28. Again

1.1K 45 1
                                    

Kembali kemasa lalu, sama saja kamu memberikan kesempatan untuk tersakiti kedua kalinya.

....

Ruang dan waktu seolah terhenti ketika Daffa meminta untuk mengulang kembali seperti dulu. Sab menghela napas panjang. Ia mencoba mengumpulkan serpihan-serpihan hatinya.


"Jadi, gimana Sab?" tanya Daffa, meminta kepastian.

Sab menatap mata Daffa. Dilihatnya, memang ada ketulusan dari hatinya. Dan memang ada keseriusan di wajahnya. Ini Daffa yang serius. Bukan Daffa yang suka bercanda doang kalo ngomong.

"Kenapa sih, lo hobby banget dateng dan pergi seenaknya di kehidupan gue?" tanya Sab sedikit menggertak.

"Aku nggak tau. Setiap aku pergi, Tuhan selalu nunjukkin jalan pulang ke kamu." Jawab Daffa dengan santai.

"Ngemeng doang itu mah," batin Sab.

Sab masih belum memberi jawaban.

"Masih ragu? Atau nggak mau?" tanya Daffa.

Sab menundukkan kepalanya.

"Gue ragu. Perlakuan lo kemaren-kemaren, nggak njamin kalo cinta itu masih ada, Daff."

"Aku harus ngebuktiin apa biar kamu percaya kalo aku masih punya perasaan sama kamu? Aku serius, Sab."

Sab kembali menatap mata Daffa.

"Untuk sekarang, gue belum bisa jawab. Sorry, Daff."

Daffa menghela napas panjang.

"Oke. Nggak papa."

...

Sab turun dari motor Daffa.

"Besok aku jemput ya," ajak Daffa.

"Ngapain?" tanya Sab.

"Pengen aja." Ucap Daffa kemudian pergi pulang.

Sab menghela napas panjang. Dilihatnya punggung Daffa yang semakin tak terlihat. Sab masih saja memikirkan ucapan Daffa tadi siang. Kenapa masa lalu selalu dateng diwaktu yang nggak tepat?

"Disaat gue udah berhasil ngilangin perasaan gue, seiring berjalannya waktu gue juga ngilangin rasa sakit gue. Dan disaat kayak gini, lo dateng dengan sebuah perasaan yang sama, dan dengan senyum yang sama pula. Lo dateng ngasih gue harapan. Bukannya gue berharap lagi. Cuma, rasa takut itu masih ada. Takut. Takut kalau nantinya hal yang sama bakal terulang lagi."

Sab sadar dari lamunannya. Kemudian ia masuk kedalam rumahnya. Tanpa ia sadari, Daffa bukan pergi. Kemarin, dia hanya sembunyi. Dan kini, dia datang lagi.

...

Pagi ini Daffa menunggu Sab sejak setengah jam yang lalu. Sab yang ditunggu-tunggu belum juga muncul. Padahal, ini sudah jam tujuh kurang lima belas menit. Dihubungi, Sab tak juga menjawab. Daffa tak mencoba mengetuk pintu rumah Sab.

"Apa mungkin Sab udah berangkat duluan, ya?" pikir Daffa.

Ini sudah hampir jam tujuh. Dan Daffa pun akhirnya memutuskan meninggalkan halaman rumah Sab, dan berangkat ke sekolah. Daffa memacu lebih cepat kecepatan motornya. Ini pasti sudah terlambat. Dan bagi Daffa seorang siswa teladan, sungguh tidak pernah.

Dan benar saja. Saat Daffa sudah sampai di depan sekolah, pintu gerbang sudah tertutup. Daffa melirik jam yang melingkar di tangan kirinya. Sudah pukul tujuh lebih sepuluh menit.

Aku Takut Dicintai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang