4. Azka dan Komplotannya

4.6K 282 10
                                    


     Kelas 12 IPS 2, saat ini tengah berlangsung pelajarannya Bu Retno. Guru Sejarah yang terkenal dengan kedisiplinannya, percayalah. Jika kalian mengeluarkan suara yang tidak berguna walau hanya sebuah gumaman, bersiaplah membersihkan kelas saat pulang nanti.

     Azka, pria itu bukan mendengarkan penjelasan guru, ia malah terlihat merem-melek gak jelas, Azka pindah duduk ke yang paling pojok, posisi yang strategis untuk tidur tanpa ketahuan guru bukan?

     Azka menguah, "Ah. Gue bisa mati kebosanan, ini." Azka bergumam seraya mengusap wajahnya, sungguh. Ia mengantuk, sangat.

     Tidur di UKS enak kali yah, itulah yang terlintas dibenak Azka saat ini. Tapi, terlebih dahulu ia harus ngibulin Bu Retno ini. Tapi bagaimana?

     Azka tersenyum culas, dengan sekali gebrakan Azka memukul meja dengan keras, sontak murid-murid pun kaget, bahkan tak sedikit siswa perempuan yang menjerit. Terlihat Bu Retno memicingkan matanya, mencari tahu siapa yang berani mengacau disaat pelajarannya. Dapat. Disitu Azka tengah melipat tangannya didada dengan dagu yang diangkat seolah menantang siapa saja yang melihatnya.

     "AZKA PRASETYA! KAMU BERANI BUAT ONAR DIMAPEL SAYA?" Dengan satu tarikan nafas Bu Retno langsung berteriak, menyebabkan murid-murid menutup telinganya.

     "Saya mau izin Bu." Azka mengangkat lengannya ke udara.

     "Mau kemana kamu?"

     "Saya sakit, mau ke Kantin."

     "Kalo sakit yah ke UKS, gimana kamu ini?"

     "Maksud saya, itu bu."

     Bu Retno melotot kearah Azka yang hanya ditanggapi acuh olehnya, "Jadi, boleh nggak bu? Cepet Bu, keburu saya epilepsi ini."

     "Sejak kapan kamu punya penyakit epilepsi?"

     "Sejak, ibu melotot ke saya deh."

     Azka melenggang begitu saja, membiarkan Bu Retno yang lagi-lagi melotot, "Segeralah minggat kamu dari sini." Bu Retno berujar seraya mengusap dadanya. Jangan sampai ia punya keturunan macam Azka itu, bisa senewen ia jika tiap harinya harus menghadapi siswa gila macam dia.

     ****

     "Lo dengerin gue gak sih?" Juna jengkel dengan Azka yang sedari tadi hanya diam tak merespon, padahal sudah capek ia berkicau. Eh yang diceritain malah tak acuh, tekanan batinkan Juna jadinya.

     "Denger, lanjut lo ngomong apa barusan?"

      "Sekolah sebelah ngajak tawuran."

      "Terus?"

     "Ini aneh," Juna menggebrak meja membuat Azka mengernyit bingung, tapi tidak bersuara karena Juna yang hendak membuka mulutnya, "Nih yah, selama lo kagak masuk, sekolah tetangga mana pernah ngajak tawuran, tapi baru sehari lo masuk, mereka udah mengibarkan genderang perang." Juna menatap Azka dengan serius, sementara yang ditatap hanya acuh ditempat duduknya.

     Azka menghembuskan nafasnya, "Alay banget bahasa lo, jadi maksud lo, gue pembawa sial. Iya?" Azka bertanya dengan nada datar.

     "Az, lo gak lagi berusaha buat jadi tokoh dalam novel-novel adek gue kan?"

     "Ngomong apa sih lu kamvret?" Azka menoyor kepala Juna.

     "Yah jadi so misterius gitu, kan di novel-novel kebanyakan cowok dingin nan datar." Juna memakan ciki milik siswi yang melewatinya.

     "Sialan lo, seenaknya makan makanan gue." Hardik siswi itu marah, siapa yang tidak marah coba, jika kalian sedang berjalan lalu dengan seenak jidatnya makanan kalian dirogoh begitu saja.

[1] Halimah, I Love You [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang