wonho

115 26 2
                                    

Malam itu Wonho tengah bersiap untuk tidur. Ia merapikan ruang tengah, menata kursi-kursinya pula. Ia membuang kertas-kertas bekas yang berserakan di meja, minus dialognya dengan Soohyuk. Saat hendak masuk kamar, ia teringat sesuatu. Ia kembali untuk menulis pesan pada Soohyuk.

Hei, Soohyuk sialan

Biarkan aku bekerja besok. Kau tahu sendiri kan tadi?

Kumohon.

Ia meletakkan pena di samping kertas tersebut, kemudian mundur dan berdiam diri—menyilakan Soohyuk jika ia ingin membalas. Satu menit, tak ada respon. Wonho pun pergi ke kamar dan segera terlelap.

Esoknya, ia bekerja penuh. Soohyuk sungguh tak mengganggunya. Memang seharusnya begitu. Sangat tidak sopan jika ia menginterupsi di tengah jam kerja Wonho. Sepulang dari toko, Wonho mampir ke rumah bibi.

"Ahjumma!" sapanya.

"Hei! Masuklah!" bibi melambaikan tangan. Wonho masuk, disodori sebotol susu fermentasi oleh bibi. Mereka duduk dan mengobrol di ruang tamu.

"Sepertinya hari-harimu berat belakangan." tutur bibi.

Wonho tersenyum kecut. "Aku sudah biasa. Hari-hariku sudah berat semenjak ayah datang."

"Aku minta maaf soal ibumu. Terkadang aku juga merasa ingin menemuinya."

"Aku tahu."

"Dan untuk ayahmu ... kuharap hubungan kalian bisa membaik."

"Tidak, terima kasih."

"Hei, aku juga pernah mengalaminya. Kita semua pernah. Kuatkanlah dirimu, Wonho. Jangan terpancing masa lalu."

Wonho diam. Masa lalu ...

Soohyuk ...

"Bagaimana pekerjaanmu?"

"Aku ditegur kemarin."

Dahi bibi mengerut. "Ada masalah apa?"

Karena Soohyuk. "Karena ... "

Wonho terdiam. Tak mungkin ia menyebut Soohyuk.

"Karena apa?"

"Karena ... ada yang menggangguku."

"Mengganggumu bagaimana?"

"Um ... begitulah,"

"Kau punya masalah dengan seseorang?"

"Tidak. Bukan aku ... "

"Apa? Kau diseret atau semacamnya?"

Wonho menelengkan kepala. "Well, tidak juga. Hanya saja ... ada yang menggangguku."

"Kau nampaknya baik-baik saja. Apa kau membuat onar?"

Soohyuk. "Tidak."

"Aku penasaran. Katakan saja."

Wonho menggeleng. "Aku tidak bisa."

"Ah," bibi menepukkan tangannya. "kau diancam?"

Wonho mengernyit. "Jangan konyol, bi."

"Apa ibu-ibu yang waktu itu kau ceritakan?"

"What the ... "

"Mereka memang suka mengganggu pemuda sepertimu. Makanya, jangan terlalu tampan."

Wonho mendecih heran. "Sejak kapan aku seperti itu?"

"Kau hanya tidak sadar."

"Aku ... " Wonho memainkan sedotannya. "tidak suka terkait masalah dengan seseorang ... apalagi banyak orang."

"Siapa yang suka sih?" bibi mencebik.

"Tapi aku sendiri permasalahannya ... "

Bibi memicingkan mata. "Aku tidak paham. Apa maksudmu?"

Wonho hendak menjawab, namun kepalanya pusing. Satu, dua, tiga ...

dan Soohyuk muncul.

"Lupakan." ucapnya.

Bibi mendecak. "Dasar labil."

"Aku mau pulang. Terima kasih susunya." Soohyuk beranjak.

"Tumben kau berterimakasih karena sebotol susu?" bibi mengekori—Wonho keluar.

Soohyuk menoleh. Ia mengulas senyum. "Aku sedang ingin."

"Pulanglah sana. Jangan lupa makan."

"Oke."

Ia cepat-cepat kembali ke rumah, kemudian membuang botol susunya kasar. Ia meraih selembar kertas dan menjawab pesan Wonho.

Kau yang sialan! Jangan bicarakan aku pada wanita tua bangka itu! Dia tidak tahu apa-apa! Dan jangan pernah sekali-kali kau menyebut namaku di depannya!

Baru saja ia letakkan penanya, ponselnya berbunyi. Soohyuk pergi ke kamar untuk memeriksanya. Ternyata Mei menelpon.

"Apa?" ketusnya.

"Calm down, boy." sahut Mei di seberang. "Kau bisa ke sini? Aku dapat sesuatu."

"Katakan saja sekarang."

"Uh, kau juga harus mengambil sesuatu."

"Aku malas. Antarkan saja ke rumahku."

"Aku tidak tahu alamatmu."

"Kau bisa tahu alamat Jae Sik tapi kau tidak tahu alamatku?"

"Oke, oke!"

"Mau bilang apa tadi?"

"Lee Jae Sik tidak di Korea."

Soohyuk mengernyit. Gadis cerewet ini to the point sekali, sih?

"Di mana dia?" tanyanya.

"Entahlah. Aku belum menemukan apapun. Tapi aku menemukan data diri orang-orang yang bekerja padanya. Kau bisa datangi mereka."

"Oke. Segera kirimkan."

"Baik, Pangeran."

"Sekarang juga."

"Jangan banyak bicara. Lebih baik k—"

Soohyuk mematikan teleponnya.

Soohyuk mematikan teleponnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

[TBU] Alter [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang