Chapter 4

25.4K 2.5K 77
                                    

Sesuai jadwal, hari ini Jaejoong akan melakukan check-up pertamanya di sebuah klinik kecil yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Biayanya pun tidak begitu mahal. Hitung-hitung penghematan sebelum baby-nya lahir.

"Hyung, mianhae.. aku benar-benar tidak bisa menemanimu pergi check-up hari ini. Kaki ku masih sangat sakit." Ucap Junsu sambil memijit pelan kakinya yang tadi terkilir di tangga.

"Ne.. tidak apa-apa adikku, kau istirahat saja. Setelah selesai check-up kau mau dibelikan apa, hm?"

"Aku ingin salad buah dengan extra cheese!" mata Junsu terlihat begitu berbinar. Jaejoong tertawa.

"Arra, cepat sembuh, okay?"

Junsu mengangguk pelan dan tersenyum manis. Jaejoong mengambil hoodie-nya yang berwarna biru muda, dipadukan dengan jeans semata kaki. Udara di luar memang cukup dingin dan sedikit berangin. Kaki jenjangnya menyusuri jalanan menuju halte bus yang berada cukup dekat dari rumahnya.

Tangannya sesekali mengelus perutnya yang semakin lama semakin membesar. Kehadiran sang baby sudah semakin terasa nyata untuknya. Dalam hati, ia mencoba menghibur dirinya sendiri.

"Baby.. kau harus jadi anak yang kuat, arra?" ucap Jaejoong bermonolog.

"Jika suatu saat kita bertemu, eomma janji akan menjaga baby dengan baik.."

"Baby hanya punya eomma, sama seperti eomma hanya punya baby.."

Entahlah. Katakan saja apa yang Jaejoong katakan itu terdengar miris. Harusnya ia tidak usah menyinggung hal seperti itu tadi. Ia begitu sensitive ketika mengangkat topik tentang siapa-ayah-dari-bayi-ini. Ia pasti bisa menjalani kehidupannya dengan baik.

Hanya baby, dan eomma..

.

.

.

"20 menit lagi Tuan Park akan datang, Sajangnim."

"Beri tahu aku jika ia sudah tiba."

Jihye mengangguk dan segera kembali ke tempat kerjanya.

Jam makan siang seperti ini apa yang bagus untuk dilakukan? Yunho sudah kenyang mencomoti roti cokelat yang entah darimana dan tiba-tiba saja ada di meja kerjanya. Semua file dan berkas juga sudah ia selesaikan.

Lalu bagaimana dengan Jaejoong?

Ah, SHIT!! Nama itu lagi kembali terlintas dipikirannya. Baiklah, memikirkan tentang namja cantik itu adalah ide yang sangat buruk untuk jam makan siang kali ini.

Tapi, bayangan saat ia mencium lembut perut buncit Jaejoong, merasakan anaknya bertumbuh di dalam sana..

Lalu juga bibir plum yang manis itu, mulai merupakan candu baginya.

AISH! Cukup, Jung Yunho!

Ia tak mengerti perasaan apa yang kini ia alami. Ia tak mengerti dengan apa yang hatinya katakan. Ia juga tak mengerti kenapa ia bisa segila ini hanya karena namja bernama Kim Jaejoong itu?

Matanya mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan dan mendapati satu bingkai foto besar yang di dalamnya ada Yunho berserta para karyawannya, termasuk Jaejoong.

Mata musang itu menatap lekat wajah namja cantik itu dengan baik-baik. "Cantik.." ia bahkan tidak sadar telah mengeluarkan kata-kata seperti itu. Baiklah, Yunho mengaku dia sudah tidak waras lagi. Anggap saja kewarasannya sudah direnggut oleh namja bernama Kim Jaejoong.

TOK TOK TOK

"Permisi Sajangnim, Tuan Park telah tiba."

Yoochun dengan jas hitam yang resmi, masuk ke dalam ruangan itu. Yunho segera menuju ke sofa dan menjabat tangan kerabatnya itu.

Snowy SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang