soohyuk

103 20 2
                                    

Kau membutuhkanku, Wonho. Kau tahu sendiri hal itu.

Soohyuk meletakkan penanya. Sejenak ia baca kembali tulisannya. Benarkah yang ia tulis? Ia mengernyit. Ponselnya berbunyi tiba-tiba, menampilkan nama Mei di sana.

"Halo?" ucapnya.

Mei menyahut. "Lee Jae Sik ternyata pulang pagi ini. Maaf, aku salah informasi. Semua CCTV sudah kumatikan sejak semalam. Kau bisa bersiap. Jae Sik baru sampai di bandara."

"Dari mana dia?"

"Dubai."

"Apa yang dilakukannya?"

"Kabur darimu."

"Apa?"

"Tidak. Aku bercanda. Dia berbisnis. Tapi ... kabur darimu juga bisa jadi alasan."

"Apa dia tahu orang-orangnya mati?"

"Tidak, belum. Lebih baik kau cepat."

Soohyuk mengakhiri panggilan tepat ketika seseorang mengetuk pintunya. Ia beranjak untuk membukanya, terkejut ketika mendapati bibi dan Dokter Dee berdiri di sana. Ia terkejut, benar-benar terkejut. Dan baru kali ini ia seperti itu.

"Selamat pagi." sapa Dokter Dee dengan raut wajah aneh.

Apa dia menyadari siapa yang berdiri di hadapannya?

"Maaf, aku sibuk." ujar Soohyuk. Ia hendak menutup pintu, namun Dokter Dee menahannya.

"Wonho, kenapa?" bibi menautkan alis heran.

Soohyuk melirik mereka bergantian. Ia memundurkan langkah ketika Dokter Dee memberondong masuk.

"Soohyuk?" Dokter Dee mengernyit.

Soohyuk memejamkan mata dan menghela napas, kemudian kembali membuka mata. "Aku ada urusan penting, dan yang terakhir."

Ia masuk ke kamarnya untuk mengambil barang, kemudian melesat pergi melewati Dokter Dee dan bibi.

"Dia ... S-Soohyuk?" tanya bibi.

Dokter Dee mengangguk. "Tak apa. Biarkan saja. Dia tak berbohong."

Bibi mengernyit.

"Urusan terakhirnya," sahut Dokter Dee. "dia serius."

Soohyuk memacu motornya menuju Anyang. Cukup jauh sebenarnya, terlebih mengingat Anyang adalah kota kelahirannya. Kota kelahiran Shin Wonho yang penuh masa kelam. Ia bahkan tak pernah punya teman. Untuk apa ia punya teman jika akhirnya mereka pergi meninggalkannya? Beruntung rumah Lee Jae Sik berada di kawasan berbeda dari rumah Wonho. Sesampainya di sana ia memarkir motor di toko buku di seberang rumah Jae Sik. Ia masuk ke sana, mencari tempat duduk selagi menunggu Jae Sik yang hampir tiba. Ia mengecek ponselnya sekali lagi untuk mengirim pesan pada Mei.

Me : Aku sudah di sini

Snow White : Dia akan segera tiba. Sekitar 5 menit. Kau di mana?

Me : Paper Bookstore

Snow White : Tunggu

Snow White : Oke. Aku melihatmu

Me : Apa?

Snow White : Lihat ke atas bodoh

Soohyuk mendongak. Rupanya ia duduk di bawah kamera CCTV. Ia mengacungkan jari tengahnya.

Snow White : Haha terima kasih

Me : Sama-sama. Jangan sungkan

Lima menit kemudian, sebuah sedan hitam memasuki area rumah Lee Jae Sik. Soohyuk beranjak sembari memakai sarung tangannya. Ia sangatlah siap jika harus menghajar selusin lebih bodyguard Jae Sik. Ia akan menyimpan pelurunya untuk si bos, tentu saja. Di sana ternyata hanya ada sedikit penjaga. Soohyuk mencebik, sedikit kecewa. Lupakan masalah peluru tadi. Ia mengambil senapan dari ranselnya, kemudian memberondong masuk dan menembak habis seluruh penjaga di rumah tersebut. Tak butuh waktu lama untuk menghabisi mereka. Soohyuk sudah berhasil masuk ke rumah dan bertemu Lee Jae Sik beserta anak dan istrinya. Ia kembali mengacungkan senjata, mengarahkannya pada istri dan anak Jae Sik yang bersembunyi di balik punggungnya.

[TBU] Alter [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang