Chapter 5

96 13 6
                                    

"Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada kebersamaan bersama sahabat."
√√√√

Sedari tadi bel pulang telah berbunyi tetapi Kara tetap tidak beranjak dari tempat duduknya. Hujan sedang turun mengguyur Jakarta. Hal inilah yang selalu dinantikan oleh Kara. Kara sangat menyukai hujan. Aneh memang, tetapi baginya hujan adalah sumber kebahagiaannya.

Koridor sekolah telah sepi, Kara mulai berjalan keluar kelas menuju lapangan terbuka. Kara tersenyum lebar begitu merasakan tetes-tetes air hujan yang jatuh ke bumi.

"Akhirnya..hujan juga." Kara merentangkan kedua tangannya kemudian menengadahkan kepalanya ke langit kemudian memejamkan kedua matanya.

Nada itu kembali terdengar di telinga Kara. Nada yang membuat seolah seluruh bumi tersenyum padanya. Tapi kedamaian yang baru sebentar dirasakan Kara tiba-tiba diusik oleh sebuah payung yang menghalangi air hujan turun membasahi wajah Kara.

"Lo bego ya? Berdiri di tengah hujan deras kayak gini," bentak Kevin.

Kara menatap Kevin tajam dan sinis, "Gini ya senior Kevin yang terhormat, anda tidak bisa merintah saya. Terserah saya mau ngapain. Itu hak saya. Anda bukan siapa-siapa saya. Jadi saya mohon jangan pernah ikut campur," ucap Kara ketus.

Kevin menggertakkan giginya menahan amarah, "Masih untung gue mau peduli sama elo."

"Gue gak perlu kepedulian dari lo senior Kevin yang terhormat." Kara bergegas pergi sambil menghentakkan kedua kakinya.

Kenapa ya saat dia membentak gue, jantung ini berdetak lebih cepat batin Kara bertanya.

Tidak ada yang tahu bahwa semesta sengaja mempertemukan mereka lagi di lingkaran permainan takdir yang lebih rumit.

*****

"Pagi Ra," sapa Viko begitu berjalan sejajar dengan Kara di lantai koridor sekolah.

"Pagi," balas Kara dengan senyuman.

"Elo diantar siapa tadi?" tanya Viko basa basi.

"Bokap," jawab Kara singkat.

"Kapan nih gue boleh main ke rumah lo?"

"Kapan aja boleh kok. Rumah gue selalu terbuka buat lo." Kara tiba-tiba menghentikan langkahnya begitu melihat sosok Kevin berjalan ke arah mereka.

"Kenapa berhenti Ra?" tanya Viko bingung.

Belum sempat Kara menjawab terdengar suara bariton dari belakang tubuh Viko.

"Nanti pulang sekolah kita latihan buat tournament bulan depan," ucap Kevin dengan ekspresi datar.

"Oke Vin. Gue bakal datang kok," jawab Viko dengan senyum untuk menutupi keterkejutannya.

"Kalau gitu gue duluan," pamit Kevin.

Kara mendengus begitu melihat punggung Kevin berbalik menjauhi mereka.

"Kenapa lo?" Viko mencolek pundak Kara.

"Gini ya Vik, kemarin gue lagi asyik-asyiknya main hujan eh dia tiba-tiba nongol dan langsung marah-marah sama gue. Ngeselin kan!" ucap Kara dengan menyala-nyala.

Viko terkekeh geli kemudian tersenyum misterius. "Lo beruntung banget Kara. Lo cewek pertama yang dipeduliin sama dia semenjak tiga tahun yang lalu dia berubah."

All About RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang