wonho

121 23 2
                                    

"Ke mana lagi kau kemarin? Sudah kubilang untuk memberitahuku jika kau tidak datang! Jangan seenaknya sendiri kalau kau masih mau bekerja di sini! Sekali lagi kau tak memberitahuku, kau kupecat!"

Wonho hanya bisa diam sambil masih menundukkan kepala dalam-dalam ketika Ny. Han melengos pergi. Sedari tadi pagi ia sedang ada urusan dan baru saja kembali saat jam kerja Wonho telah berakhir. Begitu datang, Ny. Han langsung menegur Wonho atas kelalaiannya sendiri—Soohyuk. Ia pun berjalan gontai kembali ke rumah. Pikirannya tak tenang, terlebih karena mimpi aneh yang dialaminya semalam. Seperti biasa ia mampir ke rumah bibi untuk mengeluhkan hidupnya belakangan ini.

"Kau kenapa?" tanya bibi begitu mereka duduk di ruang tamu.

Wonho melipat kakinya, lalu menopang dagu. "Ny. Han menegurku lagi."

"Kau tidak memberitahunya kalau kau tak datang?"

Wonho menggeleng.

"Itu salahmu."

"Bukan sepenuhnya salahku."

"Memangnya salah siapa lagi?"

Wonho memberengut. "Aku tidak tahu harus bagaimana, ahjumma."

"Yang harus kau lakukan adalah memberitahu Ny. Han kalau kau tak masuk kerja."

Wonho mengacak-acak rambutnya.

"Kau nampak seperti orang depresi. Mau kubawa ke RSJ?" ledek bibi.

Wonho mendecak. "Aku mimpi buruk semalam."

"Apa? Ada monster di kolong kasurmu?"

"Tidak. Mimpi yang aneh, seperti ... aku baru saja membunuh seseorang ... tapi entah siapa, kapan, dan di mana."

"Deja vu?"

"Rasanya tidak. Aku tahu itu mimpi."

Bibi melipat kedua tangannya. "Memangnya apa yang kau lakukan sampai bermimpi semacam itu?"

"Bukan aku ... " Wonho menggaruk rambutnya.

"Bukan kau?"

"Bibi ingat tentang ... orang yang menggangguku?"

Bibi mengangguk. "Siapa sih?"

"Um ... ada seorang pria ... mungkin karena dia ... "

"Siapa? Temanmu?"

Wonho menggeleng. "Aku tak bisa mengatakannya."

"Kenapa? Katakan saja."

"Bibi tak akan paham."

"Apa ayahmu?"

"Bukan!"

"Lalu siapa?"

Wonho kembali menggeleng. "Pokoknya dia suka berulah ... dan menggangguku."

"Apa saja ulahnya?"

"Aku tidak tahu,"

Bibi mengerutkan dahi.

Wonho menggeleng. "Entahlah, bi."

Bibi diam.

"Aku mau pulang! Kepalaku pusing." Wonho melesat pergi kemudian.

Ia sungguh tak tahu bagaimana lagi caranya bertahan agar Soohyuk tak muncul pada saat jam kerjanya. Sekuat apapun ia bertahan, pasti Soohyuk lebih kuat. Sungguh, ia pusing. Tapi kali ini ia benar-benar pusing, lalu Soohyuk muncul. Ia mengambil selembar kertas dari tumpukan di meja lalu menulis.

Bajingan, kau buta? Apa tulisanku tidak jelas? Atau kau buta huruf? You blind, asshole? Sudah kubilang jangan membicarakanku dengan bibimu itu!

[TBU] Alter [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang