Old Memories

1.7K 146 110
                                    

Chapter 10

Kaki Hinata bergetar, lututnya terasa lemas seperti tak ada tulang bahkan sedari tadi air mata berjatuhan dari pelupuk matanya. Tanganya yang memegang rangkaian bunga tulip putih seolah mati rasa dan tak sanggup untuk sekedar bergerak. Amethyst nya memandang kearah gapura yang bertuliskan kanji tempat pemakaman.

Setelah mendapatkan informasi mengenai Matsuri yang tewas akibat kecilkaan tiga tahun silam dan tambahan informasi tempat kejadian perkara yang membuat Hinata yakin bahwa gadis itu adalah orangnya. Hinata memutuskan untuk mendatangi tempat peristirahatnya dan meminta maaf sebagaimana mestinya ia lakulan sedari dulu.

Hinata menyimpan rangkaian bunga tulip yang dibawanya itu di atas pusara yang bertuliskan kanji Matsuri (マツリ). Air mata Hinata masih terus keluar bahkan ia tak snaggup untuk berkata-kata ia merasa sesak dan bingung harus memulai kata darimana. Ia beranggapan bahwa Masturi pasti tidak sudi melihat Hinata menemuinya ke tempat peristirahatan terakhirnya setelah sekian lama tidak pernah muncul.

"Matsuri-san kau pasti terkejut melihat kedatanganku" Ucap Hinata memulai perkataanya."Pasti kau merasa tak sudi dan marah didatangi oleh orang yang tega menyilakai dirimu" Lanjut Hinata dengan air mata yang terus menganak dikedua sisi pipinya. "Aku sungguh merasa bersalah karena pada waktu itu aku tak menyelamatkan mu dan malah lari dari tanggung jawabku" Hinata mencengkram ujung bajunya menahan diri agar ia tak terisak. "Mungkin ini sangat terlambat, tapi aku sungguh meminta permohonan maafmu" Tangis Hinata semakin pecah bahkan kali ini ia bersujud di dekat pusara Matsuri.

"Aku sungguh minta maaf, mohon ampuni aku Matsuri-san" Tutur Hinata kembali.
.
Sasuke merasa cemas dengan keadaan Hinata yang susah dihubungi sejak pagi tadi. Bukankah mereka akan pergi berkencan siang ini, tapi ponsel Hinata malah susah dihubungi. Apa Hinata sedang sakit mengingat kemarin ia seperti tidak baik-baik saja. Haruskah Sasuke mengunjunginya ke rumah Hinata. Belum sempat Sasuke akan beranjak ponselnya berdering menampilkan deratan nama Hinata yang menelponnya membuat Sasuke langsung mengangkatnya.

"Hinata kau baik-baik saja?" Tanya Sasuke dengan nada khawatir.

"Hn, aku baik-baik saja" Balas Hinata disebrang sana, nadanya sedikit serak dan masih terdengar sesegukan.

"Apa kau menangis?" Tanya Sasuke kembali, ia bisa menebak dari suara Hinata dan sesegukannya bahwa gadis itu pasti sedang menangis hebat.

"Kita akan menontonkan? Kutunggu di bioskop nanti malam " Ucap Hinata mengalihkan pertanyaan Sasuke. Baru saja Sasuke akan berkata tapi panggilannya keburu di akhiri oleh Hinata.

Sasuke menghubungi kembali no ponsel Hinata yang malah tidak aktif. Sasuke dilanda khawatir dengan keadaan Hinata.

"Ada apa deganmu?" Tanya Sasuke pada foto Hinata yang berada di ponselnya.

Malamnya Sasuke buru-buru mendatangi lokasi yang baru saja di terima olehnya dari Hinata. Setelah beberapa jam berlalu yang membuat Sasuke gelisah ponsel Hinata kembali aktif dan menyuruhnya untuk segere datang ke pusat pembelanjaan Tokyo. Sasuke memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang di khususkan pengunjung Mall, ia langsung berlari untuk segera menemui Hinata yang tengah menunggunya di bioskop. Sasuke mengabaikan decak kagum para perempuan pengunjung Mall yang dipikirkannya saat ini Hinata yang tengah menunggunya.

Sasuke menemukan Hinata tengah duduk dengan memangku dua popcorn di tangannya. Gadis itu melamun bahkan tak menyadari kedatangan Sasuke yang kini tengah menatapnya lembut. Sasuke membuyarkan lamunan Hinata dengan sentuhannya di surai indigo Hinata yang terlihat refleks langsung menoleh kearah Sasuke yang tengah tersenyum tipis.

"Lama menungguku?" Tanya Sasuke.

"Tidak kok, aku baru memesan tiket dan dua pop corn ini, lalu duduk disini sambil menunggumu!" Cerita Hinata yang hanya diberi anggukan oleh Sasuke.

Treatise HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang