum lemah.
"Baiklah, kalau begitu Tante tinggal ya," ucapnya.
Kuanggukan kepalaku, sekarang hanya aku seorang diri yang masih setia berada di pemakaman Rendy, aku tak ingin meninggalkannya. Kini awan semakin gelap, suara gemuruh mulai terdengar, dan itu menandakan akan turun hujan. Namun, itu tak membuatku goyah untuk pergi dari sini, bahkan aku tak peduli kehujanan sekalipun. Dan benar hujan telah turun dengan deras, aku menangis lagi bersamaan dengan turunnya hujan.
"Rendy lo tega tinggalin gue sendiri, biasanya lo ga mau liat gue kehujanan kayak gini, dan lo selalu aja ngoceh kalo nanti gue bakal jatuh sakit kalo kehujanan. Sekarang gue kangen ocehan lo Ren. Lo ga ngeliat sekarang gue kehujanan, baju gue basah semua. Kenapa lo ga nyuruh gue buat pulang, apa lo udah bosen perhatiin gue lagi Ren?," ucapku yang terus menurus memegang batu nisan dihadapanku dengan tangisanku yang makin jadi. Tak lama beberapa saat, Mamaku menjemput dengan payungnya untuk mengajak aku pulang kerumah. Kini aku pasrah, dan mengiyakan ajakan Mama untuk pulang.
Hayy..hay gue balik lagi nih, baru muncul ke permukaan wkwk.
Sorry ya kalo di part ini cuma sedikit.
"Sad ending or Happy ending yaa?" Hmm...Okelah cukup sekian.
👉Vote + Comment👌
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wished For You
Teen Fiction" Biarkan aku mencintaimu dalam diam, jangan paksa aku memberitahumu dan yang pada akhirnya malah akan membuatmu menjauhiku "