Chapter 3

28.9K 2.6K 165
                                    

          

(beberapa kalimat di ff ini terinspirasi dari cerita berjudul "Fine")

.

.

"Bagaimana keadaannya, dok?"

Saat ini Yunho berada di dalam ruang rawat bersama dokter yang baru saja selesai memeriksa Jaejoong. Sangat jelas terbaca di wajah Yunho bahwa laki-laki itu khawatir setengah mati.

"Dia hanya kelelahan. Daya tahan tubuhnya juga menurun. Apa ini kehamilan pertama untuknya?"

Yunho tersenyum miring. "Uhm..i-iya.." jawab Yunho kurang yakin.

"Dia harus mengonsumsi banyak multivitamin supaya tubuhnya tetap kuat. Kehamilan nampaknya akan menguras banyak tenaga terlebih jika mengalami morning sickness, ia akan merasa sangat lemas dan kecapean, maka dari itu dukungan suami sangat diperlukan."

DEG

Ucapan yang barusan dikatakan dokter bagaikan tamparan keras untuk dirinya. Jaejoong, ia membutuhkan seseorang yang selalu menopangnya dalam menghadapi kehamilan. Dan apa yang telah ia lakukan? Yang ia lakukan adalah meninggalkan namja itu dan membiarkannya menderita.

"Uhm..chogiyo, kalau boleh kutahu, usia kandungannya sudah berapa bulan?"

Pertanyaan Yunho membuat dokter mengerutkan dahinya. Lucu sekali, pikirnya. Bagaimana bisa 'sang suami' tidak mengetahui usia calon bayinya?

"Sudah berjalan memasuki bulan ketiga, Yunho-ssi. Saya sarankan untuk memberikan istri anda banyak buah-buah dan juga makanan yang kaya akan vitamin. Dan juga, jangan paksakan istri anda melakukan hal-hal yang berat. Ia akan sangat mudah kecapean dan berdampak buruk kepada calon bayi kalian.."

Bayi kalian?

Yunho tersenyum pahit. Berdampak buruk?

Apa yang dokter maksudkan adalah kehilangan bayinya?

Hahaha.. bukankah itu yang ia inginkan dari awal, hingga menyuruh Jaejoong melakukan aborsi?

Shit. Jika ditanya siapa pendosa paling besar di dunia ini, Yunho rela mengangkat tangan. Sejahat itu kah dirinya?

"Baiklah dokter, terima kasih."

Dokter mengangguk dan segera meninggalkan ruang rawat. Tatapannya kini beralih pada sosok yang sedang terbaring damai di atas ranjang. Namja ini.. namja yang telah ia hancurkan.

Tangan kokoh itu mengambil tangan rapuh Jaejoong dan mengelus pelan bekas goresan yang berada di pergelangan tangannya. Demi Tuhan.. namja cantik ini hampir kehilangan nyawanya hanya karena dirinya.

"Mianhae.." perlahan, Yunho mendekatkan bibirnya pada goresan luka itu. Sungguh ia merasa penjahat paling kejam di dunia ini. Ia menyuruh Jaejoong membunuh anaknya, dan ia juga yang membuat Jaejoong hampir merenggut nyawa.

"Mianhae.." bibir itu kini pindah ke atas permukaan perut buncit Jaejoong.

Anaknya ada di dalam sana..

Belum terbentuk sempurna, namun ia bisa merasakan ada nyawa di dalam sana..

"Sajangnim."

Yunho membulatkan matanya kaget mendengar suara serak dan rapuh di telinganya.

"J-jaejoong.."

Sial. Ia tertangkap sedang menciumi perut Jaejoong yang buncit. Oh tuhan! Mau taruh dimana mukanya sekarang?

"Apa yang anda lakukan sajangnim?" walau dengan suara lemah, Yunho bisa mendengar nada tidak senang disana.

"A-aku.."

Snowy SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang