Jaejoong masih terdiam di dalam dekapan hangat Yunho. Otaknya mengatakan untuk melawan tapi hati liciknya memilih untuk diam dan merasakan lebih lama kehangatan seperti ini.
"Menjauh..."
Singkat dan begitu dingin. Otaknya kali ini lebih mendominasi dari isi hatinya.
"Kumohon, menjauhlah..."
Bagaikan terkena sihir, Yunho perlahan-lahan melepaskan pelukannya. Menyesal... harusnya ia tidak segila itu, bukankah tadi langkahnya sudah cukup mantap untuk mendapatkan hati Jaejoong?
Ya, jika saja libido tidak naik dan menakuti lelaki cantik itu.
"Maafkan aku Jae, aku sungguh tidak bermaksud untuk melakukan itu."
"Aku mau pulang."
Jaejoong membuka pintu—kali ini tidak ditahan oleh Yunho—tanpa mengucapkan ucapan selamat malam atau bahkan selamat tinggal...
Yunho hanya bisa menatap punggung Jaejoong dengan miris yang perlahan hilang dari pandangannya.
Sial, hari ini memang bukan hari keberuntungannya.
Badan yang masih penuh memar kini harus menerima kemarahan sosok yang sudah selama ini ia kejar.
Tidak. Ia tidak akan berhenti. Sampai mati pun akan mengejar Jaejoong hingga bisa menjadi miliknya.
Karena kebodohan terbesar yang telah ia lakukan adalah terlambat menyadari bahwa ia mencintai Kim Jaejoong.
.
.
.
Pagi-pagi sekali Jaejoong merasakan perutnya bergejolak hebat dan harus berakhir muntah di toilet. Perutnya terasa sangat tidak enak dan tubuhnya menjadi lemas. Tidak kuat menahan bobot badannya, Jaejoong terduduk di lantai dan mencoba mengontrol rasa mualnya.
"Baby..."
Mengusap perutnya mencoba memberikan pengertian pada sang jabang bayi. Bolehkah ia berharap ada seseorang yang datang dan memberikannya bantuan, karena berdiri pun rasanya ia sudah tidak mampu.
"Hoeek..." kembali muntah tapi tidak mengeluarkan apa-apa. Kepalanya mulai pening dan berkunang-kunang.
"Baby...hiks..." hanya bisa bermohon pada baby-nya agar bisa mengerti bahwa ia tidak kuat. Berharap sang baby bisa mendengar dan tidak berbuat ulah...
"Hoek..."
Sepertinya sang jabang bayi sedang suka bermain dengan eommanya.
"Hoek..."
Cukup, ia tidak bisa mentolerir semua ini. Pasrah. Ya, mungkin itu hal yang terbaik yang bisa ia lakukan.
"Jaejoong-ah-OMO!"
Siwon yang niatnya ingin membangunkan Jaejoong, malah menemukan lelaki cantik itu terduduk lemas di pinggir toilet.
"Jaejoong-ah, gwenchana?" berjongkok, menyamakan tingginya dengan Jaejoong. Tangannya menyelipkan rambut namja cantik itu di telinganya.
"Siwon-ah..." sangat lemas, mata yang sayu itu menatap Siwon dengan memelas, membuat Siwon iba pada sosok di depannya.
"Hoek..." kembali muntah tapi tidak mengeluarkan apa-apa. Siwon lah yang membantunya dengan mengusap-usap tengkuknya, memberikan ketenangan.
Bolehkah Jaejoong berharap namja di sampingnya adalah Jung Yunho?
"Sudah, hm?"
Suara lembut bagaikan malaikat. Walaupun terkadang memang namja itu menyebalkan, kali ini ia ingin berterima kasih padanya karena telah menjadi malaikat penolong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snowy Summer
FanfictionJaejoong sangat membenci Yunho. Bosnya yang begitu gagah dan tampan. Yang telah menghamilinya dan tidak mau bertanggung jawab. YAOI/MPREG/YUNJAE