Chapter 8

87 10 3
                                    

"Lo gak bisa nentuin dengan siapa lo bakal jatuh cinta. Cukup rasain, gak usah ngelak. Ntar lo yang capek sendiri."
√√√√


Siang itu matahari bersinar cukup terik. Banyak manusia yang mengeluh karenanya. Itulah sebabnya keadaan kantin di SMA Negeri 89 bisa dikatakan lebih ramai dari biasanya.

Kara dkk sudah menduduki salah satu meja dengan makanan dan minuman yang sudah tersedia. Mereka sedang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Sampai-sampai mereka tidak menyadari bahwa ada seorang laki-laki  yang ikut menduduki meja mereka.

"Ekhem..."

Dehaman yang cukup keras itu akhirnya bisa mengalihkan perhatian mereka. Terlihat dari wajah melongo mereka yang terkejut melihat keberadaan Viko.

"Sejak kapan lo disini?" tanya Kara.

"Baru aja gue duduk. Kalian aja yang pada sibuk jadi gak lihat gue datang," jawab Viko.

"Main ToD aja yuk!" ajak Thata semangat.

"Ayo!" sahut Bella tak kalah.

"Dimulai dari siapa?" tanya Viko.

"Ya elo lah. Elo satu-satunya cowok di meja ini," jawab Kara santai.

"Oke. Siapa takut. Gue pilih truth."

"Siapa cewek yang elo suka saat ini?" tanya Thata.

"Ehm, gak ada ya pertanyaan yang lain?" Viko menggaruk tengkuknya pertanda bahwa ia gugup.

"Jawab aja kali Vik. Sok salting lo!" cibir Kara.

Viko mendengus, "Kalian kenal kok siapa dia. Dia beda jauh banget sama gue pokoknya."

"Namanya siapa?" tanya Imelda yang sedikit kepo.

Viko tidak langsung menjawab karena dia sedang sibuk menetralkan degupan jantungnya saat ditanya Imelda. Melihat wajah Viko yang sudah merah padam, Kara terkekeh geli.

"Nanti juga lo pada tau," ucap Kara menyelamatkan Viko.

"Ya udah deh. Selanjutnya siapa?" Thata memainkan sedotan untuk menghilangkan rasa penasarannya.

"Kara!" ucap Viko dan Imelda secara bersamaan.

"Sok kompak elo berdua. Gue pilih dare " Kara tersenyum kecut melihat pembalasan Viko padanya.

"Elo yakin Ra?" Bella menampilkan seringai liciknya.

Kara hanya menganggukkan kepalanya pasrah.

"Elo kasih jus ini ke meja kak Kevin," ucap Bella dengan senyum yang menahan tawa.

"Elo udah sinting kayaknya. Ogah gue ke sana."

"Cupu banget lo," cetus Viko sarkas.

"Oke gue bakal lakuin. Kalian lihat aja." Kara berdiri dari kursinya kemudian berjalan menuju ke pojok kantin tempat biasa Kevin dkk-nya duduk.

"Permisi kak. Saya ke sini mau ngasih jus sama kak Kevin," ucap Kara tersenyum kikuk.

"Oh silahkan. Tapi hati-hati ya soalnya Kevin itu agak sedikit buas." Celia menaikkan kedua tangannya dan membuat tanda kutip.

Bukan sedikit keles tapi memang buas batin Kara teriak.

"Diminum ya kak Kevin jusnya," ucap Kara dengan menekankan kata Kak Kevin.

"Ogah gue minum jus dari elo. Pasti udah lo racunin deh!" Kevin memicingkan matanya dan menatap tajam Kara.

Kara mengebrak meja, "Eh...biasa aja dong ngomongnya. Lagian gue juga ogah ngasih lo jus kalo gak karna gue kena dare," cibir Kara ketus.

Kevin berdiri dari kursinya kemudian berjalan ke arah Kara, "Lo memang selalu ya cari gara-gara sama gue. Kayak ya lo perlu dikasih pelajaran deh."

Seketika muka Kara memucat ditambah lagi jantungnya berdetak dua kali lebih cepat karena posisi wajah Kevin yang begitu dekat. Nafas Kara pun tercekat seolah-olah meronta meminta ruang. Seluruh siswa yang ada di kantin juga seakan menahan nafas untuk melihat kelanjutan adegannya.

"Kok muka lo pucat? Deg-degan dekat gue?" tanya Kevin dengan menaik turunkan alisnya.

"Eng...gak...bi...asa...aja," jawab Kara terbata-bata.

Melihat muka Kara yang tidak sesuai dengan perkataannya barusan, Kevin  menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyum simpul. Untuk pertama kalinya Kevin tersenyum karena seorang wanita. Dan perlu di garis bawahi bahwa wanita itu bukan Keira. Inilah pertanda bahwa permainan takdir semesta naik ke level selanjutnya.

Kara tidak tahu harus melakukan apa. Tiba-tiba otaknya nge-blang setelah melihat senyum Kevin yang begitu memesona menurutnya. Ada sebersit rasa yang mulai tumbuh di dasar hati Kara. Tidak dapat dipungkiri bahwa semua wanita terpesona melihat sosok seorang Kevin.

Awas aja tuh orang berempat! Gue bakal buat perhitungan. Tapi sekarang gimana nih caranya supaya gue bisa bebas dari si balok es? Mikir Ra, mikir rutuk Kara dalam hati.

Tiba-tiba ada sebuah ide yang melintas di pikiran Kara. Dengan refleks Kara menendang selangkaan Kevin. Dan otomatis membuat Kevin merintih kesakitan dan sedikit menjaga jarak dari Kara. Hal itu tidak di sia-siakan oleh Kara.

"Ups, sorry. Lo mau minum jus itu ato enggak gue gak peduli. Yang penting gue udah laksanain dare gue." Kara tersenyum penuh kemenangan  kemudian berbalik ke mejanya.

Melihat Kara yang jalan kembali ke arah meja mereka dan ia menampilkan senyum miringnya, Viko dan yang lainnya sudah merinding duluan.

"Si Kara kok nyereminnya kalo kayak gitu?" lirih Bella pelan.

"Kalo Kara udah kayak gitu berarti kita berempat dalam masalah besar," ucap Viko berbisik.

"Maksudnya?" tanya Imelda gagal paham.

"Pokoknya dalam hitungan tiga kita harus lari!" Viko sudah mengambil ancang-ancang karena dia tau kalo Kara sedang marah, ia tidak bisa di dekati.

"Satu....dua....tiga...kabur....!"

"Jangan lari lo pada!" teriak Kara emosi.

"Gak bisa Ra. Soalnya Ra lo nyeremin. Kita minta maaf deh. Lo itu enak kalo dikerjain," sahut Viko polos.

"Diem lo kecebong asap. Lo nanti yang bakal dapat hukuman yang lebih ya. Awas aja lo!" ucap Kara dengan suara menggelegar dan langkah yang lebar-lebar.

"Gue tunggu," balas Viko tak mau kalah.

"Oh ya Ra satu lagi, menurut gue lo memang deg-degan kalo dekat sama Kevin. Hati-hati loh Ra! Lo bisa jatuh cinta sama dia. Tapi bukannya lo udah punya pangeran berkuda putih ya Ra." Viko menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gue udah lama loh Vik gak main. Lo mau posisi yang mana?" Kara menampilkan wajah sangarnya.

"Udah akh Ra. Males ngomong sama lo. Elo gak lihat kalo kita udah jadi tontonan. Gue lanjut kabur dulu ya. Bye!" Viko melanjutkan kembali larinya.

Kara melihat ke sekelilingnya dan memang benar semua siswa yang menghabiskan waktu istirahatnya di kantin sedang melihat ke arahnya sambil berbisik-bisik. Kara baru menyadari bahwa ia sedang dalam masalah besar.

*****

Semoga kalian suka ya sama ceritanya. Jangan lupa voment ya ;)

All About RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang