Chapter 12

81 9 1
                                    

"Sisi lain yang tersembunyi akan selalu mengejutkan banyak pihak."
√√√√√

"Kara ikut Papa ke rumah sakit ya," pinta Kara memelas.

"Tumben." Rudi melipat koran yang sedari tadi dibacanya. Ia menyesap kopi yang  sedari tadi ada di atas meja makan.

Kara mendengus kemudian mengerucutkan bibirnya. "Papa gak seru akh. Kara lagi bete nih."

"Gak usah sok manja!" ucap Fero ketus.

"Diem deh lo, Bang. Gue gak ngomong sama lo," balas Kara tak kalah ketus.

"Pms lo dek?" tanya Fero.

Kara mengatupkan bibirnya rapat. Dari bangun tidur, ia sudah dilanda virus bad mood. Dia masih mengingat apa yang terjadi semalam. Ia masih tidak percaya bahwa Kevin yang semalam datang ke rumahnya.

*****

Flashback

Mata Kara yang awalnya terpejam rapat tiba-tiba terbuka. Entah kenapa perasaannya tidak enak. Kara melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Biasanya ia sudah terlena di dalam alam mimpi. Tapi entah kenapa matanya sulit untuk tertutup lagi.

Kara memutuskan untuk membuat coklat panas. Kara hanya berharap satu hal bahwa saat ia turun nanti jangan sampai ia berjumpa dengan Papanya atau Abangnya.

Begitu selesai menyeduh segelas coklat panas, Kara kembali ke kamarnya dan langsung menuju balkon. Ia ingin sedikit menghirup udara segar untuk menenangkan perasaannya yang sedang kalut.

Mata Kara menerawang jauh. Ia hanya menatap kosong ke depan. Hati Kara berbisik bahwa ada rindu yang terselip. Perasaan yang telah lama, ia coba untuk kubur akhirnya muncul lagi. Malah makin menggebu-gebu. Entah kenapa jantungnya kembali berdetak lebih cepat.

Disaat Kara sedang sibuk untuk menenangkan debaran jantungnya, ia mendengar bunyi klakson yang memekakkan telinga. Kara menoleh ke arah gerbang rumahnya dan di sana ia menjumpai sebuah mobil yang sepertinya familiar.

Kara memicingkan matanya untuk memperjelas objek yang dilihatnya. Matanya terbelalak begitu tahu bahwa mobil yang terparkir itu adalah mobil milik Kevin. Sang ketua osis songong.

Kara cepat-cepat beranjak dari posisi duduknya. Ia berjalan dengan sedikit tergesa-gesa. Hanya satu yang ada di pikiran Kara sekarang. Ia ingin sang pemilik mobil itu segera pergi dari depan rumahnya.

Kara keluar dari rumahnya dengan mengepalkan kedua tangannya. Bisa gawat dia kalau sampai Papa atau Abangnya tau. Tapi di balik itu semua sudut terkecil di hatinya menyatakan hal yang bertentangan dengan otaknya.

Kara mengetuk kaca mobil Kevin. Sedikit tidak sabaran memang. Kara tidak perduli lagi bagaimana penampilannya saat ini.

Kevin yang awalnya menundukkan kepalanya di stir mobil. Perlahan mengangkatkan wajahnya begitu mendengar ketukan dari kaca sebelah kirinya. Mata Kevim melebar begitu memperjelas penglihatannya bahwa orang yang sedari tadi mengganggu pikirannya ada di depan matanya saat ini.

Sekarang yang diharapkan Kevin adalah bisa memutar laju waktu. Kenapa ia bisa sampe begitu ceroboh menekan klakson mobilnya berkali-kali sehingga membuat si empunya rumah sepertinya marah besar. Kevin menarik napas panjang kemudian menghembuskannya dengan kasar. Dia tidak tau bagaimana cara menghadapi Kara malam ini.

All About RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang