wonho

102 22 2
                                    

Yang kutahu ketika aku muncul adalah karena kau terlalu lemah dan butuh perlindungan dari ayah keparatmu itu. Dasar tidak tahu terima kasih.

Dahi Wonho mengerut kala membaca balasan dari Soohyuk. Apa semalam Soohyuk muncul? Well, yang dikatakannya tidaklah salah. Ia menghela napas, meletakkan kertas di tangannya kembali. Ia kemudian pergi ke dapur untuk memasak sebungkus ramyun yang tersisa. Jika kemarin saat ini ia sedang bekerja, maka sekarang ia kembali pada hidupnya sebelumnya. Meskipun ia tinggal sendiri, ia tak pernah berniat mencari ... pacar. Baginya hal itu terlalu konyol ... dan sama sekali tak menarik. Orang-orang hanya menggunakan momen itu untuk pamer ke media sosial, lalu menghapusnya ketika mereka berpisah, dan diulangi lagi ketika mendapat yang baru. Lagipula ... memangnya siapa yang mau jadi pacarnya?

Hingga siang menjelang, Wonho tetaplah Wonho. Ia hanya berbaring menatap langit-langit. Kali ini ia sungguh berharap Soohyuk muncul, karena memang ia tak punya kesibukan apapun lagi. Sekitar tengah hari, seseorang mengetuk pintunya.

"Anda punya waktu, Wonho-ssi?"

Wonho mengernyit. Pria yang mengaku rekan kerja Soohyuk berdiri di depan pintunya, lengkap bersama bodyguardnya yang bertampang datar.

"Saya ingin menanyakan beberapa hal pada Anda jika tak keberatan." ujar pria itu lagi. Wonho menyilakan masuk, dan mereka duduk di lantai ... karena memang Wonho tak punya sofa.

"Mau kucarikan kursi?" tanyanya.

"Tidak usah. Tak masalah. Saya suka begini." tolak si bos halus.

Wonho membatin, mana mungkin ia suka duduk di lantai sementara di rumahnya ada sofa berharga biaya kontrak rumah Wonho selama setahun.

"Ya sudah. Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Sedikit tentang Soohyuk dan tawaran saya tempo hari."

"Aku tak tahu banyak tentang Soohyuk."

"Anda tidak ingat apa saja yang Soohyuk lakukan?"

"Tidak."

"Bagaimana dengan Soohyuk?"

"Dia tahu. Sepertinya."

"Apa Anda ingin tahu apa saja yang Soohyuk lakukan?"

"Pak, santai saja."

Mereka terdiam.

Wonho kembali buka suara. "Aku lebih berharap bisa berbincang langsung dengannya, dan mendengar ceritanya langsung. Maaf, bukannya aku tak memercayaimu."

"Ya, saya paham. Anda pasti lebih percaya Soohyuk meskipun dia tak terlalu baik."

"Maksudmu?"

"Ya ... Soohyuk melakukan sebuah kesalahan tak disengaja beberapa hari lalu. Dan saya mencoba untuk bernegosiasi dengannya, tapi dia malah sembunyi."

"Oh, kau dapat zonk jika bertanya padaku."

"Maka dari itu, saya ingin menawari Anda. Saya bisa beri Anda uang jika Anda bersedia menjadi komunikator antara kami."

"Tidak, terima kasih. Urusi urusan kalian sendiri."

"Ah, baiklah."

[TBU] Alter [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang