wonho

128 27 2
                                    

Apa kemarin Soohyuk berulah lagi? Hal terakhir yang ia ingat adalah tertidur setelah menghabiskan seporsi ramyun ... dan itu dua hari lalu. Dua hari ... ia tidak masuk kerja? Ke mana Soohyuk? Kenapa ia selalu menyebalkan seperti itu? Apa yang harus ia katakan pada Ny. Han nanti?

Tiba-tiba wanita itu menghampirinya.

"Kemarin kau ke mana? Dua hari tidak memberiku kabar? Kau sakit lagi?!" tanyanya dengan nada sedikit meninggi.

Wonho hanya diam sambil menundukkan kepala.

"Kau tahu semua karyawan di sini memiliki tugasnya masing-masing. Apa maksudmu kau bisa bolos sesukamu dan pekerjaanmu bisa digantikan karyawan lain, begitu?!"

"Kau masih niat bekerja di sini atau tidak?"

"Masih, Nyonya. Maafkan saya." sahut Wonho pelan.

"Awas saja jika kau ulangi lagi." tutur Ny. Han, kemudian pergi.

Wonho menghela napas. Ia sungguh tak tahu harus berbuat apa terhadap Soohyuk yang bagaikan tokoh imajiner. Ia duduk sambil melipat kakinya, lalu menopangkan dagu. Toko sepi hari itu. Tapi ada seorang pembeli yang baru saja datang. Seorang pria. Wonho mengawasinya sesaat karena pria itu nampak mencurigkan. Ia kembali menopangkan dagu pada lututnya. Tak ada yang aneh dari pria itu—Wonho telah membuang predikat mencurigakannya—selain bahwa ia sesekali mencuri pandang pada Wonho. Seperti sedang mengawasi gerak geriknya. Apa pria ini hendak mencuri? Padahal ada karyawan lain yang sedang wara-wiri, tapi hanya Wonho yang diawasi. Alah, persetan. Mungkin pria itu hanya mengagumi keta—sudahlah.

Sambil membawa barang belanjaannya, pria itu pergi ke kasir. Wonho berdiri dan mulai memindai barkode. Walau sudah cuek, tapi pria itu masih saja memandangi Wonho.

"Kau ... siapa?" tanya pria itu.

Wonho menghentikan aktifitasnya. Ia mendongak. "Seharusnya saya yang bertanya pada Anda, Tuan. Kenapa sedari tadi Anda memandangi saya? Apa muka saya pasaran?"

"Kau tak mengenaliku?" bisiknya.

Wonho memicingkan mata. "Maaf?"

"Ah, tidak. Lupakan."

Cih, aneh sekali. Wonho kembali pada aktifitasnya. Tiba-tiba pria itu kembali bertanya.

"Bagaimana rasanya mengidap DID?"

Wonho mendongak. Dahinya mengerut.

"Kau tak tahu?"

"Saya tidak tahu apa yang Anda bicarakan, Tuan." balas Wonho. Ia segera menyelesaikan pekerjaannya.

Usai membayar pria itu segera pergi tanpa mengucapkan apapun. Wonho tak banyak bicara setelahnya. Toko juga sepi setelah pembeli aneh tadi. Saat jam kerjanya habis, Wonho pulang. Ia tadi membawa—membeli—susu pisang dari toko. Di jalan ia habiskan sambil menyedot susunya dan terbayang pertanyaan pria tadi. DID ... ia tahu hal itu. Ia sadar saat tiba-tiba punya Soohyuk. Selama ini juga Soohyuk tak menyusahkan. Tapi ... ia tak tahu jika Soohyuk adalah Soohyuk. Ia tak tahu jika Soohyuk bernama Soohyuk. Atau dari awal Soohyuk memang sudah bernama Soohyuk? Ia tahu nama itu saat sedang membersihkan kamar Soohyuk. Cih, bahkan Soohyuk punya kamar sendiri.

"Shin Wonho-ssi!" panggil seseorang.

Wonho tersadar dari lamunannya. Apa tadi ada yang memanggilnya? Ia menoleh ke sana ke mari mencari pemanggilnya, dan beberapa pria datang menghampirinya. Itu ... pria yang waktu itu. Yang datang membawa sebutir peluru padanya.

"Permisi, maaf mengganggu." ujar pria itu ramah.

Sudah bisa ramah sekarang? Dasar aneh. Di belakang pria itu, Wonho melihat pembeli aneh tadi. Ia mengerutkan dahi. Tanpa sadar ia memundurkan langkah.

"Uh, sebelumnya saya minta maaf karena hari itu sudah membingungkan Anda. Saya rekan kerja Soohyuk. Anda tak perlu takut." tuturnya.

Wonho diam. Rekan kerja? Apa Soohyuk kerjanya kolot sampai pria itu marah-marah pada orang yang salah?

"Dan ini rekan saya. Maaf jika tadi dia menakuti Anda." pria itu menunjuk pembeli aneh tadi.

"Aku tahu kau bukan Soohyuk. Makanya aku tak memukulmu tadi." ucap si pembeli aneh.

Wonho memicingkan mata.

"Nada bicara Soohyuk sarkastik, sementara Wonho tidak. Aku tahu."

"Kalian mau apa?" ucap Wonho akhirnya.

"Saya ingin menawarkan sesuatu. Hanya selama beberapa hari sampai urusan saya dengan Soohyuk selesai."

"Tidak bisakah kau tak melibatkanku?"

"Maaf, Wonho-ssi. Tapi kehadiran Soohyuk juga tak bisa Anda prediksi kan?"

Wonho memundurkan langkah, bersiap pergi. "Memang, tapi tolong selesaikan masalah kalian sendiri."

Dan ia berlari. Mereka tak mengejarnya. Syukurlah. Tawaran apapun itu jika berarti bekerja sama dengan mereka, tidak akan. Ia mau hidup normal sebagai warga negara biasa, bukan mafia atau sejenisnya.

Sampai di rumah, Wonho mengunci pintu dan duduk untuk mengatur nafas. Tiba-tiba kepalanya pusing ... dan eksistensi Wonho seketika digantikan oleh Soohyuk. Ia beranjak mencari selembar kertas dan pena, lalu menuliskan sesuatu.

Hei, keparat! Jika kau bertemu lagi dengan pria itu kaburlah! Jangan percaya padanya. Rekan kerja dengkulmu. Aku bukan rekan kerjanya. Jangan terima tawaran apapun darinya.

Perlahan, Soohyuk menghilang. Ia sedang ingin istirahat dan tak mau berurusan dengan dunia luar. Wonho mengedip dan mengusap matanya. Ada apa tadi? Apa Soohyuk muncul? Apa Soohyuk melakukan sesuatu? Berapa lama? Sepertinya baru sesaat, dilihat dari tulisan yang ditinggalkannya. Wonho mengerutkan dahi.

"Kau yang keparat, Soohyuk." gumamnya.

" gumamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

[TBU] Alter [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang