six

1.3K 183 0
                                    


Woojin keluar dari mobil sportnya. Dia mulai dikerumuni banyak orang, walaupun sudah memakai masker sekalipun dia tetap ketauan oleh fansnya.

Woojin melihat seseorang yang tidak asing baginya, dan orang itupun melihatnya juga. Terjadilah kontak mata beberapa detik. Sebenarnya, woojin masih ingin melihat nya tetapi kondisi tak memungkinkan. "Dia kan? Orang yang waktu itu." gumam woojin sambil berjalan memasuki restoran.

Jihoon sudah menunggu woojin yarg masuk restoran dengan kerumunan fans di balik pintu kaca. Woojin mendekatinya, "ada apa?" tanya woojin To The Poin. "Kau perlu menandatangani ini." jawab jihoon dengan berkas ditangannya, lalu jihoon pergi kesebuah ruangan.

Woojin pun mengikutinya. "Berkas apa itu? Cepat lah aku sibuk." tanya woojin dengan terburu-buru, ya dia ingin menemui orang yang telah menampar dia tempo hari.

"Bersabarlah, kau ini sok sibuk sekali." jawab jihoon yang mulai sebal. "Ini adalah berkas, kepemilikan restoran ini." lanjut jihoon. "Apa? Kepemilikan? Hah,, yang benar saja. Maksudmu warisan? Dari lelaki itu?!" jawab woojin dengan tegas. "Ya, benar."

"Sudahlah, percuma saja aku tidak mau!"
"Haa,, aku juga tau kau pasti tidak akan mau. Dan kau pikir aku mau membujukmu hanya untuk ini?! Tidak! Aku hanya melakukan tugasku saja woojin-ah" jihoon mulai geram.

"Lalu apa? Bukankah kau yang menginginkn nya? Iya kan?" tanya woojin. Jihoon terdiam, memalingkan wajahnya dri tatapan woojin. Woojin yang melihat reaksi jihoon yang seperti itu, langsung pergi begitu saja.

Meninggalkan jihoon yang masih berdiam diri. "Kau masih belum berubah, woojin-ah." gumam jihoon.

P jihoon :
"Maaf paman, aku tidak berhasil."

Mr. Park :
"Tak apa jihoon-ah."

Woojin berlari keluar restoran, berharap orang itu masih disini. Tapi nyatanya tidak. "Sial, aku hampir mendapatkan nya!" ujar woojin geram. Dia pun, menaiki mobilnya dan pergi.

**********

Hyungseob turun dari motor guan setelah sampai di rumahnya. "Guan, terima kasih ya." ujar Hyungseob. "Ya, sama-sama hyung." guan tersenyum.

Tiba-tiba guan mendekatkan wajahnya pada hyungseob, "Selamat ya hyung.." Hyungseob yang diperlakukan seperti itu diam mematung sesaat, "Aissh, kau ini! Jangan bicarakan itu disini!" protesnya.

Guan hanya tertawa, "ahaha iya baiklah baiklah. Aku pergi ya hyung." kata guan selaku pamit. "Yasudah, cepat sana pulang! Dan besok antar aku lgi!" jawab hyungseob agak berteriak. Guan yang sudah melajukan motornya hanya melambaikan tangannya.

Hyungseob tersenyum lalu memasuki rumahnya. "Aku pulang, bib-pam!" sapa hyungseob dengan melepas sepatunya. Tak ada jawaban sama sekali, rumahnya sepi.

"Paman? Bibi? Kalian dimana?" hyungseob memastikan tak ada orang di rumahnya. Dia menuju dapur, mengambil sebotol minuman. Dan menemukan sepucuk surat di atas meja.

To Hyungseob

Hyungseob-ah paman dan bibi pergi ke seoul, mengurus kepindahan kita. Kami mungkin pergi dalam 5 hari, itupun jika semua sudah selesai. Kau jaga rumah ya, persediaan makanan sudah bibi siapkan. Hati-hati dirumah Hyungseob-ah, bibi sudah memberi tau temanmu agar kau tidak kesepian.

[jinseob] See youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang