Prolog

44K 3.3K 162
                                    

Musim panas kali ini, rumahku bersalju..

.

.

.

"Berapa banyak yang kau butuhkan? Tinggal katakan saja dan aku akan segera memberikannya kepadamu."

Suara itu, suara yang sejak beberapa hari lalu Jaejoong benci. Remeh, sinis, dan terkesan sombong, sudah mewakili semua sifat yang dimiliki namja bermarga Jung itu.

"Aku butuh pertanggung jawabanmu bukan uangmu."

"Uang adalah bentuk pertanggung jawabanku. Kau tinggal mengambilnya dan segera lakukan aborsi. Gampang bukan?  Jadi, apalagi?"

"Brengsek! Lelaki tidak tahu diri! Setelah apa yang kau lakukan kepadaku, kau dengan gampang menyuruhku untuk meluruhkan semua perbuatanmu ini kepadaku?!"

Namja cantik itu tidak dapat membendung amarahnya lebih lama. Wajahnya memerah dan setetes air mata meluncur dari pelupuk matanya. Ini sama sekali bukan keinginannya. Hamil anak dari bosnya sendiri tidak pernah terbayang dibenaknya.

"Oh ayolah Kim Jaejoong yang suci. Kau bukan orang pertama yang kutiduri. Kalau kau tidak mau melakukan aborsi, anggap saja anak dikandunganmu itu bonus yang kuberikan kepadamu."

PLAK!

Sebuah tamparan telak mendarat di pipi kiri Yunho. Apa kata lelaki itu? Bonus? Oh ayolah, tidak ada kah kata lain yang lebih kasar daripada itu?

"Kurang ajar.." suara Jaejoong terdengar menggeram. Bosnya itu sungguh keterlaluan. Ia bahkan hanya menganggap anak di perutnya itu layaknya barang. Harga diri Jaejoong semakin terluka saat mengetahui bahwa ia bukan lah orang pertama yang digauli bosnya, sedangkan untuk Jaejoong, itu pertama baginya.

Sial. Sial. Sial. Mungkin hanya kata itu yang bisa Jaejoong ucapkan berulang-ulang dalam hatinya. Hatinya juga mulai tak tenang. Apa mungkin teman-temannya di kantor juga pernah ditiduri oleh bosnya juga? Kalo itu memang benar, betapa brengseknya Jung Yunho itu.

"Kenapa? Kau kecewa bahwa bukan kau yang pertama? Atau kau kecewa karena ini pertama untukmu? Sudahlah Kim, pulanglah dan segera gugurkan anak itu."

Cukup. Jaejoong tidak tahan lagi dengan perkataan menusuk lelaki di hadapannya itu. Yang ia tahu bosnya itu adalah orang terhormat dan disegani banyak orang.. namun nyatanya, ia bahkan lebih buruk dari seorang penjahat.

Semua itu terjadi karena adanya acara perayaan suksesnya Jung Coorp. yang berhasil melebarkan sayap sampai ke Rusia dan Kanada yang sukses membuat sang CEO, Jung Yunho, mabuk berat akibat disuguhi minuman beralkohol yang berimbas kepada Jaejoong yang kebetulan terlibat dalam acara tersebut dan langsung diseret oleh Yunho untuk menghabiskan malam panjang yang indah dengannya.

"Baiklah, aku akan membesarkan anak ini sendirian. Jangan pernah kau anggap anak dalam kandunganku ini adalah anakmu. Terima kasih banyak Tuan Jung. Selamat malam, selamat berbuat keji pada orang lain."

Airmata sudah mengalir deras dan bahkan hidungnya sudah memerah. Sambil meremas hoodie yang dipakainya, Jaejoong mencoba melangkah keluar dari depan pintu apartment Yunho.

"Apa katamu, Kim Jaejoong? Kau pikir aku lelaki seperti apa hah? Jaga ucapanmu!"

Langkah Jaejoong terhenti. Ia menoleh dan tersenyum sinis, tak menghiraukan airmata yang membasahi pipinya.

"Aku mungkin memang jahat berkata-kata, tapi itu lebih baik daripada menjadi seorang lelaki yang ingin membunuh darah dagingnya sendiri."

.

.

.

Sudah seminggu semenjak kejadian Jaejoong meminta pertanggung jawaban dari Yunho, semua terasa canggung. Jika ada rapat bersama, Jaejoong akan berupaya untuk duduk paling jauh dari kursi direktur dan bahkan ia lebih tertarik untuk menulis apa yang di dengarnya ketimbang melihat langsung ke arah Yunho yang berbicara.

Seperti saat ini, rapat sementara berlangsung namun namja cantik itu sibuk bermain dengan pulpennya.

"Kim Jaejoong."

Wajah yang menunduk itu langsung mendongak setelah mendengar namanya disebut.

"Jika anda tidak mau mendengarkan isi rapat ini, pintu keluar ada di sebelah sini."

Jaejoong merutuki dirinya dalam hati. Namja Jung itu baru saja mempermalukannya di depan umum. Dan sepertinya Yunho menyadari perlakuannya yang selalu terlihat menghindari segala sesuatu yang menyangkut tentang dirinya.

"Maafkan saya, saya akan lebih fokus."

Yunho tersenyum miring setelah Jaejoong meminta maaf dan kembali melanjutkan presentasinya yang terhenti. Tangan Jaejoong sesekali mengelus perutnya yang mungkin sekarang hanya berisi gumpalan daging yang belum terbentuk sempurna.

Anaknya..

Ya, itu anaknya yang akan ia besarkan sendiri.

Ia yakin bahwa ia tidak memerlukan sosok Jung Yunho untuk menopang kehamilannya. Sekali lagi menguatkan tekadnya untuk bisa menjadi ayah dan ibu untuk anaknya kelak.

Rapat hari itu berjalan dengan lancar. Semua langsung bergegas keluar ruangan untuk mencari makan siang. Jaejoong kembali mengelus perutnya yang keroncongan. Ia hanya mengonsumsi sup tahu semalam dan sejak subuh tadi ia terbangun dan sangat menginginkan japchae. Air liurnya tiba-tiba saja memproduksi lebih banyak saat membayangkan japchae dipikirannya.

GREP!

"Kau menghindariku? "

Jaejoong menoleh. Si brengsek ini rupanya.

"Tidak."

Seperti biasa, Yunho kembali menunjukan wajah memandang rendah kepada Kim Jaejoong.

"Jangan berdusta, Kim. Kau sengaja menjauhiku, bukan?"

"Sama sekali bukan urusanmu, sekarang lepaskan tanganku."

"Tidak akan sebelum kau katakan yang sejujurnya."

"Iya atau tidak itu bukanlah urusanmu! Jadi sekarang lepaskan tan-"

"Berapa bulan?"

Mata Jaejoong memicing. "Bukan urusanmu."

"Kim Jaejoong."

"Kau tak perlu mengetahuinya Tuan Jung yang terhormat. Buat lah hamil wanita lain dan tanyakan pada mereka, karena sejak kau menolak bayi dikandunganku, kau sudah tidak punya hak apa-apa atasnya, jadi tolong jangan ganggu hidupku lagi. Hubungan kita hanya sebatas bos dan pegawai."

"Kim Jaejoong.."

"Jauhi aku.." suara itu terdengar lirih.

Sudah cukup.

"Tolong jauhi aku.." sebulir airmata jatuh membasahi pipi namja cantik itu.

"Sebelum aku membencimu lebih dalam.."

Jaejoong segera meninggalkan Yunho yang terdiam atas kata-kata Jaejoong yang menusuk hingga ulu hatinya.

Kenapa? Bukankah ini yang kau inginkan, Tuan Jung?

.

.

.

TBC

.

Gue datang bukan untuk lunasin ff sebelah, tapi malah nambah utang doang wkwkwk. Sekali-kali lah gue bikin ff hurt biar emak galau wakakakak.

Snowy SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang