Chapter 14

81 8 2
                                    

"Banyak yang bilang kalau masa SMA adalah masa terindah. Sekali seumur hidup. So, enjoy for it!"
√√√√√



Seperti hari senin biasanya, pagi itu SMA Negeri 89 mengadakan upacara bendera. Barisan siswa sudah tertata rapi sejak tadi. Suasana lapangan pun sudah hening tentram. Asal kalian tahu bahwa tidak ada satu orang siswa pun yang berani mengeluarkan suara selama upacara berlangsung. Karena kalau sampai hal itu terjadi, siap-siap aja berhadapan dengan Ketua OSIS yang terkenal sangat kejam. Siapa lagi kalau bukan Kevin Anggariksa Prayudha.


Kevin berdiri di sudut kanan lapangan dengan badan tegap dan mata menatap lurus kedepan. Tapi hati-hati mata itu sangat tajam. Semua siswa tahu bahwa tidak ada satu orang pun yang bisa menandingi Kevin dalam hal apa pun. Dia seolah tercipta secara sempurna tanpa cacat. Tapi, ingat apa pun yang sempurna menurut dunia pasti Tuhan membuat suatu kelemahan. Dan Kevin memiliki kelemahan di hatinya.

Amanat pembina upacara yang selalu menekankan siswa untuk tetap disiplin dan sebagainya hanya angin lalu bagi Kara yang sedari tadi dilanda rasa bosan tingkat tinggi. Kara selalu membenci yang namanya hari senin. Tapi apa daya, dia harus tetap mengikuti upacara bendera karna itu salah satu kewajiban seorang pelajar.

Mata Kara tidak bisa diam hanya menatap ke depan. Ia mencoba mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sedetik kemudian, mata Kara bertubrukan dengan sepasang mata hitam legam tajam seperti burung elang. Untuk sesaat Kara terpaku di tempat. Mata itu kelihatannya familiar di memori masa lalunya. Tapi, seolah tidak mau tahu Kara cepat-cepat menghentikan kontak mata dengan si pemilik mata elang itu. Sebelum terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.

Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Yaitu saat terdengar suara "upacara selesai" dari protokol membuat seluruh siswa SMA 89 bersorak gembira. Tidak terkecuali buat Kara dkk.

"Kelas dulu atau langsung ke kantin?" tanya Thata sambil mengipas-ngipas tubuhnya dengan topi yang sedari tadi bertengger di kepalanya.

"Kelas. Ada yang mau gue ambil dulu," jawab Bella dengan wajah merah karna kepanasan.

"Oke. Let's go!" Thata langsung berjalan dahulu tanpa menoleh ke belakang lagi.

"Tha, cepat banget sih jalannya," ucap Kara lirih dengan nafas sedikit terengah-engah.

"Kalian bisa gak jalan pelan-pelan aja? Kara lagi lemas," ungkap Imelda tanpa bisa menyembunyikan perasaan khawatirnya.

Thata dan Bella yang awalnya berjalan cepat perlahan memperlambat lajunya. Mereka baru menyadari bahwa jantung Kara masih perlu penyesuain. Ada perasaan bersalah yang tiba-tiba muncul di hati mereka. Seharusnya mereka perduli terhadap sahabat bukan?

"Lo gak papa kan, Ra?" tanya Bella khawatir.

Kara tersenyum tipis kemudian menganggukkan kepalanya perlahan. "Gue baik-baik aja kok," jawab Kara.

"Sorry Ra kita berdua lupa kalo lo gak boleh kecapekan," ungkap Bella dengan mata sedikit berkaca-kaca.

"Gue gak papa. Cuman karna kelamaan diri tadi jadi gini," jawab Kara sedikit lesu.

"Ya udah, yuk!" Thata langsung menuntun Kara untuk berjalan. Ia tahu bahwa Kara sedang berbohong.

Kara dkk berjalan di lantai koridor menuju ke kelas sambil bercanda ria. Itulah namanya sahabat. Engkau akan lupa kesedihanmu ketika menghabiskan waktu bersama sahabat.

All About RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang