Chapter 19

90 8 0
                                    

"Hiduplah dengan cara yang kreatif. Gak usah norak!!!"
~Kara Arwantha~
√√√√√

Bagi rata-rata pelajar SMA surganya dunia ialah saat free les, ujian bisa nyontek dan terutama ketika bel istirahat berbunyi. Itu jugalah yang dirasakan siswa/i SMA 89 Jakarta. Sebagian besar sudah menempati bangku masing-masing di sebuah kantin yang cukup besar. Kara termasuk didalamnya.

Ia hanya duduk seorang diri menunggu pesanan datang. Kara memang sengaja tidak mengajak siapa-siapa. Ia ingin sendiri alias "me time." Kara akan selalu melakukan hal ini ketika ia sedang banyak pikiran.

Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang. Bakso Mang Ujang sudah didepan mata. Dengan semangat 45, Kara menusuk satu daging bakso yang sudah ia lumuri dengan saus. Rasanya begitu nikmat. Tidak sia-sia Kara cepat-cepat kemari. Baru tiga kali tusukan, datang seorang perempuan yang mengusik kesenangannya.

Seorang siswi dengan seragam ngepas ke tubuh, rok ketat, rambut ombre, make up yang tebal tiba-tiba berdiri dihadapan Kara. Dia adalah Bia Kirana Pratama. Siapa yang tidak kenal sosok Bia? Kara tentunya. Anggota cheerleader, salah satu anak hitz, berprofesi sebagai model dan selebgram. Dengan kepopulerannya itu, Bia menjadi kakak senior yang ditakuti. Terlebih lagi, ia senang membully orang. Sungguh miris.

Satu sekolah tahu bahwa Bia menyukai Kevin sejak kelas X. Tapi Kevin selalu mengabaikannya. Dan setiap kali ada siswi yang berani mendekati Kevin, Bia akan bertindak. Ya, seperti sekarang. Tapi, sangat disayangkan Bia tidak mengenal pribadi Kara. Malangnya nasibmu nanti, Bia.

*****

Bella dkk memasuki kantin dengan perasaan kesal. Bagaimana tidak mereka ditingal Kara. Viko juga ikut serta. Begitu ingin mendatangi Kara, seketika mereka berhenti begitu melihat pelabrakan yang dilakukan oleh Bia terhadap Kara.

Thata dan Bella sudah siap mengambil seribu langkah untuk membantu Kara. Tapi Viko langsung menahan keduanya. Viko tahu Kara bisa menyelesaikan ini dengan mudah. Jadi yang sekarang perlu dilakuin hanya menonton saja.

"Gak usah. Kara bisa ngebalas tuh nenek lampir dengan gampang. Lo bertiga gak usah takut," ucap Viko enteng.

"Lo ngomong apa barusan?" tanya Thata sewot.

"Selo bro. Gak usah ngegas. Kita nonton aja di sini. Dan lihat kejutan apa yang akan Kara buat." Viko bersedekap dada santai. Ia yakin sebentar lagi suasana kantin ini akan gempar. Ia sudah tidak sabar.

*****

"Elo yang namanya Kara?" tanya Bia sewot memulai labrakan. Kara hanya menganggukkan kepalanya. Kara sudah tahu apa yang akan dilakukan Bia. Tapi, ia ingin melihat sejauh apa Bia berani membangunkan singa.

"Gak seberapa. Masih cantikan gue kemana-mana," ujar Bia sungguh percaya diri. Rasanya Kara ingin meludah segera. Tapi, ia tahan.

"Elo tahu apa kesalahan lo?" Bia menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

Dengan gerakan malas, Kara mendongak menatap Bia dengan alis terangkat satu. Melihat ada kesongongan yang terpantri di wajah Kara membuat Bia geram. Bia melangkah selangkah lebih maju lagi.

"Elo udah berani deket-deket sama cowok gue. Selama ini gue diam karna mau lihat sejauh apa kelakuan bitch lo itu. Dan gue udah gak berbelas kasihan lagi. Gue peringatkan elo untuk pertama dan terakhir kalinya, jauhi Kevin. Dia milik gue," desis Bia tajam.

All About RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang