Aku Takut Dicintai

23. Beda

Setiap orang terkadang berubah. Merubah sikap bahkan terjadi karena seseorang. Hati-hati dengan ucapanmu yang mampu merubah seseorang. Jika tidak ingin seseorang itu pergi.

....

Sab turun dari motor Daffa. Kemudian mereka melangkah berbarengan menuju kelas.

"Daf, kok tumben, kamu nggak nglepasin helm aku?" Tanya Sab.

"Manja banget sih." Jawab Daffa datar.

Sab memutar bola matanya. Entah mengapa, Sab merasa pagi ini Daffa seperti sedang badmood banget. Dalam perjalanan menuju sekolah saja, Daffa tak bicara apapun. Tanpa bicara, Daffa berbelok dan menaiki tangga menuju kelasnya.

"Tumben amat, biasanya ngekor sampe kelas gue." Batin Sab.

Sab bertemu Dony di depan pintu kelas.

"Sab! Kok lo unfollow instagram gue? Tega ya lo? Gue salah apaan coba?" Tanya Dony langsung sruduk aja.

Sab berpikir sejenak.

"Hhhh... pasti Daffa yang unfollin," batin Sab.

"Jawab,"

"Eh. Keunfoll ya? Ntar gue follow lagi kok,"

"Awas aja kalo enggak." Ucap Dony.

"Iya..." Ucap Sab.

Ketika masuk kedalam kelas, tatapan tajam Anton menusuk mata Sab.

Waduh!

"Kenapa?" Tanya Sab tanpa dosa.

"Lo tau nggak? Kelompok belajar kita, semalem ngerjain tugas bareng di rumah Ajeng, taunya lo nggak dateng. Gue hubungin lo, nggak bisa. Terus juga lo keluar dari grup chat? Kenapa?"

Sial!

"A, anu..."

"Lo mendadak gagap? Sejak kapan, Sab?" Tanya Anton.

Anton memang seperti itu sifatnya. Keras dan disiplin. Dia adalah ketua kelompok belajar Sab. Patut saja dia bertindak seperti itu.

"Anton, sabar dong." Ucap Ajeng yang kemudian muncul.

"Tau nih. Gue baru dateng, udah diomelin." Ucap Sab yang merasa terbela.

"Bodo!" Ucap Anton.

"Ntar lo undang gue ke grup lagi. Gampang, kan?"

"Gampang... gampang. Gue kesel, lo nggak ikut kerja kelompok semalem, tau."

"Sorry. Gue bener-bener lupa."

"Alesan mulu."

Kemudian Anton meninggalkan Sab.

"Hhh... gara-gara Daffa lagi."

...

Sab melamun. Entah apa yang dia pikirkan. Namun, Daffa kali ini memenuhi otaknya.