Dony menghentikan mobilnya di depan rumahnya.
"Sab, masuk dulu. Abis ini kita ke rumah lo." Ucapnya.
Dony meraih pergelangan tangan Sab. Memang kebiasaan Dony kalau jalan sama Sab suka nggandeng-nggandeng gitu. Ketika mereka masuk rumah, keluarga Dony menyambutnya dengan senang. Mereka sudah lama sekali tak bertemu.
"Papa bangga sama kamu, Don." Ucap Papanya Dony sembari memeluk Dony.
"Lah bisa aja. Oiya. Ma, pa, masih inget Sab? Temen SMP-SMA Dony?" Ucap Dony mengenalkan perempuan yang berada di sampingnya itu.
"Ooo. Inget dong, yang kamu suruh papa buat bilang ke kepala sekolah supaya sekelas terus sama Sab, kan?" Ucap papa Dony.
Oh jadi ini yang alasan mengapa Dony dan Sab bisa sekelas terus.
"Yang dulu ikut ngerawat mama di rumah sakit, kan?" Ucap mama Dony.
"Cewek yang paling Dony suka dari SMP sampe sekarang," celetuk Dion.
"Papa sama Bang Dion ini sukanya ngumbar aib orang, deh." Ucap Dony.
"Itu kan fakta." Ucap Dion.
Sab dan yang lainnya kemudian terkekeh.
"Sab, ke rumah lo aja, yuk." Dony merasa sumpek dengan keluarganya yang mungkin kalau dia kelamaan di sana, semua aibnya akan terbongkar.
....
Ke rumah Sab, sudah. Kini, Dony dan Sab berada di depan makam Daffa.
"Udah lama banget gue nggak kesini." Ucap Dony.
"Daffa pasti seneng banget, kalo tau sekarang gue udah bisa jalan." Ucap Sab kemudian tersenyum.
"Dia tau kok, empat tahun yang lalu, lo mengantarkan dia dengan kursi roda, dan sekarang kursi roda itu udah nggak ada. Keajaiban itu pasti ada."
"Sulap, gitu?" Tanya Sab.
"Bukan, bego. Lo masih kayak anak TK. Bego mulu."
....
"Sab, apa sekarang hati lo udah bisa lo buka buat orang lain?" Tanya Dony ketika berada di rumah Sab.
"Gue nggak tau, Don. Daffa itu kayak masih ada. Dan Daffa masih ada di hati gue. Seperti yang lo bilang. Daffa nggak kemana-mana. Dia masih ada di hati gue." Jawab Sab.
Semua orang juga tau, bahwa dari dulu Dony menyukai Sab. Sudah lama sekali. Namun nyatanya, perasaan itu tidak dirasakan balik oleh Dony. Dari dulu memang hanya Daffa yang berhasil memiliki hati Sab.
"Apa sampe sekarang, lo belum ikhlas dengan kepergian Daffa?" Tanya Dony.
"Udah. Gue udah ikhlas." Jawab Sab.
"Terus, lo nggak mau mencoba menerima orang lain selain Daffa untuk masuk dalam kehidupan lo?"
"Maksudnya?"
"Yah bego. Maksudnya gini aja deh. Lo tau kan dari dulu gue suka sama lo? Dari dulu banget Sab. Dulu banget. Dan gue sama sekali nggak pernah bisa ngilangin perasaan itu. Bahkan ketika gue mutusin lo dan sampe gue ngejauhin lo. Dan sampe saat ini, perasaan itu masih ada. Bahkan ketika lo jadian sama Daffa, perasaan gue masih ada. Lo tau nggak rasanya liat orang yang lo cinta jadian sama orang lain? Dulu gue benci Daffa. Gue akui. Gue nggak suka kalo lo sama dia. Tapi gue bisa apa? Gue nggak mungkin egois buat ngelarang lo sama orang lain. Karena apa? Kita cuma sebatas sahabat. Nggak lebih." Ucap Dony. "Sab, gue baik sama lo, gue care sama lo bukan berarti gue menginginkan hati lo untuk gue. Dulu, waktu lo nerima gue, cuma karena gue peduli sama lo. Dan bukan karena alesan cinta. Gue bingung, Sab. Kenapa sampai saat ini, perasaan itu masih tetep ada. Bahkan sampe gue pergi jauh pun, gue ketemu dengan banyak cewek, tapi hati gue masih tinggal di sini." Lanjutnya.
"Lo udah terlalu baik sama gue, Don. Rasa peduli lo udah melebihi sebuah hubungan pertemanan. Bahkan gue nggak tau gimana caranya membalas kebaikan lo itu." Ucap Sab.
"Sab, gue nggak perlu lo bales kebaikan-kebaikan yang udah gue lakuin. Bertahun-tahun gue nyari celah hati lo. Dan ternyata, celah di hati lo buat gue pun nggak ada. Apa lagi ruang buat gue."
Dony menggenggam tangan Sab.
"Sab, mungkin ini untuk terakhir kalinya gue ngomong kayak gini ke lo. Apa lo mau yang dari temen main, jadi temen hidup gue? Terima gue kalo lo punya perasaan yang sama. Dan kalo lo nolak gue, tolong sekalian kasih tips biar gue bisa ngilangin perasaan ini. Karena gue pengen maju, Sab. Nantinya gue juga bakal nikah. Dan gue nggak mau gue cuma stuck di satu cewek doang."
Sab mencoba membuka mulutnya.
"Don, lo adalah laki-laki yang baik. Semua cewek juga bakal mau kok sama lo. Tapi, maaf banget, Don. Gue memang nyaman sama lo. Gue juga sayang. Tapi, untuk mencintai, mungkin saat ini gue belum bisa."
"Jadi, kapan lo bisa mencintai gue?"
Pertanyaan bodoh.
"Mana gue tau lah, Don."
"Oke. Gue tunggu, Sab. Tapi tolong jangan kelamaan jadiin gue jemuran."
Sab terkekeh, dan akhirnya mengangguk.
Pada dasarnya tidak ada yang bisa menggantikan Daffa, di hati Sab.
Ada seseorang yang tidak ada lelahnya mencintaimu. Meskipun, mencintai sepihak adalah hal yang tak wajar. Tidak ada salahnya kita melangkah maju, namun dengan tidak melupakan kemasa laluanmu. Apa pun yang ada di depan kita, ialah kiriman Tuhan yang harus kita jaga.
Hargai dia selagi ada.
SELESAI
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Takut Dicintai
Teen Fiction[Completed] ⚠Belum direvisi. Banyak typo bertebaran. Ketika suatu persahabatan harus diselingi cinta, tak ada yang dapat kau selamatkan. "Itu artinya gue bakal kehilangan lo. Gue tau konsekuensi pacaran yang bermula dari persahabatan. Kalo putus, it...