7 : Everything looks different

22 3 0
                                    

Pertemanan adalah sebuah ikatan yang hanya dapat dihancurkan dengan kematian.

~N~

Dari sudut ruang kamar terlihat Bilah yang sedang menggerutu didepan cerminnya dengan dihiasi rona merah dipipinya.


"Apa yang sedang kamu pikirkan sih Bilah? Noel, Noel, dan Noel!" Umpat Bilah merutuki dirinya sendiri didepan cermin full body yang menampakkan bayangannya.

"Tapi hembusan nafas Noel yang menerpa wajahku saat itu aku masih ingat betapa hangatnya." Ucap Bilah yang tanpai ia sadari telah menyemburatkan warna merah pada pipinya. Kejadian kemarin masih terus berputar dikepala Bilah. 

"Aish! pipiku memerah lagi. Tidak, tidak boleh Bilah, bagaimana bisa kau memikirkan Noel?! sial!"
Umpat Bilah merutuki dirinya sendiri.

******

'Kringgg....'
Bel istirahat berbunyi untuk kedua kalinya, menggema ke seluruh penjuru sekolah.

Bel sekolah tersebut telah mengusik tidur nyenyak Bilah dibangkunya. Gadis tersebut mulai tertidur tepat pada saat jam mata pelajaran sejarah.

Ya, pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang dibencinya. Karena sepanjang pelajaran hanya cerita, cerita, dan cerita tentang sejarah tersebut.

Perlahan Bilah mengerjapkan matanya lalu meregangkan otot-ototnya dan menutup mulutnya saat menguap. Dengan kesadaran yang masih belum sepenuhnya terkumpul, Bilah menatap lekat- lekat ke arah bangku Diny.

Namun, tidak ada Diny dibangkunya. Bilah-pun mengedarkan pandangannya  meneliti seluruh ruang kelas mencari keberadaan sahabatnya, namun nihil. Pandangan mata Bilah tidak menangkap adanya Diny di dalam kelas.

"Mungkin Diny sudah pergi ke kantin duluan." Gumam Bilah sambil beranjak dari tempat duduknya menuju kantin.

------

Bilah menyusuri lorong sambil meregangkan ototnya yang masih belum sempurna lentur. Tanpa ia sadari langkahnya telah menuntunnya ke arah Balkon sekolah.

"Tangga?" Ucap Bilah saat menyadari kakinya tidak sengaja membentur anak tangga yang paling dasar.

Ditatapnya tangga balkon tersebut.

"Oke, kurasa melihat matahari siang tidak buruk juga." Gumam Bilah dan mulai menaiki anak tangga tersebut satu-persatu.

Bilah berhasil menginjakkan kakinya di anak tangga paling atas. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti ketika pandangannya menangkap seorang gadis yang tidak asing baginya sedang duduk dengan kaki ditekuk ke dadanya.

"Diny? Bagaimana kalau aku ajak dia ke kantin." Ucap Bilah bersemangat.

Namun kejadian saat Diny berlari sambil terisak kemarin kembali teringat. Mengingat itu Bilah langsung mengurungkan niatnya.

"Tidak, aku tidak bisa." Gumam Bilah sambil menggelengkan kepalanya mengusir ajakannya pada Diny.

"Kali ini saja, aku bisa pergi ke kantin sendirian." Gumam Bilah meyakinkan dirinya sendiri.

-----

Diny sedang memikirkan sesuatu yang tidak pernah ia sangka sebelumnya. Bagaimana bisa jika pada akhirnya yang bersama dengan Noel adalah Bilah sahabatnya sendiri. Apapun alasannya Diny masih belum bisa menerima kenyataannya.

"Noel.. Bilah.. argghh entahlah! Memikirkannya membuatku semakin pusing. Tapi, Noel.." Air mata Diny kembali mengalir membasahi pipinya.

Air mata itu jatuh kembali.

Diny seka kembali.

Namun tetap Menetes kembali.

"Seharusnya aku sadar, selama ini aku mencintainya dalam diam." Ucap Diny memeluk tubuhnya sendiri.

"Dan seharusnya aku bisa menanggung resikonya." Ucap Diny membenamkan wajahnya.

----------

"Hmm, hari ini menu makanannya apa ya?" Gumam Bilah sambil menggesek dagunya.

"Bakso aja deh."

Pilihan Bilah jatuh pada bulatan daging yang selalu menjadi menu wajib mingguan bagi gadis tersebut.

"Buk, bakso dua ya." Kalimat tersebut keluar begitu saja dari mulut Bilah tanpa ia sadari. Bilah memang sudah terbiasa mengambil peran memesan makanan dikantin untuk mereka berdua, sedangkan Diny mengambil peran memesan es teh untuk mereka berdua.

"Oh ya aku kan lagi nggak sama Diny." Gumam Bilah.

"Baksonya satu aja deh buk."

"Siap Non." Ucap Bu Kantin.

5 menit kemudian....

"Ini Non." Ucap Ibu Kantin sambil menyodorkan bakso pesanan Bilah.

"Makasih ya Buk." Ucap Bilah dengan semangat tak sabar menyantap bulatan daging dihadapannya ini.

Disuapkanlah potongan pentol ke dalam mulutnya dengan lahap. Ketika potongan pentol tersebut sudah sempurna masuk ke dalam mulutnya tiba-tiba kunyahan Bilah berubah menjadi tidak bersemangat. 

Bilah menatap mangkok baksonya hambar, entah mengapa rasa bulatan daging tersebut berubah menjadi hambar. Entah kemana hilangnya semangat untuk menyantap makanan tersebut.

"Ini adalah makanan favoritku di kantin dengan Diny.." Gumam Bilah sambil mengaduk kuah bakso dihadapannya membiarkan masa-masa saat ia bersama Diny kembali masuk diotaknya.

"Aish! sial! kenapa jadi nggak mood makan gini sih." Umpat Bilah sambil meletakkan garpu dan sendoknya kasar hingga membentur pinggiran mangkok.

Bilah beranjak dari duduknya lalu pergi meninggalkan baksonya yang masih utuh begitu saja tanpa memikirkan perutnya yang mengadakan demo besar-besaran di alat pencernaannya.

"Hari ini, semuanya tampak berbeda." Gumam Bilah sambil menghembuskan nafasnya kasar.

- - - - - -

Gimana? Garing ya T.T

Jangan lupa tinggalkan jejak....

Vote

Vomant

Follow

Dont forget:)

River Flows In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang