Terkadang, hal kecil saja membuat seseorang tak berhenti tersenyum. Bahagia itu diciptakan. Bukan dicari.
....
Malam itu udara begitu dingin. Dan Sab segera meringkuk dalam selimutnya. Entah dari jam berapa, ia tidur. Yang jelas lebih awal dari biasanya. Dan dingin membuatnya mager.
Tengah malam itu, Sab benar-benar sulit tidur. Ia merasa tak mengantuk lagi, karena tidur terlalu awal. Tapi matanya tetap saja ia paksakan untuk terpejam.
"Please tidur!" Bisik Sab.
Ia tak suka kalau terbangun tengah malam begini.
Tiba-tiba saja, Sab melihat sebuah bayangan seseorang di balkon kamarnya. Jelas saja bayangan itu terlihat. Karena lampu di balkon kamarnya itu dinyalakan. Dan kamar Sab gelap, hanya memakai lampu tidur.
"Eh, itu apaan?" Batin Sab dengan gemetar.
Tiba-tiba saja sosok di luar balkon tersebut mengetuk pintu balkon itu. Sebenarnya bukan pintu kayu. Namun kaca. Dan Sab makin takut kalau nantinya kaca itu dipecahkan.
"Tok...tok...tok..."
Kalau Sab perhatikan, sosok di luar itu terlihat seperti laki-laki bertubuh tinggi tegap. Bagaimana ia bisa berada di balkon kamar Sab? Padahal kamar Sab berada di lantai dua. Jangan-jangan dia mempunyai ilmu hitam supaya bisa terbang. Oh tidak. Kalau memakai tangga pasti sulit. Dan mungkin banyak yang tak berani, karena terlalu tinggi.
Suasana makin mencengkam. Sab putuskan untuk sembunyi di balik selimutnya. Namun suara ketukan itu semakin keras.
"Please itu siapa sih di luar? Jangan-jangan itu monster yang kelaperan dan pengen makan gue. Tapi nggak masuk akal. Mana ada, monster di dunia serba modern ini. Jangan-jangan itu rampok. Astaga bahaya. Atau jangan-jangan itu orang yang berniat jahat ke gue,"
Sab tak tahan dengan ketakutannya. Ia ingin sekali keluar dari kamarnya. Namun nyalinya tak ada. Pasti kalau Sab meninggalkan kamar itu, justru sosok jangkung itu akan dengan beraninya masuk kamar Sab. Kemudian mengambil semua barang-barang berharga Sab. Apalagi sampai mencuri flashdisk Sab yang berisi puluhan film-film yang Sab sering tonton. Ah. Itu membuat Sab bergidik membayangkan semua film-filmnya hilang. Takutnya lagi kalau sampai sosok itu mencelakai Sab.
"Tok...tok...tok...tok."
Suara itu semakin keras. Ah. Suara itu membuat Sab ingin buang air kecil. Apalagi udara sangat dingin. Padahal AC di kamar Sab sudah dimatikan.
Sab sudah tak tahan dengan sosok itu. Ia sudah tak ingin mendengarnya. Dengan sebanyak nyali yang ia punya, ia memberanikan diri untuk bangkit dari tempat tidur dan berniat untuk menghampiri sosok itu.
"Pokoknya bakal gue habisin. Berani-beraninya dia ke sini. Kalo perlu gue jatohin ke bawah biar mati. Ah enggak. Itu terlalu gila."
Sab mengambil raket tenisnya untuk berjaga-jaga jika sosok itu mendekat, ia bisa memukulnya dengan raket itu. Sungguh dengan kaki gemetar akibat rasa takut sekaligus kebelet pipis, Sab melangkah semakin dekat dengan pintu balkon.
Please! Kenapa pake acara kebelet pipis segala sih!
Satu.
Dua.
Sab menghitung dalam hatinya. Tangannya sudah memegang kenop pintu balkon itu.
Tiga.
Pintu itu terbuka. Dan..
Ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Takut Dicintai
Teen Fiction[Completed] ⚠Belum direvisi. Banyak typo bertebaran. Ketika suatu persahabatan harus diselingi cinta, tak ada yang dapat kau selamatkan. "Itu artinya gue bakal kehilangan lo. Gue tau konsekuensi pacaran yang bermula dari persahabatan. Kalo putus, it...